kembali

124 11 0
                                    

Dari kejauhan dokter harit dan perawat Jan keruangan OFF untuk memeriksa keadaannya sekaligus untuk berbicara dengan Tay. Tapi disana yang ada hanya bright dan Win.

"Maaf, apa kalian tahu dimana Tay sekarang?" Tanya dokter harit.

"Phi Tay sedang istirahat sebentar dengan phi New, siang ini mereka akan kesini lagi. Sementara waktu kami yang akan menjaga phi OFF." Jawab bright.

"Phi OFF baik-baik saja kan dokter?" Tanya Win.

"Keadaannya semakin membaik, berharap dia cepat sadar. Kalau begitu kami permisi dulu." Pamit dokter harit.

Tapi, baru beberapa langkah parawat Jan tiba-tiba berhenti tepat didepan bright. Melihat bright dari atas sampai bawah dengan mendetail, seperti memeriksa sesuatu. Win yang menyadari itu lantas langsung bertanya pada Jan.

"Maaf, kenapa melihat phi bright seperti itu?" Tanya win yang tiba-tiba membuat dokter harit yang belum terlalu jauh langsung berhenti dan melihat kearah Jan.

"Ahhh... Tidak ada apa-apa. Wajahnya seperti temanku, ternyata bukan. Kalau begitu saya permisi dulu." Pamit Jan terburu-buru sambil memberi kode pada harit untuk mengikutinya.

"Kenapa Jan? Kenapa melihatnya seperti itu?"

"Entahlah, seperti pernah melihat sebelumnya."

"Mungkin kau melihatnya bersama Tay disini."

"Bukan seperti itu."

"Lalu?"

"Postur tubuhnya, seperti......... Shia!" Umpat Jan.

"Hei! Kenapa malah mengumpat." Marah harit.

"Bukan hanya postur tubuhnya saja yang sama." Jawab Jan menggantung.

"Postur tubuh siapa?"

"Postur tubuh bright, dan postur tubuh orang yang aku lihat kemarin."

"Mungkin hanya kebetulan."

"Tidak! Aku bisa mengkonfirmasi satu hal lagi selain itu."

"Apa sih Jan! Bright itu temannya OFF dan Tay. Tidak mungkin melakukan hal seperi itu."

"Tapi.........."

"Sudahlah Jan. Sepertinya kau kelelahan, kenapa tidak izin saja. Kau menjadi ngelantur tidak jelas." Harit yang marah langsung meninggalkan Jan.

Baru beberapa langkah, Jan mengatakan sesuatu hal yang membuatnya berhenti seketika.

"Bukan hanya postur saja harit, bau parfum itu memang tidak menyengat. Tapi sangat khas, dan juga suara orang itu. Meskipun dia memakai masker, tapi suaranya terdengar sama. Aku yakin itu harit."

"Jan, kalau seperti ini kenapa kau menolak permintaan ayahmu untuk bergabung di kepolisian?" Tanya harit.

"Aku benci dan yang pasti, mereka tidak bisa dipercayai 100%."

"Berarti kau juga membenci ayahmu?"

"Benar."

"Kau gila Jan."

"Memang."

"Mari kita bicarakan ini secara detail ditempat lain, aku takut ada telinga lain yang berusaha mendengar obrolan kita."

"Ayo, ikut aku."

Merekapun cepat-cepat pergi dari sana, harit mengajak Jan pergi dari sana karena dia menyadari kalau ada orang yang mengawasi mereka. Dan dia mencurigai ada yang tidak beres sekarang.

"Sekarang jelaskan secara detail Jan, jika memang ada hal yang ganjil aku akan memberitahukan ini kepada Tay."

"Saat aku bertanya pada orang itu, dia mengaku kalau dia keluarga pasien dan dia disana untuk menjaganya. Aku tidak curiga karena gerak geriknya seperti orang biasa saja, meskipun aku sempat melihat sebelum dia masuk keruangan melihat ke kanan dan ke kiri seperti mengawasi sesuatu."

"Hanya itu saja?"

"Bau parfumnya, tidak menyengat. Tapi baunya sangat khas dan lembut. Lalu suaranya, meskipun tertutup oleh masker tapi Telingaku masih bisa mengidentifikasi kalau suara orang itu mirip dengan suara bright."

"Apa hanya itu saja? Tay tidak akan percaya dan menganggap itu omong kosong belaka."

"Sebentar, aku pikir dulu."

"Sudahlah Jan. Untung kau tidak langsung menuduh, kalau tidak kau akan masuk penjara karena menuduhnya. Aku keruangan dulu Jan." Pamit harit sementara Jan masih sibuk berpikir.

Tiba-tiba saja Jan langsung teringat sesuatu hal yang sangat penting. Dia mengingat kalau orang itu mempunyai luka di punggung tangan sebelah kirinya. Karena Jan ingat, saat mereka sedang berbicara orang itu sambil memainkan smartphone nya dan Jan melihat luka itu. Bahkan Jan masih ingat bentuk luka itu seperti luka bakar.

Jan berniat untuk menemui harit, tapi sebelum itu terjadi semuanya tiba-tiba menjadi gelap. Jan tersungkur kebawah dan kepalanya mengeluarkan banyak darah. Jan juga sempat melihat, kalau tepat dihadapannya ada seseorang, entah siapa. Dan semuanya berakhir dengan pingsannya Jan.

Orang itu, seorang pria yang memukul kepala Jan dari belakang. Dia juga mengeluarkan suntikan dan menyuntikkannya kepada Jan. Tubuh Jan langsung tiba-tiba mengejang hebat dan berhenti bergerak seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi. Bahkan terlihat tidak bernafas seperti sebelumnya, lalu dia meninggalkan tubuh Jan yang tergeletak di lantai yang dingin itu begitu saja. Dan tidak lupa, pria itu meninggalkan sesuatu di dekat Jan.

Dan yang lebih mengerikan, pria itu bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa. Senyum yang mengembang terlihat seperti sebuah seringaian, berjalan santai di rumah sakit bahkan sempat menolong seorang manula yang akan duduk. Tidakkah pria ini terlihat seperti seorang psycopath? Dan kenapa dia harus melakukan itu kepada Jan?

To be continue 💜
2/9/2021 

Dendam | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang