Terlihat bayangan langkah seseorang diiringi bunyi sepatu yang sangat nyaring ditengah kesunyian disebuah rumah yang besar. Perlahan-lahan, suara itu semakin nyaring terdengar dan membuat bulu kuduk merinding. Dia seorang lelaki dengan postur tubuh yang lumayan tinggi dan mengenakan atasan warna hitam dan merah. Pria itu juga memakai sepatu pantofel berwarna hitam, ciri khas dari seorang yang sedang diburu oleh polisi saat ini. Dia juga mendapat julukan "Pantofel killer".
Dia menaiki tangga satu persatu dengan santai, sambil bersiul menuju kesebuah kamar dengan pintu terkunci dari dalam. Lelaki tersebut memaksa untuk masuk dengan mendobrak pintu itu. Setelah pintu terbuka, kamar yang elegan dengan dekorasi yang mewah dan serba berwarna putih dan keemasan, hal yang pertama menyambut Indra penglihatan pria tersebut. Pria tersebut hanya menyeringai sambil masuk kedalam kamar itu.
Tak lama, terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah itu, dan keluar dua orang yang sepertinya sedang sama-sama mabuk berat memasuki rumah. Mereka berdua naik tangga menuju kamar lantai atas dan mereka memasuki kamar masing-masing. Namana juga orang mabuk berat, mereka tidak menyadari kalau ada seseorang yang sedang mengawasi mereka dari tadi. Dan salah satu dari mereka memasuki kamar yang didobrak Tadi.
"Loh, kok pintunya sudah terbuka, bukannya perasaan sebelum pergi sudah dikunci?" Tanya pria itu pada dirinya sendiri sambil berjalan sempoyongan, dan saat itulah dia mulai sadar kalau ada orang lain di kamarnya.
"Hei! Siapa kau? Kenapa bisa masuk ke rumahku?" Tanya pria itu lemah, efek mabuknya masih terasa sampai sekarang.
"Apa kau lupa? Tidak ingat? Atau pura-pura tidak tau?" Tanya si "pantofel Killer" pada pria mabuk didepannya.
"Hahahaha... Memangnya kau siapa, aku juga tidak perduli. Lebih baik kau keluar dari sini atau nyawamu melayang begitu saja seperti layangan punya adikku." Kata pria itu sambil ngelantur sana sini karena masih belum sepenuhnya sadar.
"Kau memang gila, aku kesini untuk mencabut nyawamu tapi kau masih saja tidak mengerti. Apa aku perlu menunjukkan sesuatu?" Tanya si "pantofel Killer".
"Apa?" Jawab pria mabuk itu.
"Ini, lihatlah foto ini dan pikirkan dengan baik."
"Hmmm.. sepertinya aku pernah melihat kedua orang ini, tapi dimana ya? Ahhh.... Ya! Mereka berdua adalah rival keluargaku." Jawab pria itu malah cengengesan.
"Hahh!! Kenapa aku harus membunuh orang ini sekarang. Tidak enak rasanya kalau dia dibunuh dalam keadaan mabuk berat seperti ini. Dia terlihat seperti orang gila, dan aku juga akan ikutan gila karena tidak bisa menyaksikan korbanku merengek untuk tidak dibunuh." Kesal si pria pantofel Killer tersebut.
Tanpa dia ketahui, ada satu orang yang menguping dari depan kamar. Jantungnya berpacu dengan sangat kencang karena menyaksikan kakaknya akan dibunuh, kakaknya dalam bahaya. Berpikir untuk meminta bantuan, dirinya malah tersandung Dan jatuh dengan keras.
"Hai, kemarilah. Jangan berpikir untuk meminta bantuan, atau dia mati detik ini juga!"
"Tolong, jangan bunuh kami berdua. Ambil saja uang dan barang berharga lainnya dan pergi dari sini." Ucap pria yang lebih muda dengan lirih.
"Uang yang aku punya sudah banyak, tidak habis sampai 7 keturunan. Yang aku mau hanya pembalasan dendam." Ucapnya sambil tersenyum kecil.
"Kenapa kami? Kami tidak tau apa-apa?"
"Sudahlah, kau terlalu banyak bicara. Sekarang lihat pameran yang sebentar lagi akan dimulai."
"Tolong.... Jangan lakukan itu!"
"Ssttt..... Diam dan lihatlah."
⚠️ Terdapat adegan kekerasan, harap bijak untuk pembaca dibawah umur ⚠️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam | END
Mystery / ThrillerPembalasan dendam ketiga anak atas kematian kedua orang tuanya. Tragedi pembunuhan yang mengerikan mampu mengubah salah satu dari mereka menjadi layaknya seorang psycopath.