Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"A' lagi ngapain?"
Satu untaian kalimat tanya keluar dari mulut kecil milik puan cantik yang kini menginjak usia empat tahun, dengan rasa penasaran ia menghampiri meja kakaknya yang terlihat sedang sibuk melakukan sesuatu.
"Lagi ngegambar." Jawabnya singkat, pandangannya masih belum terlepas dari kertas dan juga krayon berwarna biru yang sedang dipegang Rajendra.
"aku.. mau.. liatt— euahh." Dengan susah payah, Bulan kecil berjinjit berusaha melihat hasil karya kakaknya yang berada di atas meja yang ukurannya lebih tinggi darinya.
"Sini."
Sang kakak yang hanya berjarak satu tahun lebih tua dengan Bulan itu langsung menggendong Bulan dan membiarkannya duduk diatas paha milik Renjun.
Dengan mata berbinar-binar, Bulan melihat kertas HVS berisikan gambaran-gambaran milik Renjun berserakan diatas meja, mulai dari gambar anak kucing sampai dinosaurus, juga gambar langit dengan gradasi warna biru tua dan biru muda pun semua digambar oleh Renjun.
"Iiiiihh aku mauu, mau gambar, mau gambaar." Ucapnya tak sabaran, tangan kecilnya berusaha meraih salah satu krayon pancarona yang berjejer tersimpan rapi di tempatnya, yang sayangnya langsung ditahan oleh tangan yang lebih besar.
"Eh jangan dulu, sini aa ambilin."
Lengannya mengambil dua lembar kertas putih kosong dan dua batang krayon, kemudian Renjun memberikan satu lembar kertas juga krayonya pada adiknya.
"Ikutin aa ya."
Bulan mengangguk-anggukkan kepalanya antusias, sampai poni rambutnya bergerak-gerak. Lucu sekali.
Renjun menggerakkan tangannya dengan lihai, membiarkan krayon menari diatas kertas kosong, begitu juga Bulan, yang buru-buru berusaha menyamakan langkahnya dengan kakaknya, Renjun.
"Udah jadi, mana liat punya kamu." Renjun menyimpan krayon ditempatnya, lalu menunggu hasil gambaran milik Bulan.
Bulan langsung meraih kertas dengan gambarannya yang dibuat tadi, lalu memperlihatkan hasilnya pada kakaknya.
"Bagus kan??" Tanyanya dengan nada bangga memperlihatkan karyanya sendiri pada kakaknya, sambil memamerkan deretan gigi susunya.
"Ihh baguus." Tak kuasa menahan gemas, kini pipi tembem milik Bulan menjadi sasaran empuk dari cubitan kak Renjun, lalu satu kecupan mendarat diatas pipi Bulan.
Hari itu menjadi awal mulainya hobi Bulan pada menggambar. Berawal dari kakaknya, lalu menular pada Bulan, hingga sampai sekarang kedua insan satu darah itu sering melakukan aktivitas hobinya bersama.
Walau sepertinya aku menyalurkan hobi tidak tepat waktu— ketika sang widyaiswara tengah menjelaskan materinya didepan, aku malah asyik melanjutkan gambaranku diatas buku skechbook.