⚘ - satu kelompok, gara-gara Jinan.

159 25 38
                                    

"Kamu dapat nomor berapa?" Tanya Jinan sambil mengintip ke arah gulungan kertas yang sedang ku pegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu dapat nomor berapa?" Tanya Jinan sambil mengintip ke arah gulungan kertas yang sedang ku pegang.

Perlahan ku membuka gulungan kertas berisikan angka yang belum aku ketahui, setelah melihat angka didalamnya lantas aku pun langsung menunjukkan isinya kepada Jinan.

"Dua, kamu berapa?"

Nona dengan surai hitam sebahu ini langsung mengubah air muka nya menjadi suram. Bibirnya sedikit dimajukan menjadi cemberut, tanda merajuk.

"Aku enam, ah ngga asik kita ngga sekelompok." Katanya lesu.

Aku mengangguk-anggukan kepalaku, setuju dengan perkataan Jinan. Padahal kalau satu kelompok dengan Jinan itu asik sekali. Seperti tidak sedang kerja kelompok, tapi seperti sedang main. Atau memang betulan cuma main-main ya?

"Ayo kalian, kenapa diam saja? Cepat bergabung dengan kelompoknya masing-masing." Sang puan yang menjabat sebagai widyaiswira di sekolah ini mulai buka suara setelah melihat kami hanya diam di tempat setelah membuka gulungan kertas tersebut.

Semua siswa-siswi di dalam kelas mulai berpencar, mencari kawan satu kelompoknya masing-masing. Ada yang bergerak mencari, ada juga yang berdiam diri ditempat sambil berteriak menyerukan angka kelompok nya, menunggu teman-teman mendatangi tempatnya.

Netraku mulai menyapu seluruh ruangan, mencari dimana gerombolan insan yang memegang kertas dengan digit angka yang sama denganku.

Ah ketemu! Netraku melihat kearah lengan pemuda yang diangkat tinggi-tinggi keatas sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan mengisyaratkan angka dua.

Belum sempat kakiku berjalan, Jinan sudah terlebih dahulu menarik kerah baju kemejaku dari arah belakang, membuat aku jadi tidak bisa melangkah. Jinan narik kerahnya ngga kira-kira, seperti disertai dendam pribadi, kencang sekali, sampai rasanya leherku hampir tercekik.

"aDOH KE CEKEK!"

"Kita kelompoknya tukeran ya, makasih Bulan sayang, mwah." Sang puan tidak mengindahkan ucapan ku tadi, dengan gerakan cepat Jinan menukar kertas milikku yang awalnya angka dua menjadi angka enam.

Jinan langsung bergabung dengan kerumunan orang yang awalnya akan menjadi calon anggota kelompok ku.

Dengan sinis, aku menatap Jinan dengan perasaan kesal. Tapi yang ditatap malah memasang wajah mesem-mesem. Bibir merahnya membuat lengkungan keatas, lebar sekali sampai-sampai Jinan hampir tertawa sendiri.

Ada apasih?

"Bulan siniii!" Mendengar namaku disebut, aku menyudahi acara julid-menjulid pada Jinan dan segera mendekati deretan bangku tempat kelompok ku berkumpul.

Baru daksa ku mendudukan diri diatas benda kuat berbahan dasar kayu, aku langsung dikejutkan dengan salah satu anggota kelompok yang kini posisinya duduk di depanku.

jingga.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang