Sebelum terbunuh

120 8 0
                                    

Arm dan Alice memutuskan kembali ke penginapan karena sudah kelelahan dan lagi pula, mereka berdua sudah mempunyai janji dengan sahabat mereka. Jadi, mereka memutuskan untuk bertemu di penginapan dan kembali jalan-jalan keesokan harinya.

Saat akan sampai di kamar mereka, kedua sahabat mereka sudah ada disana menunggu di depan kamar.

"Kenapa kalian tidak menyusul saja tadi? Kalian sudah makan malam?" tanya Alice.

"Sudah, tenang saja."

"Yasudah, ayo masuk kedalam." ajak Arm lalu masuk kedalam.

"Jadi kami berdua mau pamit sama kalian, kami mau pindah ke Singapura."

"Kenapa mendadak seperti itu?" tanya Alice.

"Kami ingin mencari suasana baru saja, lagian anak-anak sepertinya tidak masalah."

"Kapan kalian pindah?" Arm bertanya.

"Minggu depan, makanya kami menyusul kalian kesini agar bisa bersama untuk terakhir kalinya."

"Hahahaha kalian ini, kan kita bisa ke Singapura buat liat kalian. Apanya yang terakhir kalinya," lirih Alice sambil tertawa.

"Kalian kan sibuk, mana sempat."

"Bisa dong, kalian kan sahabat kita. Anak-anak kalian juga udah dianggap sama seperti anak sendiri," jawab Arm.

"Yasudah, nih kita ada bawa cemilan sama minuman. Kapan lagi kan kita bisa gini?" jawab Alice.

"Tentu, ayo kita minum sampai puas."

Merekapun merayakan perpisahan dengan makan dan minuman yang sudah dibawa Alice sebelumnya. Alice dan Arm terlihat sangat mabuk hampir tak sadarkan diri, tapi tidak dengan kedua sahabatnya. Mereka hanya mabuk sedikit, tapi masih sadar sepenuhnya.

"Ayo cepat lakukan, sebelum yang lain datang."

"Oke, ini kau gunakan untuk Alice sedangkan aku Arm. Gerak cepat!!"

Banyak darah berceceran dimana-mana, Arm dan Alice ditusuk menggunakan senjata tajam berkali-kali oleh pelaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyak darah berceceran dimana-mana, Arm dan Alice ditusuk menggunakan senjata tajam berkali-kali oleh pelaku. Siapa lagi kalau bukan kedua sahabatnya, entah apa motif keduanya melakukan itu semua.

"Bagaimana Alice, kau pasti terkejut dengan ini semua kan? Kau tidak menyangka kan?"

"Kenapa kalian melakukan ini semua?" tanya Alice sambil terbata-bata.

"Sudahlah, nikmati saja waktu singkat yang kalian punya sekarang."

"Kalian sangat jahat......" marah Arm sambil mengerang kesakitan.

"Terlalu banyak bicara kalian."

"Ayo kita pergi sekarang, nanti ada yang lihat."

"Tapi mereka masih bernafas."

"Mereka tidak akan selamat, tenang saja."

"Baiklah, ayo kita bereskan ini semua."

Selagi mereka berdua mengemaskan barang bawaan mereka, mereka terdiam secara mendadak karena terkejut mendengar ucapan dari Alice dan Arm.

"Joss, aku bersumpah kau akan menyesal suatu saat nanti. Anak-anak ku yang akan membalas semua perbuatan kalian."

"Davikah, bahkan aku sudah menganggap kau sebagai saudaraku sendiri sama seperti Mook. Tapi sekarang aku benar-benar menyesal, nantinya kalian akan merasakan apa yang kami rasakan sekarang."

Setelah Alice dan Arm selesai berbicara, mereka berdua berpelukan sambil menunggu ajal mereka tiba. Joss dan Davikah cepat-cepat pergi dari sana sebelum ada yang memergoki mereka.

Semua cctv yang Joss dan Davikah lewati sudah mereka sadap sehingga mereka keluar dengan aman, dan mengambil penerbangan ke Thailand ke esokan harinya.

Tanpa mereka sadari, Arm menulis nama Joss di lantai menggunakan darahnya. Berharap akan ada orang yang melihatnya dan menangkap Joss serta Davikah. Di sisa terakhir dalam hidup keduanya, mereka mengenang kembali saat-saat yang sudah dilewati bersama anak-anak dan keluarga lainnya.

Mereka berdua berpelukan erat dan menangis bersama, menyesal karena harus pergi secepat ini. Bahkan, untuk meminta bantuan saja mereka sudah tidak sanggup.

"Arm, kenapa ini harus terjadi? Bagaimana dengan anak-anak? Bahkan Newwie masih sangat manja pada kita. Bagaimana dengan Tay yang harus menjaga kedua adiknya, Bright yang belum kita rawat dengan baik." Isak tangis Alice terdengar sangat lirih dan pedih untuk didengar oleh Arm.

"Tidak sayang, mereka akan baik-baik saja tanpa kita berdua. Ada Nicky dan Mook yang akan menjaga mereka bertiga, dan akan ada Mild yang menjadi penyeimbang untuk ketiga kakaknya."

"Kita masih bisa menjaga mereka dari atas sana, Alice. Kita akan melihat bagaimana hebatnya Tay mengurus kedua adiknya, Newwiee yang sudah mulai dewasa, Bright yang sudah mulai bisa tersenyum pada orang baru. Kita akan melihat mereka bertiga tumbuh hebat di atas sana, sampai akhirnya tiba kita bersama-sama di surga."

"Aku akan merindukan celotehan lucu Mild," lanjut Alice.

"Mild akan menjadi wanita dewasa yang cantik, dia ditakdirkan untuk menyempurnakan kakak-kakaknya." sambung Arm sambil menangis.

"Dan Nicky serta Mook yang akan melanjutkan tugas kita, mereka pasti bisa," lirih Arm.

Setelah itu hanya ada keheningan, sampai salah satu dari mereka menghembuskan nafas terakhirnya. Dan tidak lama, yang satunya lagi menyusul belahan jiwanya.

Tidak lama dari itu, terdengar bunyi ketukan dan teriakan manja si Newwiee. Dan setelah itu, hanya ada teriakan, tangis, histeris, dari New. Tay yang hanya terdiam tanpa ekspresi, Bright yang menahan tangis, serta Mild yang mencoba menenangkan New.

Yaa.... Mild yang paling mudalah yang mencoba untuk berpikir dengan jernih saat itu.

Benar kata Arm, Mild memang ditakdirkan untuk menyempurnakan kakak-kakaknya.


To be continue 💜
12 / sep / 2021

Dendam | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang