Hari ini rapat akbar terakhir, dimulai sejak pukul 09.00 pagi, seluruh panitia baik untuk acara pekan olahraga maupun pensi ikut serta dalam rapat ini, bersama dengan guru-guru pembina.
Tepat pukul 12.00, waktu istirahat tiba. Para panitia ada yang mendahulukan sholat dan ada juga yang mendahulukan makan di seberang sekolah karena kantin yang buka hanya gerai makanan ringan.
Jea mengajak Sarah rekan anggota Sekbid 6 untuk makan, setelah mereka sholat.
Mereka memilih kedai soto ayam, agak sedikit jauh dari sekolah sebenarnya, namun karena Jea tidak ingin mengantri maka dia bela-belain meskipun itu jauh.
Setelah menunggu hampir 10 menit, akhirnya soto ayam Jea dan Sarah sudah tersaji. Namun baru Jea akan menyuap, hadir dua sosok manusia yang salah satunya selalu menjadi alasan jantung Jea berdetak 2x jauh lebih cepat.
Aksa dan Ardam sedang mencari kursi yang kosong. "tuh pojok kanan ada, lu kesana gua yang pesen" seru Ardam ke Aksa yang dibalas anggukan oleh Aksa.
Benar saja firasat Jea mereka akan memilih kursi kosong di depannya. Aksa melangkah ke arah kursi depan Jea. Jantung Jea benar-benar berdetak 2x lebih cepat.
"Eh, Jea? gua disini yaa, udah full kursi lain" ujar Aksa begitu sadar ternyata di depan kursi kosong itu Jea.
"e-eh i-iya kak, bukan punya gua ini hehe" sahut Jea gugup namun ia mencoba sok asik, temannya Sarah hanya datar saja karena merasa bukan dirinya yang ditanya. Selain itu, Sarah sepertinya bukan pengagum Aksa karena ia sudah punya pacar Kapten Basket pamornya sebelas duabelas sama Aksa di sekolah.
"rapat udah selesai atau belum?" tanya Aksa, Jea pikir mereka hanya akan berhadap-hadapan tanpa ada perbincangan.
"lagi break kak, tapi nanti lanjut lagi, cuma sebentar" Jea menjawab tanpa berani menatap mata Aksa secara langsung
"ohhh gitu, gua mau latihan tapi masih nunggu briefing panitia pensi, katanya setelah rapat baru dikabarin" Jea tidak menyangka seorang Aksa bisa ngomong panjang lebar seperti itu.
"ehh Jea kan?" tiba-tiba Ardam sudah menghampiri ke meja Jea.
"i-iya kak" Jea tersenyum
"kebetulan banget, udah selesai rapat?"
"gua abis nanya itu Dam, jangan ditanya lagi"
"ohh sorry-sorry gatau haha"
"gua denger-denger, konsep pekan or sekarang atas usul dari lu ya?" tanya Ardam
"engga ko kak, hasil diskusi bareng Osis"
"keren si, asli. good luck yaa"
"makan Jea, lu udah jangan ditanya terus dia ga makan-makan" Aksa memukul bahu Ardam pelan.
"hahaha sorry Jea"
"gak papa kak haha" Jea menjawab dengan santai dan sambil tertawa padahal jantungnya sudah tidak tertolong. Dia ingin cepat-cepat berlalu dari hadapan Aksa sekarang.
untung detik selanjutnya pesanan mereka datang, Jea lega karena mata Aksa kini fokus ke soto bukan lagi menatap intens dirinya.
drrrtt...drrrtt…
Getaran handphone yang panjang menandakan adanya panggilan masuk.
"sorry ganggu" kata Jea dan langsung mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari Davi
"santai" sahut Ardam
"kenapa Dav?"
"lu dimana? Pak Rama nanyain rundown lengkap"
"gua lagi makan soto, harus sekarang?"
"iya Je, sorry banget, Pak Rama juga urgent nih"
"ooh oke oke gua balik sekarang"
"Sar, mau langsung ikut balik gak?"
"iya gua mah udah kelar makan" Jea melirik mangkok Sarah yang sudah bersih beda dengan soto di mangkoknya yang masih setengah.
"oh yauda ayo"
"kak, gua duluan yaa"
"iya Jea" sahut Ardam dan Aksa. Jea langsung berlalu dengan cepat.
"sayang banget belum habis padahal, lu si ngajak dia ngobrol"
"lu juga kan"
….
Jea sampai di sekolah dengan peluh di dahi. Ia berlari dari kedai soto sampai sekolah.
Dengan nafas tersenggal-senggal. Jea mencari rundown yang diminta Pak Rama di tasnya. Langsung mencari keberadaan Davi yang ternyata ada di koridor ruang guru.
Masih dengan nafas tersenggal Jea memberikan rundown itu ke Davi. "nih Dav"
"Je, lu lari yaaa?" Davi terkejut melihat kondisi Jea.
"u-udah sana cepet kasih Pak Rama" Jea mendorong Davi masuk ke ruang guru.
"kenapa lari? tunggu sini gua beliin air mineral di kantin" ujar Jenanta yang kebetulan dari tadi menemani Davi menunggu Jea.
Jea duduk di kursi depan ruang guru, menetralkan nafasnya. Tidak sampai 5 menit Jenanta sudah ada di depannya lagi.
"minum dulu" Jenanta menyodorkan air mineral yang sudah ia buka tutupnya.
"kenapa lari?" tanya Jenanta lagi
"gua tadi lagi makan soto disana, terus kata Davi urgent, makanya gua lari biar cepet sampe"
Jenanta mengeluarkan sapu tangan dari kantong kemejanya, dan mengelap peluh yang ada di dahi Jea.
Jea bergeming, badannya seakan kaku, jantungnya berdetak 2x lipat seperti saat bertemu Aksa.
"bersih kok ini, belum gua pake"
Jea memberanikan diri menatap mata Jenanta. Jenanta menatap balik dan tersenyum manis.
'gila.. gua udah gila' batin Jea.
….
Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨
—flawersun🌻

KAMU SEDANG MEMBACA
Boy #01 - Jeongwoo ✓
Fanfiction𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 #1 "Pacar Jenanta?" "Eh? Bukan kak" "Temen pacarnya Harbi, Bang. Sakit makanya gua bantuin" "Bukan temen lu dong berarti" "Abis ini temenan" [𝑱𝒆𝒐𝒏𝒈𝒘𝒐𝒐 × 𝑱𝒂𝒆𝒉𝒆𝒆] © 𝘧𝘭𝘢𝘸𝘦𝘳𝘴𝘶𝘯