02

721 109 1
                                    

"lu kenal Jea Jea yang tadi dari mana Dav?" Jenanta memukul bahu Davi.

"Dia wakil gua anjir!"

"demi apa dia Osis?"

"asli daah!"

"ko gua gapernah engeh?"

"lo kemarin-kemarin kan gila futsal banget Jen! boro-boro ngelirik cewek"

"anjir, cantik imut gitu udah ada pawangnya belom yak?" Jenanta bermonolog sambil matanya menatap langit-langit koridor.

"goblok!!!!"  Jenanta tersandung dan jatoh.

"HAHAHAHAHA NANTA GOBLOK" Harbi tertawa paling keras di antara mereka bertiga.

"lu bener-bener dah! begonya ke tulang-tulang, jalan aja ga bener" Juan masih tertawa terbahak.

"bangun lu! baru ngebayangin aja udah bikin jatoh hahaha" Davi mengulurkan tangannya.

Untung koridor sepi karena sudah pada masuk kelas masing-masing. Kalau tidak, malunya Jenanta bisa sampai lulus nanti.

"heh kok masih di luar? masuk.. masuk!" perintah Bu Asih, Guru Bahasa Indonesia yang akan mengajar di kelas mereka.

Mereka melenggang masuk dengan masih tertawa yang ditahan-tahan, teman sekelasnya hanya menatap bingung.

….

Mata pelajaran telah berakhir, para murid bergegas keluar dari kelas masing-masing, memenuhi koridor-koridor kelas.

"Jea Zia kalian dijemput kan?"

"gua bareng Bang Shua, mau mampir ke klinik Papah"

"Jea?"

"naik ojek online kayanya, mobil lagi dipake semua"

"Jea, muka lu pucet lhooo, pasti karna belum makan" Zia menyadari wajah pucat Jea

"eh iyaa Jea kamu gabisa naik ojek online, nanti jatuh pingsan gimana?"

"nggak ko, nggak separah itu, masih bisa gua tahan"

"atau mau kita temenin makan dulu?"

"nggak usah, gapapa, Zia abang lu pasti udah nunggu, sana duluan aja"
"lu juga Han, Harbi pasti udah nunggu"

benar saja sedetik kemudian, handphone Zia berbunyi, abangnya telah menelpon.

"iyaa gapapa Zia" ujar Jea melihat tatapan mata Zia yang merasa bersalah.

"lu naik taxi online aja Je, nanti nyalain gps, biar kita pantengin, gua duluan yaa sorry..bye bye"

"Kalo Harbi bawa mobil, aku ajak kamu pulang bareng Jea, sayangnya Harbi lagi bawa motor sekarang" Jihan dengan tampang sedihnya.

"iya gapapa Han, gua naik taxi paling"

"ayo ke depan bareng"

belum sempat mereka keluar kelas, Harbi dan kawan-kawan sudah muncul di depan kelas Jihan dan Jea–11 IPA 1

"Handphone kamu disilent yaa? aku khawatir kamu kenapa-kenapa makanya aku samperin ke sini"

"eh ? iya aku silent, maaf yaa, ini Jea pucet banget aku mau nemenin dia sampe dapet taxi"

mendengar itu, Jenanta yang berada di belakang Harbi langsung melongok melihat perempuan yang baru saja mencuri perhatiannya.

"eh sama gua aja, sepupu gua bawa mobil ko" entah kenapa Jenanta enteng sekali berucap, tanpa dipikir lagi.

"eh serius? kamu mau anterin Jea?"

....

Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨

—flawersun🌻

Boy #01 - Jeongwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang