Penyelidikan

379 20 1
                                    

Sudah sangat banyak wartawan menunggu didepan kantor polisi, mereka menanti kabar terbaru terkait kasus pembunuhan yang sangat menggemparkan negeri gajah putih tersebut. Mereka terus merongrong pihak kepolisian agar bertindak secepat mungkin agar tidak ada korban lainnya.

Sedangkan ditempat yang berbeda, sekumpulan petugas dari berbagai macam bidang hadir disebuah rapat khusus untuk membahas kasus saat ini. Hanya ada keheningan yang tercipta karena tidak ada dari mereka yang berniat untuk membuka percakapan.

"Apa kalian digaji hanya untuk berdiam diri saja? Atau pita suara kalian semua telah rusak?" bentak sang atasan.

"Maaf pak, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menangkap pelakunya." Jawab bright.

"Mana? Buktinya sampai sekarang masih belum ada kejelasan. Publik dan masyarakat terus merongrong kita!" Jelas sang atasan.

"Tolong beri kami waktu, pak." Jawab bright.

"Baiklah, tapi jika kalian gagal lagi jangan merengek seperti anak kecil lagi kepada saya. Apa kalian mengerti!!"

"Siap pak." Jawab mereka serentak.

"Kalian semua boleh keluar, detektif bright saya ingin bicara sebentar dengan anda."

"Baiklah, pak." Bright tetap ditempat sedangkan teman yang lainnya sudah keluar dari ruangan.

Seketika menjadi hening sampai suara ketukan terdengar, dan masuk setelah dipersilahkan. Orang itu masuk dengan baju khas seorang dokter dan membawa berkas.

"Selamat siang, pak." Ucap orang tersebut.

"Hei, sudah tidak ada orang selain kita disini. Biasa saja New." Ucap sang atasan kepada orang yang bernama New itu.

"Hohoho.... Phi Tay sepertinya sedang setres berat memikirkan kasus ini." Ucap new sambil tertawa.

"Kau pikir apa phi new? Otak phi Tay seperti akan meledak ditempat." Sambung bright sambil tertawa terbahak-bahak.

"Sialan kau bright, tidak sopan." Tay melempar koran hingga mengenai kepalanya.

"Phi Tay jangan begitu, nanti bright mengadu kepada paman. Lalu paman mengadu kepada ayah, dan ayah akan menjewer telingamu sampai merah." New menggoda Tay yang merupakan kakak kandungnya sendiri.

"Dasar pengadu kau bright." Sunggut Tay.

"Jangan seperti itu phi, tidak baik selalu marah setiap saat. Nanti phi akan lebih cepat tua dari seharusnya." Ejek bright untuk kesekian kalinya.

"Bicara dengan kalian berdua benar-benar membuat naik darah saja." Marah Tay.

"Sudah, cukup. Ini phi berkasnya, aku sudah memeriksa semuanya. Tidak da yang aneh dengan tubuh korban." Jawab new.

"Apa kau yakin?"

"Aku sudah membelah tubuhnya dengan semestinya, apalagi phi?" Kesal new.

"Seharusnya kau belah saja semua tubuhnya." Jelas Tay.

"Mana bisa begitu phi, itu ada aturannya." Jawab bright mewakili New.

"Kenapa tidak tanya phi OFF saja? Dia kan profiler, pasti punya info lebih." Tanya New.

"Phi, jangan bilang kau ingin menyelidikinya sendiri?" Tanya bright.

"Apa kau bodoh, apa gunanya aku memiliki kalian semua." Sanggah Tay.

"Yahhh.... Kirain phi." Sunggut bright, padahal dia sudah membayangkan bagaimana rasanya makan gaji buta tanpa bekerja.

"Apa aku harus panggil phi OFF?" Tanya New sekali lagi.

Dendam | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang