06

420 70 1
                                    

Hari ini akan diadakan rapat Osis membahas terkait pekan olahraga. Jea sangat malas jika rapat di hari Jumat, karena pulang sore jalanan pasti macet. Dia malas lama menunggu dijemput.

Malas-malas juga Jea tetap menyiapkan semua materi yang akan dibahas rapat nanti.

"Rapat ya Je?"

"eh iya nih, huh males banget sebenernya weekend gini pulang sore, macet parah"

"huhu sabar yaa Je, sorry aku duluan Je, Bang Jarvis udah nunggu, good luck!! bye-bye!!"
"Zia aku duluaaan"

"bye!!! hati-hati"

Zia masih sibuk dengan catatannya, sampai tidak sempat membalas pamitan Jihan.

"lu masih lama Ya?"

"dikit lagi kok ini, keluar kelas bareng yaaa"

"ohh oke okee"

"aduhh tuan putri mesti banget gua jemput di kelas nih?" dari arah pintu Davi bersuara

"ga perlu! ini juga gua udah mau jalan"

"lu masih duduk, btw" Jenanta ikut nimbrung percakapan mereka.

"yaa..  udah siap mau jalan intinya"

"gua masuk ya? sini laptopnya gua yang bawa aja" itu bukan pertanyaan lebih ke pernyataan.

Laptop sudah berpindah ke tangan Davi.

"Zia lu rajin amat" celetuk Jenanta yang ikut masuk dan melihat Zia sedang mencatat.

"pr buat minggu depan gua rasa tuu" kini Juan yang bersuara.

"biar weekend ga diganggu tugas" Harbi juga bersuara.

"nggak ko ini laporan hasil praktikum KIR kemarin, takut lupa, mending gua kerjain sekarang"

"buseeet… beneran rajin"

"Zia lu ditemenin 3 makhluk ini aja yaa? gua butuh Jea sekarang banget" sekali lagi itu bukan pertanyaan tapi pernyataan, karena kini Jea udah ditarik keluar kelas.

"HEH!! TANGAN TAU ADAB" Jenanta berteriak melihat Davi menarik tangan Jea.

"kudu diawasin yang begini" Jenanta berlari keluar berniat menyusul Davi dan Jea

"kalian mau keluar juga? gapapa, gua berani sendiri"

"gila lu yaak! nggak-nggak kita temenin, cepet dah tuh lanjut nulis" Juan tidak habis pikir dengan perempuan bernama Zia ini.

Harbi tidak berkomentar apa-apa, hanya duduk di meja sambil memainkan HPnya. Juan yang penasaran dengan apa yang ditulis Zia pun mulai larut memperhatikan tulisan Zia dan sesekali wajah Zia yang ia perhatikan.

Harbi menyadari hal itu hanya tersenyum tipis
'kebaca' – dalam hati Harbi.

….

Setelah rapat Osis dilakukan, selanjutnya akan dilakukan rapat dengan ekskul Olahraga dan PMR. 

Davi berbagi tugas dengan wakil serta anggotanya, untuk menjadi humas ke beberapa ekskul.

"gua bakal jadi humas Taekwondo"

"Jea humas ke Futsal"

"Nadin humas…"

"kan lu anggota Futsal juga kenapa ga elu aja sih?" Jea memotong ucapan Davi

"justru karena gua bagian Futsal juga anak-anak gabakal dengerin gua"

"yaa kan ini cuma kabar-kabaran buat rapat aja"

"lu liat sendiri ketua sama anggota Futsal begimana"

"yaa liat, nih depan mata gua"

"Jea, serius! professional aja udah"

Davi melanjutkan pembagian humas dan menjelaskan semua job desc  serta peraturan. Jea mendengus kesal. Sudah senang ia tidak berurusan lagi dengan manusia bernama Jenanta selama hampir 2 minggu.

Kini takdir membuatnya akan sering berurusan lagi dengan pria bernama Jenanta itu.

LINE

Jenanta
Gimana ?

aman
ga professional gua ganti!


Jenanta
THX DAV!!!
lu emang sobi gua bgt!!!!

bct!

Jenanta
luv you too😘

gak doyan ama batang!

Begitu kira-kira isi chat Davi dengan Jenanta, ternyata dibalik takdir Jea ada campur tangan Jenanta yang memaksa Davi.

"Kalo bisa mulai hubungin para ketua ekskul dari hari ini, karna minggu depan kita mulai rapat akbar pertama"

"Siap kak!!"

"Siap Dav!!"

Hanya Jea yang tidak menyahut, entah kenapa perasaan dia tidak enak jika itu menyangkut pria bernama 'Jenanta'. Sepertinya drama hidupnya akan segera dimulai, huh.

….

Selesai rapat sekbid 6, tidak sengaja Davi dan Jea menuju kantin dan bertemu lagi di gerai Es Jelly.

Sambil menunggu, Jea mengeluarkan handphone nya dan mengulurkan ke Davi. Davi mengernyitkan keningnya pertanda bingung.

"kontak line temen lu"

"sini, langsung dari sumbernya" entah dari mana munculnya Jenanta sudah merebut handphone Jea dan mencari Id Line nya dan menekan 'Add'

ekspresi wajah Jea sangat terkejut, bayangkan saja tiba-tiba handphone nya direbut tanpa aba-aba.

"udah, bentar gua add back dulu" Jenanta mengembalikan handphone Jea dan beralih fokus ke handphone nya.

"gila! bener-bener orang gila" Jea mengambil pesanan nya dan berlalu dari dua pria itu.

"siapa yang gila?" Jenanta bertanya ke Davi.

"lu!" ucap Davi berlalu dari gerai  Es Jelly

"kok gua?"
"eh Jea sorry!!!!" ucap Jenanta begitu sadar, meskipun ia tidak tahu Jea dengar atau tidak.

Jea yang sudah melangkah menuju keluar Kantin, mendengar samar-samar Jenanta say sorry. Kepalanya hanya menggeleng-geleng, drama hidupnya benar-benar akan segera dimulai, atau sudah dimulai?

....
Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨

—flawersun🌻

Boy #01 - Jeongwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang