Hiraeth 2 double up!
Sebelum baca chapter ini, baca dulu chapter sebelumnya yaa. Karena hari ini Hiraeth 2 double up!
***
Vino tertawa terbahak-bahak melihat pesan yang ia kirimkan kepada gadisnya. Dia tau, pasti sekarang Alin tengah kesal di tempatnya.
Kedua matanya terbelalak kala foto profil whatsapp Alin tiba-tiba menghilang dan pesannya pun hanya centang dua biru.
Vino : Lin?
Vino : Lo off, ya? Jangan marah, gue cuma bercanda.
Tapi aneh, selama ini Alin tidak pernah mematikan data ponselnya. Untuk memastikan sesuatu, Vino menelpon Rima yang merupakan sahabat Alin.
"Apa sih, Vin? Pagi-pagi lo udah nelpon gue?"
Suara Rima terdengar seperti orang yang baru terbangun dari tidurnya.
"Di lo foto profilnya Alin keliatan gak?"
"Apanya yang keliatan?" tanya Rima tidak paham.
Vino berdecak. "Ada fotonya gak?" tanyanya cukup kesal.
Rima terdengar menguap, dengan sisa kesadarannya gadis itu mengecek nomor Alin.
"Ada kok fotonya."
"Shit!" umpat Vino.
Dia langsung mematikan sambungannya sepihak, tidak memperdulikan Rima. Bergegas menyambar jaket yang menggantung dibalik pintu kamarnya, dan mengambil kunci motornya.
Dengan setengah berlari ia menuruni setiap anak tangga.
"Pagi, sayang. Sini sarapan," ucap Rere yang sudah duduk manis di kursi meja makan.
"Nanti aja, Ma. Lagi darurat!"
Laki-laki itu berkata setengah berteriak seraya berlari keluar rumah.
"VINO? DARURAT KENAPA?" teriak Rere. Namun teriakannya sia-sia, karena putra tunggalnya sudah berlalu pergi dengan motornya.
Vino mengendarai motornya seperti orang kesetanan. Ia mengabaikan pandangan orang-orang yang melihatnya dengan tatapan yang tidak ia mengerti.
Vino tidak mengira kalau nomornya akan berakhir di blokir ketika mengirimkan sebuah foto bebek ke Alin. Tapi ternyata gadis itu tampak sangat marah, karena sekarang nomornya diblokir.
Sampainya di rumah Alin, dengan tidak sabar Vino menyuruh pak satpam segera membukakan gerbang.
"Kenapa atuh buru-buru seperti ini nak Vino?" tanya Pak satpam sambil seperti menahan tawa.
"Lagi darurat, Pak!"
Hanya itu yang ia lontarkan. Dia segera memarkirkan motornya dan mengetuk pintu rumah Alin beberapa kali.
***
Alin yang sedang bersantai dengan menonton acara film kartun di televisi tiba-tiba merasa terusik dengan suara bel rumah yang berbunyi beberapa kali.
"Bunda ada tamu ...." teriak Alin.
Ia lupa kalau Bundanya sedang pergi ke butik. Dengan mager ia melangkahkan kakinya menuju pintu.
Betapa terkejutnya Alin saat melihat Vino yang masih lengkap dengan baju tidurnya, hanya saja tertutup oleh jaket kulit warna hitam.
Sebisa mungkin Alin menahan tawanya agar tidak meledak melihat penampilan laki-laki di hadapannya sekarang. Kalau saja ia sedang tidak marah, pasti Alin sudah tertawa terbahak-bahak.
"Mau apa ke sini?" tanya Alin ketus.
"Lo marah?"
Alin diam. Dia ingin memberikan sedikit pelajaran kepada Vino akibat sudah menyamakan dirinya dengan bebek.
"Jangan marah, Lin. Gue cuma bercanda ...."
"Vino pikir Alin batu? Alin juga manusia biasa, jadi bisa marah!"
"Tiap hari juga lo marah-marah mulu," ucap Vino tak sadar.
"Vino bilang apa, hah?" sungut Alin berkacak pinggang dengan mata melotot.
"Apa? Gue cuma bilang ... tiap hari juga lo cantik," kilah Vino dengan sangat santai.
Tadi aja dia kek orang kesetanan. Ketika sudah di hadapan Alin malah makin memancing kemarahan gadis itu.
Alin memutar bola matanya malas, ia berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan Vino yang mengekor di belakang.
"Duduk. Alin ke dapur sebentar ambil minum untuk Vino."
Bukannya menurut, Vino malah terus mengikuti Alin ke dapur. Alin yang mengetahui Vino mengekor di belakangnya, secara tiba-tiba ia langsung membalikkan badannya. Karena terkejut melihat wajah Vino yang sangat dekat dengan wajahnya, hampir saja ia terjatuh ke lantai kalau laki-laki itu tidak gesit menarik pinggangnya.
Alin menahan napas, saat ini hidung mereka berdua bahkan saling bersentuhan.
"Astaga! Jantung Alin rasanya kek mau copot."
"Alin mesti gimana? Dorong tubuh Vino atau biarkan seperti ini?"
Alin terus bermonolog di dalam hatinya. Alin mencoba melangkah mundur, namun tidak bisa karena pinggangnya ditahan oleh tangan kekar milik Vino.
Laki-laki itu terlihat memiringkan kepalanya. Spontan Alin langsung menutup kedua matanya. Tidak siap apa yang selanjutnya akan terjadi.
Namun sampai beberapa detik tidak ada pergerakan apapun dari laki-laki itu. Alin memberanikan diri untuk membuka matanya. Dan ....
Cup!
Tepat saat Alin membuka matanya, Vino mengecup bibirnya singkat. Kedua matanya kini membola nyaris keluar, detak jantungnya terasa terhenti seketika.
"Gue minta maaf. Jangan marah," ucap Vino lembut sambil membelai pipi Alin.
"Vin ...."
"Ya, sayang?"
"Jantung Alin dugun-dugun. Kayaknya Alin emang punya riwayat penyakit jantung, deh."
Vino tertawa mendengar penuturan polos dari Alin. Ia mengelus puncak kepala Alin sekilas dengan lembut.
"Jangan lupa napas," ujar Vino seraya berlalu meninggalkan Alin yang masih mematung di dapur.
"HUAA ... VINO TANGGUNG JAWAB JANTUNG ALIN GAK AMAN!!"
Vino hanya terbahak mendengar teriakan Alin dari arah dapur. Menghilangkan amarah Alin sangatlah gampang baginya. Karena Vino tau bahwa gadis itu tidak benar-benar marah kepada dirinya.
***
JANGAN LUPA FOLLOW Chatweetz18
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth 2
Teen FictionSetelah melewati beberapa rintangan kehidupan. Kini hanya ada aku, kamu, dan kisah masa depan yang menanti. Tapi, apakah benar mereka ditakdirkan untuk bersama? Start : 13 Agustus 2021 Finish : -