3. Hamil?

635 79 1
                                    

Jangan lupa vote dan komen. Ya?

***

Tiga gadis cantik terlihat tertawa pelan kala diantara mereka ada yang melontarkan hal yang bisa dibilang cukup receh. Sebenarnya satu orang diantara mereka bertiga tidak bisa dibilang gadis, sebab dia sudah berkeluarga. Melepas status gadisnya kurang lebih setahun yang lalu.

"Jadi, kenapa lo nyuruh gue sama Alin buat datang ke sini?"

Bukannya menjawab pertanyaan, ia dengan tenangnya merogoh sesuatu dari dalam tas kecil yang menyampir di pundaknya, lalu ia letakkan di atas meja.

Kedua mata Alin membulat saat melihat benda kecil berbentuk panjang menampilkan garis dua. Alin menatap perempuan di hadapannya dengan tatapan terkejut.

"Lo ...."

"HAMIL?"

Amanda mengangguk seraya tersenyum bahagia menanggapi keterkejutan Alin dan Rima. Akibat suara mereka yang cukup keras membuat sebagian pengunjung kafe melirik ke arah mereka. Tetapi di abaikannya dan tidaklah peduli.

"Udah berapa lama?" tanya Alin dengan mata berbinar.

"Baru tiga minggu, sih."

"Huaaa ... sebentar lagi gue bakalan jadi aunty!!" seru Rima heboh.

Alin berdiri menghampiri Amanda memeluk sahabatnya dari samping.

"Selamat Amanda ... bentar lagi bakalan jadi mama muda." Alin terkikik geli, begitu juga dengan Amanda.

"Si Aby mainnya jago juga ternyata."

"Ha?" ujar Alin tak mengerti.

Sebuah sendok sudah melayang ke arah Rima, siapa lagi pelakunya kalau bukan Amanda.

"Mulut lo, Rim!"

Gadis dengan rambut sebahu hanya nyengir tidak berdosa.

"Bang Aby udah tau kabar ini?"

"Belum, dia lagi di luar kota. Besok baru balik."

Amanda menjawab pertanyaan Alin. Dia saja baru mengetahui kalau dirinya hamil tadi pagi dan langsung mengabari kedua sahabatnya untuk bertemu di salah satu kafe dekat dengan kampus mereka.

"Gue gak sabar buat di panggil aunty," ucap Rima bersemangat. Pasalnya dia adalah anak tunggal, tidak memiliki kakak ataupun abang.

"Terus kapan kalian berdua nyusul? Udah di ikat kok gak nikah-nikah."

Alin tersedak ludahnya sendiri. Sial! Amanda jelas menyindirnya. Berhubung di jari manisnya tersemat sebuah cincin bermata indah. Karena untuk Rima sendiri, gadis itu belum terikat dengan sebuah cincin di jari manisnya oleh Dhika.

"Gue sih nunggu kuliah kelar dulu, baru nikah. Tau tuh si Alin."

"Entah, gue belum siap soalnya," balas Alin jujur.

Walaupun orangtua Vino terlebih tante Rere selalu menanyakan kapan nikah, jelas Alin belum siap. Bagaimana pun juga usianya masih sangat muda, dan yang namanya pernikahan merupakan hal serius. Hanya terjadi sekali seumur hidup, itu prinsip Alin.

"Umur lo tahun ini menginjak kepala dua, kan? Udah bisa itu."

"Gue gak mau terburu-buru, Rim. Lagian Vino juga belum bahas nyampe ke sana," jawab Alin.

"Iya si Vino belum. Tapi nyokapnya, tante Rere?"

Alin terbungkam. Amanda yang mulai melihat percikan-percikan api keributan di antara mereka segera menyela.

Hiraeth 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang