03

613 93 1
                                    

Disinilah Jea berada, satu mobil dengan orang-orang yang ia tidak kenal. Bukan tidak kenal, namanya si kenal tapi tidak saling mengenal satu sama lain.

Jenanta bersikeras mengantar Jea pulang. Jea yang sudah merasa pusing, tidak ingin lagi berdebat dengan siapapun. Ardama–sepupu Jenanta menjadi korban, dipaksa untuk mengantar Jea, padahal Ardama dan teman-temannya berniat langsung ke studio musik sehabis pulang sekolah.

“Pacar Jenanta?” Ardama memecah keheningan di dalam mobil. Pertanyaan Ardam membuat Aksa sahabat sekaligus partner dalam bermusiknya yang berada di sampingnya ikut menoleh seperti menunggu jawaban Jea.

“Eh? Bukan kak”

“Temen pacarnya Harbi Bang, sakit makanya gua bantuin”

“Bukan temen lu dong berarti”

“Abis ini temenan” Ardam dan Aksa yang mendengar jawaban tersebut hanya tersenyum kecil.

Tidak ada lagi percakapan setelah itu, Jea sesekali melirik ke arah Aksa, ia kenal Aksa. Tidak, satu sekolah pasti kenal Aksa dan Ardam, wajahnya sering muncul pada acara-acara sekolah karena sering tampil bermusik.

Selain itu, Aksa terkenal jago melukis. Anaknya art banget, santai dan cool. Tidak sombong, hanya memang irit berbicara. Jea sejak kelas 10 sudah sering memperhatikan Aksa, namun untuk melabeli dirinya ‘suka’ pada Aksa, dia tidak berani. Jea meskipun menyadari dirinya cantik dan pintar, tetap saja sadar diri adalah hal utama baginya. Dia tahu selera Aksa pasti bukan seperti dirinya, daripada capek menggalau lebih baik tidak melabeli ‘suka’.

….

Jea hampir terlambat masuk sekolah, ia bangun kesiangan jadilah ia bertemu macet di jalan.

“Jea, kirain kamu ga masuk” Jihan langsung menghampiri Jea.

“Lu udah mendingan? Di chat, telpon ga bisa, bikin khawatir tau gak!” Zia mendumel.

“Sorry, kemarin pas sampe rumah langsung check up ke RS, abis itu pulang istirahat dan ga megang hp sama sekali”

“Tapi udah gapapa kan?”

“Iya udah gapapa, gua dibuatin bekal juga jadi aman”

“Syukurlah, bener dianter pulang sampe rumah sama Jenanta?”

“Iya bener ko, ga enak tapi sama Kak Ardam sama Kak Aksa, kayanya mereka mau latihan deh. Tapi terpaksa harus nganterin gua dulu”

“Itu Jenanta beneran sepupuan sama Kak Ardam apa?” Zia dikabari Jihan kemarin kalau Jea dianter pulang Jenanta dan sepupunya Ardama.

“Bener lah Zia, itu dia mau bantu anter pulang Jea disuruh Jenanta”

“Gimana rasanya dianter pulang sama dua cowok most wanted sekolah Je?”

“Aduuh gatau deh, karena gua pusing banget sampe ga kerasa rasa yang lain” Jea berbohong, ia tidak akan menceritakan betapa senangnya ia bisa melihat Aksa secara dekat selama hampir 20 menit.

“Aduh iya ya gua lupa keadaan lu kan lagi sekarat, salah nanya deh gua”

“Anjir sekarat banget!”

….

"Har!"

"apa sih njir! ngagetin aja" Harbi yang sedang fokus dengan hpnya hanya menjawab tanpa melihat ke Jenanta.

"nanti kantin ajakin cewek lu lagi dong!!!!"

"eh! anjing!"

"apa si anjir! kaga lah, maksudnya biar dia ajak sobi-sobinya ituuu"

"lu to the point laah anjing! jangan bikin gua emosi"

"hahahahahaha" Jenanta hanya tertawa puas.

....

Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨

—flawersun🌻

Boy #01 - Jeongwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang