Aku langsung dibuat kelimpungan setelah mendapat dua pesan dari Jingga yang mengatakan : "nanti malem aku jemput ya." lalu disusul dengan pesan berikutnya yang berisi : "aku udah tau rumah kamu ko, tenang aja ngga akan nyasar hehe ㅎㅎ"
Tungkai ku segera mengambil langkah besar kearah bilik air dengan tangan kanan yang membawa selembar kain lembut penyerap air.
Setelah keluar dari bilik air, kini tubuhku sudah berbalut kaus putih polos dengan kardigan berwarna coklat muda dan celana jeans berwarna biru muda. Ah sudahlah pakai baju yang mudah aku raih saja— kebetulan kardigan yang sedang ku gunakan berada di bagian paling atas tumpukan baju, yasudah ku ambil saja yang itu, lagi buru-buru soalnya.
Ku semprotkan cairan bening rasa buah diatas pergelangan tangan ku, membuat indra penciuman ku mencium aroma segar setelahnya.
Satu notifikasi dari Jingga masuk ketika benda pipih canggih berada didalam genggamanku.
"Bulan, aku udah di depan rumah ya." Begitu isi dari bubble chat yang nampak pada locksreen handphone ku. Nah! Jingga datang tepat waktu.
Belum sempat aku menyambut Jingga, ternyata bunda sudah terlebih dahulu menyambut Jingga.
Aku berjalan perlahan mendekati kedua insan dengan jarak usia yang berbeda tersebut, kemudian berdiri di belakang bunda menunggu Jingga menyelesaikan ucapannya.
"Kenalin tan, saya Jingga, temennya Bulan. Saya mau ajak Bulannya jalan-jalan sebentar boleh, ya?" Ujarnya sopan —pada wanita berusia awal 40-an yang ku sebut bunda— dengan senyum yang terpatri di wajah tampannya.
"Oh, boleh nak, boleh, sebentar ya, bunda panggilkan Bulan nya dulu. Bul—astaghfirullahaladzim, Bulan!"
Sosok wanita yang memiliki gelar malaikat tanpa sayap itu langsung merapal kan kalimat istighfar dan otomatis menepuk pundakku kala berbalik berniat memanggil nama anak bungsunya, namun ternyata orang yang dicarinya sudah daritadi berdiri dibelakang beliau.
"Hehe maaf, Bulan mau ikut Jingga ya bun, janji ngga akan pulang malem." Aku bersua sambil mengulurkan tanganku, berniat pamit sambil menyalami tangan bunda.
"Iya boleh, pulangnya jangan kemaleman ya, nak Jingga titip Bulan ya, bawa motornya jangan ngebut-ngebut, hati-hati dijalan." Tuturnya lembut sambil mengusap pelan kepala Jingga yang lebih tinggi dari bunda.
Melihat bunda —yang sepertinya sudah menambahkan Jingga kedalam list orang favorit bunda— menyalurkan afeksi nya pada Jingga membuat hatiku sedikit menghangat.
"Yasudah bunda, pamit dulu, assalamualaikum." Ujarku terakhir sambil menarik jaket hitam milik Jingga melangkah keluar rumah.
"Liat kamu izin sama bunda bikin aku deg-degan." Ujar ku ketika sudah berada didepan gerbang.
"Sama Bulan, bukan kamu aja yang deg-degan tapi aku juga deg-degan soalnya takut salah ngomong." balasnya sambil sedikit bergidik ngeri.
Maaf Jingga tapi aku pengen ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
jingga.
Fanfiction[ on going ; 1st dreamies series ] ❝ceritera tentang Bulan dan pemuda kelahiran warsa kosong dua pada masa putih abu-abu.❞ 𝐉𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀 / park jisung of nct. ( lokal au ) © mooon-day 2O21