"Apa kata dokter Zi?"
"Jea bisa langsung pulang kok misal infusnya udah abis. Sama dikasih resep obat luar buat memar di wajah sama tangan kanannya. Selebihnya dia butuh istirahat full"
Jenanta menatap Jea dengan raut wajah sedih dan penuh sesal.
"makasih yaa Nan udah nolongin gua" lirih Jea dengan suara pelan.
"lu ga perlu minta maaf Je, gua yang salah gak bisa jagain lu"
"mulai sekarang, gua bakal jagain lu terus"Jea tidak menjawab apa-apa. Dia heran kenapa Jenanta merasa sangat bersalah padahal bukan tanggung jawab dia menjaganya.
"Je....maafin kita juga yaa, kita bukannya nemenin kamu malah ngebiarin kamu sendiri" Jihan berucap sambil sesegukan, perempuan itu tidak bisa berhenti menangis sejak tadi.
"bukan salah kalian, justru seneng kalian ada buat bantu gua" dengan wajah pucatnya Jea tersenyum.
Sehabis maghrib, orang tua Jea datang bersamaan dengan Davi, Harbi dan Juan yang baru saja tiba di Rumah Sakit.
Davi langsung menjelaskan kronologi ke orang tua Jea karena ia sudah lihat rekaman cctv dan mewawancarai Rafi secara langsung.
Orang tua Jea khawatir dan panik tapi mereka tidak marah, mereka justru berterima kasih karena Jea langsung dibawa ke RS untuk ditangani.
"terima kasih yaa semua, kalian hati-hati pulang ke rumah masing-masing" ujar Mamah Jea.
"baik tante, hati-hati juga" jawab Jenanta mewakili teman-temannya.
"Juan lu anter Zia pulang, Har lu juga langsung anter Jihan pulang"
"gua mau ngobrol sama Davi dulu"
"okee, balik ya gua duluan" ujar Harbi dan memberi salam perpisahan ke semua termasuk Zia.
"gua juga, ayo Zi"
"hati-hati yaa lu pada" ucap Zia mengikuti langkah Juan.
Selepas kepergian mereka, Jenanta mengajak Davi untuk ngobrol di cafe terdekat.
"jadi gimana Dav, apa motif si bangsat"
"dia gak terima kita lolos final"
"anjing! sepele banget buat dasar nyakitin orang"
"tim mereka didiskualifikasi terus dia juga kena skors di sekolahnya"
"tetep aja ga sebanding sama apa yang dirasain Jea"
"kan lu udah bikin dia bonyok Nan, mau apa lagi? mau sampe dia mati?"
"yang ada gaada ujungnya ni masalah"Jenanta diam, perkataan Davi ada benarnya. Mungkin misal ia keukeuh balas dendam dengan Rafi justru akan semakin mengancam Jea kedepannya.
....
Hari ini final bagi semua jenis lomba. Kemudian hadiah akan diserahkan pada saat Pensi nanti.
Jea tidak bisa hadir dan semua anggota Osis juga melarang ia hadir. Jea istirahat full di rumah ditemani Zia dan Jihan yang sudah datang sejak pagi tadi.
"menang bukan tujuan kita, kita main aman aja jangan sampe cedera"
"oke"
"siap"
Benar saja, Tim Futsal Pelita Unggul tidak menang namun tetap meraih juara 2. Hal itu tidak membuat Jenanta dan anggota lainnya senang. Terutama Jenanta, ia masih sangat merasa bersalah. Sejak pertandingan mulai sampai selesai pikirannya hanya dipenuhi Jea.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boy #01 - Jeongwoo ✓
Fanfiction𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 #1 "Pacar Jenanta?" "Eh? Bukan kak" "Temen pacarnya Harbi, Bang. Sakit makanya gua bantuin" "Bukan temen lu dong berarti" "Abis ini temenan" [𝑱𝒆𝒐𝒏𝒈𝒘𝒐𝒐 × 𝑱𝒂𝒆𝒉𝒆𝒆] © 𝘧𝘭𝘢𝘸𝘦𝘳𝘴𝘶𝘯