27. Salah Paham

296 55 9
                                    

"Tadi itu sangat luar biasa!"

Alin yang tengah duduk sendirian sembari mengotak-atik ponselnya menoleh ke sumber suara.

"Jessie?"

Gadis yang baru saja disebutkan namanya terbelalak kaget.

"Kamu tau nama Jeje? Padahal kita belum kenalan," ucap Jessie penuh antusias.

Alin berdeham. "Ya. Gue tau nama lo dari Vino."

"Padahal Jeje ingin kenalan secara langsung."

Alin tersenyum, sedikit canggung berdekatan dengan Jessie. Apalagi saat mendengar gadis itu menggunakan 'aku-kamu', berbeda dengannya.

Jujur, Alin merasa tidak nyaman dengan situasi sekarang. Pandangannya ia edarkan ke segala arah, mencoba mencari keberadaan Vino. Laki-laki itu tadi izin sebentar untuk menemui anggota keluarganya yang lain. Alin yang sangat mengerti bahwa Vino membutuhkan waktu bersama keluarganya lebih memilih duduk di sini.

"Pinpin lagi ke dalam rumah, dipanggil sama Uncle Gio."

Rupanya Jessie menyadari kalau dia tengah mencari Vino. Alin hanya tersenyum kecil.

Jessie mengulurkan tangannya, Alin menatap gadis tersebut dengan tatapan bingung.

"Jessie, sepupunya Pinpin," ujar Jessie memperkenalkan dirinya sembari tersenyum lebar.

Alin menerima uluran tangan gadis itu. "Alina."

"Hanya itu?" tanya Jessie.

Kening Alin mengerut, membuat Jessie terkekeh pelan.

"Seharusnya kamu memperkenalkan statusmu dengan sepupuku, Alina."

"Takutnya Jeje mengira bahwa kamu hanya temannya saja," lanjut Jessie sesekali terkekeh.

"Alina, tunangannya Vino," ulang Alin dengan menampilkan senyumnya.

"Nice!"

Alin cukup heran mengapa Jessie tidak sama seperti apa yang dikatakan oleh Vino kepadanya? Dia tidak melihat tanda-tanda bahwa Jessie memiliki perasaan lebih kepada laki-laki itu. Dan sikap Jessie saat ada Vino dan tidak ada Vino sangat berbeda.

"Kalian pasangan yang sangat serasi. Apalagi saat bernyanyi bersama seperti tadi."

"Lo gak cemburu?"

Alin merutuki mulutnya. Bagaimana bisa pertanyaan tersebut meluncur begitu saja? Jessie memandang Alin dengan tatapan sama terkejutnya, namun di detik selanjutnya gadis berambut pirang itu tertawa pelan. Membuat Alin semakin bingung saja, padahal tidak ada yang lucu sama sekali.

"Jeje masih waras, Alina. Tidak mungkin Jeje menyukai kakak sepupu sendiri," jawab Jessie masih tertawa.

Eh? Apa katanya? Alin mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, wajahnya cengo sekali.

"Apa kamu mengira Jeje memiliki perasaan lebih kepada Pinpin karena tingkah Jeje tadi?"

Dengan ragu Alin menganggukkan kepalanya. Untuk ke sekian kalinya Jessie tertawa melihat respon Alin.

"Sepertinya kamu salah paham. Atau mungkin tak hanya kamu, tapi Pinpin juga."

"Salah paham?" beo Alin yang mendapat anggukkan.

"Ya, salah paham atas sikap yang diberikan Jeje kepada Pinpin."

Baiklah, sepertinya Alin harus diam dan mendengarkan penjelasan dari gadis itu sekarang.

Hiraeth 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang