⚘ - pertemuan pertamanya.

370 35 22
                                    

demi apa chap ini udah aku repub unpub berkali-kali T^T semoga bener yaa !

demi apa chap ini udah aku repub unpub berkali-kali T^T semoga bener yaa !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Awan berwarna hitam kelabu kini sudah memenuhi nabastala. Langit cerah sudah hirap tidak ada lagi, tergantikan oleh langit gelap bersamaan dengan angin dingin yang berhembus kencang.

Perlahan rintik hujan mulai turun membasahi bumi nusantara, membuat aku terjebak di sekolah.

Sedangkan aku sekarang sedang berteduh didepan gedung sekolah sambil menggosokkan kedua tangan mencoba menghangatkan tubuhku yang mulai diserang hawa dingin. Bunda, sepertinya hari ini aku akan pulang terlambat. . .

Beberapa orang juga ada yang berteduh menunggu sampai hujan reda dibawah atap yang sama denganku.

Daksaku berdiri di depan mading sekolah, mendengarkan suara rintik hujan yang terdengar seperti alunan melodi indah dan menyenangkan.

Suara pekikan memenuhi ruang rungu ketika petir menyambar ditengah-tengah tenangnya hujan. Kaget. Kala aku sedang asyik melamun ditemani backsound suara hujan yang menambah ke khusyuk-an lamunan ku, tiba-tiba terdengar teriakkan dari ujung sana, membuat lamunan ku langsung buyar seketika.

Sepertinya aku harus menunggu lebih lama di sekolah, bukannya mereda, tapi hujan malah semakin deras.

Begitu juga dengan angin yang berhembus makin kencang ditambah dengan petir yang bisa kapan saja muncul kepermukaan. Sayangnya cuaca hari ini sangat tidak bagus.

Beberapa orang yang berdiri didepan mulai merapat mundur kebelakang karena cipratan air yang mengenai kakinya, rintik hujan kini sudah berubah menjadi hujan deras membuat air terciprat kemana-mana.

Kakiku juga ikut bergerak mundur berusaha menjaga jarak dari sekumpulan pemuda didepanku yang makin mepet mendekat.

"Eh itu awas !"

Bersamaan dengan satu angin kencang yang berhembus, suara teriakan terdengar berbicara kearahku.

Akibat hembusan angin tadi, mading kaca yang berada dibelakangku tumbang kearah depan, ke posisi dimana aku berdiri sekarang.

Reflek aku langsung melindungi kepalaku menggunakan kedua tangan sambil menunduk berusaha menghindari mading yang jatuh -walaupun sebenarnya menunduk tidak akan berdampak apa-apa.

Bagian bawah mading - bagian kayu- mengenai pundak ku, tapi rasanya pelan sekali, sangat pelan, tidak seperti dihantam keras oleh sesuatu.

Aku membuka mataku lalu menoleh kedepan, melihat seorang taruna berbalut hoodie berwarna hitam sedang menahan mading dengan tangannya -sudah seperti pahlawan dalam adegan film-film action.

Dua pasang mata kedua lawan jenis itu bertemu. Netra coklat mudanya menatap lurus kearahku, membuat jantungku berdegup kencang.

"Ada yang sakit nggak?" Sang tuan berucap.

Aku terdiam sesaat sebelum akhirnya membalas ucapan nya.

"eh ngga ko ngga ada.. tapi itu tangan kamu kena." Aku menunjuk kearah telapak tangan milik tuan berhoodie hitam itu yang tergores pecahan kaca, mungkin karena tangannya secara langsung menahan kaca mading yang jatuh.

Ia menoleh sekilas kearah lengannya, kemudian bibirnya membentuk sabit melengkung keatas.

"Ah ini mah ngga apa-apa." Ujarnya berkata diakhiri kekehan kecil. Tubuh jangkungnya kini bergerak untuk membenarkan posisi mading dibantu beberapa siswa yang berada di dekat sana.

Tidak apa-apa katanya. Padahal tangannya tergores pecahan kaca sehingga mengeluarkan sedikit cairan berwarna merah, tapi dia masih bilang tidak apa-apa.

"mau diobatin dulu ngga? uks masih ada yang jaga deh kayaknya.." Tanyaku ragu-ragu. Ah apa ini? Kenapa aku malah terbata-bata begini?

Lantas, pemuda didepanku yang sedang membenarkan seragamnya pun menoleh, kemudian kembali mengembangkan senyumnya, manis sekali. Ia berujar, "Ngga apa-apa, nanti aku obatin sendiri."

Aku mengangguk sebagai respon dari jawabannya.

"Sudah dulu ya, aku pamit." Ucapnya terakhir, kemudian memutar balik masuk kedalam gedung tempat kami menimba ilmu.

Ah, aku bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih tapi pemuda itu sudah pergi duluan.

Teruntuk kamu, tuan dengan berhoodie hitam, bolehkah aku mengetahui namamu?


Teruntuk kamu, tuan dengan berhoodie hitam, bolehkah aku mengetahui namamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

note ;
hawoOo bertemu lagi kita disini.
akhirnya kelar satu chap, gimana
chap ini? acHabavsjsk gilaa drama
banget T^T maaf yaa, aku ngga jago
ngerangkai kata yang bagus, apalagi
ngerangkai diksi yang indah nan uwu.
apa yang aku tulis sudah tersampaikan
dengan baik dan benar ke kalian?
maret, 18 - 2021.

jingga.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang