~Happy Reading💞~
Malam ini adalah malam minggu, malam di mana Adel dan Siska akan bertanding untuk menentukan pemenang dalam lomba memasak. Seperti kesepakatan mereka sebelumnya, yang kalah akan jadi pelayan pribadi si pemenang dalam waktu seminggu.
Adel dan Siska sudah berada di rumah Fani sejak tadi siang. Persahabatan mereka bertiga kian lama kian membaik, walau Adel dan Siska sering berkelahi tentunya.
Sembari menunggu Daffa, Raihan dan Mika yang notabenya sebagai juri, Adel, Siska dan Fani menyiapkan bahan-bahan yang akan mereka gunakan nantinya.
Ding dong ...
Suara bel rumah yang berbunyi begitu nyaring di dengar telinga. Fani, si tuan rumah pun berlari menuju pintu utama, berniat untuk membukakan pintu sebelum pembantunya mencegahnya.
"Biar saya yang bukain pintunya non."
Fani mengangguk setuju, dia kembali ke dapur untuk membantu Adel dan Siska sebelum mereka sempat bertengkar nantinya.
Bi Minah, wanita yang bekerja di rumah Fani sebagai pembantu membukakan pintu rumah dengan tersenyum ramah.
"Temannya non Fani ya?" tanyanya pada tiga orang cowok yang berada di depannya.
"Iya bik, Fani nya ada?" Raihan balik bertanya.
"Ada, non Fani lagi di dapur sama teman-temannya."
"Oh, boleh kita masuk bik?"
"Oh iya, silahkan," ucapnya mempersilahkan Raihan dan yang lainnya masuk.
Daffa, Raihan dan Mika memasuki rumah Fani dan langsung menuju ke dapur. Daffa tak menyangka rumah Fani sebesar ini, ternyata anak itu berasal dari keluarga kaya, tapi Fani tampak berpenampilan biasa saja.
"Kalian tidur?!" baru saja sampai, mereka sudah harus berhadapan dengan pertanyaan Adel yang menjengkelkan.
"Yakali, tidur secepat ini!!" jawab Daffa tak tertarik. Adel diam, dia tak menanggapi jawaban dari Daffa sama sekali. Daffa berdecak sebal melihat Adel.
"Oke, karna kita udah datang, gimana kalau langsung kita mulai aja?" Mika yang tadinya diam kini ikut bersuara.
"Gua setuju, nanti keburu larut malam," jawab Fani.
"Yaudah mulai aja, kita nunggu di ruang makan. nah ... lo bedua masak, kalau udah siap tinggal dianterin aja ke meja makan. Tugas kita cuman makan doang!" sebuah sendok melayang dan mendarat mulus di kepala Daffa. Daffa meringgis, dia menoleh untuk mencari pelaku yang baru saja melemparnya.
"Kenapa Del? sakit tau?!" Adel mengedikkan bahunya acuh, sama sekali tak ada rasa bersalah karena melempar Daffa.
"Lo nyebelin!! makanya dilempar sama es batu bego!!" jawab Siska ngegas.
"Lah nyebelin dimananya?"
"Bodoh! cara lo ngomong kayak merintah orang! gua aja naik darah dengernya, apalagi si es batu!"
"Yaudah gua minta maaf kalau gitu."
"A--anu gua mau ngawasi Adel sama Siska aja biar gak ada yang curang," Fani yang tadinya hanya diam kini bersuara. Tidak mungkin kan, jika dia harus menunggu di meja makan dengan para cowok?!.
"Ide bagus, kalau gitu kita tunggu di meja makan ya, koki Adel and Siska. Bye," ucap Mika dan pergi meninggalkan dapur disusul Daffa dan Raihan di belakangnya. "Semoga aja masakannya si cewek aneh enak," lanjutnya lagi dengan suara pelan.
"Kedengaran woy!" ketus Siska yang tak digubris oleh Mika sama sekali.
***
"Silahkan dinikmati," ucap Fani sembari menyajikan masakan Adel yang masih tertutup dengan penutup makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Girls
RomanceAdelina Fathina Azni, itulah nama gadis itu. gadis yang dulunya ceria berubah jadi dingin dan irit bicara karena kisah dibalik masa kecilnya. namun, semua berubah kala orang itu masuk ke dalam kehidupannya. Adel mulai bergaul meski terbatas. dia mul...