24. Pertengkaran Kecil

286 48 4
                                    

Hai!

Ada yang nunggu Hiraeth 2 up?

Sebelumnya aku minta maaf seminggu ini gak up, karena banyaknya kesibukan yang gak bisa aku tinggalkan, sehingga gak dapet waktu buat nulis.

Tadinya mau up tadi malam, cuma aku ketiduran hiks ....

Baiklah, selamat membaca!

***

Terpaan angin mengenai wajahnya, bahkan beberapa helai rambut menutupi sebagian wajahnya. Ia menyingkirkan rambut yang menghalangi indra penglihatan dan menyelipkannya di belakang telinga.

"Rasanya tenang banget."

Dia merentangkan tangannya seraya memejamkan kedua matanya, menikmati semilir angin laut.

"Lo suka?"

Alin menoleh ke samping, lalu mengangguk sambil tersenyum manis.

"Suka. Banget malah."

"Gak nyesel, kan, gue bawa lo bolos ke sini?" tanya Vino dengan bangganya karena berhasil membuat dirinya membolos.

Alin mendelik tak suka. Bisa-bisanya dengan bangga laki-laki itu bertanya. Kalau gara-gara hari ini ia bolos dan bakalan menjadi mahasiswi abadi, pokoknya Vino yang pertama kali akan ia minta pertanggung jawaban.

Mereka berdua tengah duduk di dermaga paling ujung, dengan kedua kaki mereka menjuntai ke bawah. Do'akan saja semoga tidak ada hiu menarik kedua kaki mereka ke laut.

"Kenapa kemarin balik duluan?" tanya Vino memandang wajah Alin.

"Alin gak suka menunggu," jawab Alin. Kedua matanya menatap lurus, melihat deburan ombak yang terlihat sangat tenang.

"Kenapa ponsel lo gak aktif?"

"Ponsel Alin lowbat."

"Gue yakin bukan itu alasannya."

Alin terdiam. Dia yakin bahwa laki-laki itu kini curiga terhadapnya karena kemarin pulang duluan, bahkan mematikan ponselnya.

Tangan kanan Vino terangkat. Menyelipkan beberapa helai rambut yang mengenai wajah Alin ke belakang telinga.

"Ada masalah?" tanya Vino dengan suara sangat lembut, sehingga secara tidak sadar membuat hati Alin berdesir.

Alin menggeleng pelan. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain, tidak sanggup melihat tatapan Vino yang akan membuat jantungnya jedag-jedug.

"Kalo gue lagi ngomong, tatap mata gue, Lin."

Alin menurut. Dengan susah payah ia mencoba menetralkan detak jantungnya yang mulai tidak stabil karena gugup ditatap seperti itu oleh Vino.

"Jangan nangis lagi. Gue gak mau wajah cantik lo terkena air mata, apalagi alasannya karena gue."

Alin tercengang. "K-kok Vino bisa tau Alin nangis?"

"Jangan bikin gue khawatir dengan matiin ponsel kaya kemarin."

Alin semakin terkejut. Mengapa Vino bisa tau kalau dia kemarin menangis, dan mematikan ponselnya? Alin teringat dengan mimpinya, yang bermimpi Vino masuk ke dalam kamarnya. Apakah itu bukan hanya sebuah mimpi?

"Vino kemarin masuk ke kamar Alin?" Laki-laki itu mengangguk sembari tersenyum.

"Jadi bener itu bukan mimpi. Vino bener-bener masuk ke kamar Alin," batinnya.

"Boleh gue jelasin semuanya? Mengenai foto yang lo dapet dari Amanda, dan siapa gadis itu?"

Tanpa ragu Alin menganggukkan kepalanya. Bagaimana pun juga ia ingin tau siapa gadis itu.

Hiraeth 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang