20. Jessie

278 49 7
                                    

Selamat membaca.
Jangan lupa vote, komen, dan share ya.

Cara vote : Lihat di sudut kiri bawah, di sana ada bintang. Lalu kalian tinggal klik, dan selesai.

***

"Jadi, ponsel lo rusak gara-gara si Sean?"

Gadis berambut panjang lurus di sebelahnya mengangguk mendengar pertanyaan Rima. Kedua gadis itu tengah berjalan beriringan di koridor kampus.

"Dia ganti rugi, gak?"

"Dia mau ganti rugi, cuma gue tolak."

"Lah? Kenapa lo tolak? Gak baik nolak rezeki," ujar Rima.

"Gue gak mau nerima apapun lagi dari Sean, Rim."

Rima mengangguk, "Ya, sih. Gue paham gimana posisi lo."

Mereka berdua telah sampai di parkiran. Tempat dimana mobil Rima terparkir di sana.

"Gue mesti langsung balik, nih. Nyokap nyuruh gue pulang cepet," ujar Rima.

"Yaudah, lo duluan aja."

"Tapi ... lo di jemput sama si Vino, kan?"

Alin sempat terdiam sebelum menganggukkan kepalanya.

"Kalo misalkan engga, tadinya mau gue anterin."

"Engga usah, Rim. Gue ada jemputan kok," tolak Alin.

"Kalau gitu gue duluan."

"Iya, hati-hati! Jangan ngebut, lo!" teriak Alin. Yang hanya di acungi jempol oleh Rima yang sudah berlalu pergi menuju ke mobilnya.

Alin menunggu Vino di depan kampus, tempat biasa ketika laki-laki itu menjemputnya. Sudah 30 menit menunggu, namun Vino tidak kunjung datang.

"Vino kemana, sih? Tumben banget telat jemput."

Indra penglihatannya terus memandang ke jalanan, namun tidak ada tanda-tanda Vino akan datang.

"Coba aja hape Alin gak rusak, pasti bisa telpon Vino sekarang tanpa harus nunggu kayak gini."

Saat pertemuan dengan Sean kemarin, Alin belum sempat mengganti ponselnya yang rusak karena uang yang dia punya belum cukup. Untuk meminta ke orang tuanya pun Alin tidak berani. Ia ingin belajar mandiri, tanpa harus merepotkan kedua orang tuanya.

Sebuah motor berhenti di hadapannya, Alin hanya meliriknya sekilas tanpa memperdulikan siapa orang itu.

"Alin?"

Alin menoleh, sang pemilik motor membuka helmnya sehingga Alin mengetahui siapa orang tersebut.

"Dennis?"

"Kenapa lo belum balik? Ini udah sore, loh."

Alin tersenyum, "Biasa. Nunggu jemputan."

"Mau gue anterin balik, gak?"

"Gak perlu, Den. Bentar lagi pasti jemputannya dateng," tolak Alin halus.

Selain Alin tidak ingin merepotkan Dennis, dia juga tidak mau membuat laki-laki itu semakin memperdalam perasaan kepadanya.

"Lo gak balik?" tanya Alin.

"Gue tungguin sampai jemputan lo dateng."

Alin tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Sampai satu jam sudah berlalu, Vino tetap tidak kunjung datang. Alin masih setia berdiri di posisinya, dengan ditemani Dennis yang duduk anteng di atas motor miliknya.

Hiraeth 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang