7. Teman?

2 2 0
                                    

~ Happy Reading 💞 ~

"Daff ... sekarang udah boleh belom?" tanya Raihan tak sabar.

"Belom."

"Ah lama ... gua gak sabar nih. Gua samperin aja lah," ucap Raihan dan berjalan menghampiri meja Adel dan Fani. Daffa yang sadar langsung saja menyusul Raihan.

"Woy Han! Tungguin gua lah, gua juga mau ketemu Adel tau!" teriak Daffa dan pergi menyusul Raihan.

"Eh ... kok kita ditinggalin sih! Kita juga mau ikut dong," ucap Haykal dan menarik tangan Shinta untuk menyusul Raihan dan Daffa.

***

"Hay," sapa Raihan sembari melambaikan tangannya.

Adel dan Fani yang tadinya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing dengan kompak mendongak dan menatap Raihan dengan kaget.

Adel cukup kaget dengan kedatangan Raihan, Daffa, Haykal dan juga Shinta. Tetapi dengan sebisa mungkin dia bersikap biasa saja.

Berbeda dengan Adel yang tampak tenang, Fani terlihat gugup, baru kali ini ada orang yang menyapanya dan mereka cukup banyak.

"Oh, h--hay juga," jawab Fani gugup, entahlah saat berhadapan dengan orang banyak seperti ini dapat membuat dirinya jadi semakin gugup.

Adel hanya diam. Dia tak membalas sapaan Raihan sama sekali, Adel kembali berkutat pada ponselnya. Entah apa yang dilakukan Adel dengan ponselnya, mungkin dia bermain game, ya mungkin saja.

"Kita boleh gabung gak?" tanya Raihan sembari tersenyum ramah pada Fani.

"Bo--"

"Gak!" potong Adel dingin.

Raihan dan yang lainnya menelan Saliva mereka susah payah. Berhadapan dengan Adel memanglah butuh hati yang kuat. Ya, alasannya supaya tidak sakit hati dengan apapun yang dikatakan oleh Adel.

"Ke--kenapa gak boleh? Pliss ... Adel jangan dingin dong. Kita kan cuma mau gabung doang, gak ada niatan yang lain kok. Iya gak Daff?" kata Raihan sembari menyenggol bahu Daffa.

"Eh? Iya! Kita gak punya maksud apa-apa. Kita cuma mau temanan kok," sambung Daffa.

Adel diam seolah tak mendengar apa-apa. Sedari tadi dia hanya asik dengan ponselnya saja.

"Yaelah ... gak usah gitu juga kali Del," ucap Shinta kesal.

"Tau tuh! Cuman mau gabung aja masa gak boleh sih," timpal Haykal.

"Iya Del, bolehin aja lah. Kasian mereka dari tadi berdiri loh, pasti capek." Fani yang tadinya diam kini bersuara.

"Nah ... betul tuh kata teman lo," sambung Raihan.

Adel yang tadinya berkutat pada ponselnya tanpa merespon apa pun. Kini melihat ke arah Fani yang juga menatapnya dengan senyuman.

"Boleh ya Del? Itung-itung nambah teman," ujar Fani memohon dan tak lupa dengan senyuman manisnya.

Senyuman itu, mata itu terlihat tulus sekali. Jika sudah begini, Adel bisa apa? Dia memang tak pernah menang jika berhadapan dengan Fani. Apa lagi saat melihat senyumannya yang begitu tulus. Adel mendenggus pasrah, mau tak mau dia harus mengijinkannya.

"Hm. Karna lo," jawap Adel dingin.

Fani tampak senang, dia langsung saja memeluk Adel dengan semangat. Sementara Adel, gadis itu hanya diam saat dipeluk oleh Fani.

"Jadi kita boleh gabung nih?" tanya Raihan dan Daffa kompak.

"Boleh kok, iya kan Del?"

"Hm."

Ice GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang