04

544 87 1
                                    

Istirahat kali ini Jea ikut dengan Jihan dan Zia ke kantin. Meskipun ia bawa bekal, makan bareng lebih enak kayanya–pikir Jea.

Seperti kemarin, Harbi sudah mencari meja duluan untuk makan bareng pacarnya sekaligus menuruti kemauan Jenanta.

“Hi Bi” sapa Jihan ke Harbi.

“Kamu tunggu sini aja, aku yang pesenin” sontak mendengar itu baik teman-teman Harbi maupun Jihan merespon dengan ekspresi cringe.

“Halah bucin!” Juan mencibir.

Jenanta baru akan melakukan hal yang sama seperti Harbi tapi ini ke Jea, namun pandangannya jatuh pada kotak makan di tangan Jea. Ia mengurungkan niatnya dan berjalan menyusul teman-temannya untuk memesan makan.

"ini kenapa jadi makan bareng terus yak?" ujar Zia

"gapapa Zia, aku jadi ada kesempatan bareng Harbi terus hehe " jawab Jihan sambil menaik-naikan kedua alisnya.

"yeuuu samanya!!! ga cowoknya ga ceweknya sama-sama bucin" dumel Jea

"kamu belum  ngerasain aja Jea"

'mau ngerasain juga, apalagi misal sama Kak Aksa, pasti sweet banget' –ucap Jea dalam hati.

Buru-buru Jea menggelengkan kepalanya, mencoba membuang jauh-jauh pikirannya yang sangat tidak masuk akal itu, mentang-mentang baru kemarin bisa liat Kak Aksa selama itu. Jiwa delulunya meningkat.

"lu kenapa?" tanya Jenanta yang mengambil duduk tepat di seberang Jea.

"hah?"

"lu geleng-gelengin kepala kenapa? pusing lagi?"

"ohhh!!!! ah! engga, gua gapapa" jawab Jea buru-buru dan langsung fokus dengan bekalnya.

Semua fokus dengan makanan masing-masing, hingga tiba-tiba Juan tersedak makanan nya gara-gara membaca berita mengejutkan dari grup futsal.

"Uhuuk...uhukkk"

"nih minum, gua belum minum sama sekali" Jea menyodorkan tumblr yang ia bawa dari rumah.

Jenanta mengambil tumblr Jea dan membantu Juan minum.

"makasih-makasih, aduh gila sakit tenggorokan gua"

"keselek ngapa lu?"

"kaget baca grup, masa Sekolah Prima ngotot mau ikut pekan or di sekolah kita, dirapatin aja belom padahal"

"wah gila, masih dendam yang kemarin mereka kalah berarti" Harbi menanggapi.

"gimana ni ketua pelaksana?" sindir Jenanta ke Davi

"bentar yaa, dirapatin dulu sama ibu waketu"

"jangan si kata gua mah, ancur yang ada acara kita"

"siapa si nama lu?" Jea tiba-tiba bersuara

"eh? siapa? gua?" Juan yang sedang misuh-misuh, ekspresinya berubah menjadi bingung, terlihat sangat lucu.

"iya"

"ohhh lu belom kenal gua yaak, sedih padahal gua udah kenal lu"
"gua Juan, salaman dulu biar afdol"

belum sempat mereka salaman, tangan Juan sudah dipukul Jenanta.

"apasi lu alay"

"dih ngapa jadi alay?" Juan tampaknya belum peka.

"mending lu beli minum sana, ganti punya Jea"

"oh iya! bentar ya Jea gua beliin dulu" Juan langsung berlalu

"huh.. padahal mau nitip Es Jelly sekalian"

"minum banyak banget" sindir Jenanta

"jangan Je!!! awas aja lu minum itu" Zia langsung melarang

"kemarin udah masuk RS juga gara-gara minum itu"

"engga yaa, itu karena belum makan aja bukan karena es nya"

"lu sampe dibawa ke RS?" tanya Jenanta memastikan apa yang didengarnya barusan.

"maklum Jea anak satu-satunya, ga boleh lecet sedikitpun apalagi sampe sakit" justru Zia yang menjawab.

"Jihan anak kedua juga tetep aja ga boleh lecet sedikit pun, abis nanti sama Bang Jarvis" Harbi ikut nimbrung percakapan.

"Jihan ada lo kan yang jagain" ujar Jea

"kalo lu, gua yang jagain mau ga?"

Jenanta berucap seperti setengah sadar, pasalnya dia berucap dengan tatapan mata lurus ke Jea.

Jea yang mendapat pertanyaan tidak terduga, hanya bisa diam. Tidak hanya Jea, semuanya yang berada dalam 1 meja itu terdiam beberapa detik hingga…

"beli air mineral doang ngantri banget! besok-besok gua jualan aja kali ya kek cangcimen gitu" kehadiran Juan menyadarkan semuanya.

"ko pada diem si?"

"gaspol banget nih temen lu!" ujar Davi

"gua ga nyangka lu sesiap ini Nan"

"apa sih?" Juan masih tidak mengerti

"banyak tanya lo ah, sini!" Jenanta merebut air mineral dari Juan yang masih berdiri di sampingnya dan membukanya untuk Jea.

"nih minum biar ga tegang-tegang banget"

'sialan Jenanta!' – dalam hati Jea.

Jea mengambil air mineral itu dan langsung meneguknya. Semua tertawa kecuali Juan bersama tampang bingungnya.

….

"Jenanta mantep juga yaa langsung gaspol haha" ujar Zia ditengah perjalanan mereka menuju kelas.

"diem deh Zia"

"kamu apa ga baper Je? uwww kita yang denger aja baper" ujar Jihan sambil memeluk dirinya sendiri mengingat kejadian di kantin tadi.

"nggak ada baper-baperan! udah gausa dibahas lagi" Jea berucap sok tegas padahal ia sendiri menahan diri untuk tidak tersenyum. Jea mempercepat langkahnya mendahului Jihan dan Zia.

"tapi pipi lu merah Je" ujar Zia mengejar Jea, disusul dengan Jihan. "cieee Jeaa"

Jea menutup telinganya sepanjang perjalanan ke kelas karena tidak ingin mendengar ledekan-ledekan sahabatnya.

….

"anjay Nan ga nyangka lu bakal se-to the point tadi hahaha"  Davi membahas ulang yang di kantin tadi.

"kurang dididik emang nih mulut" Jenanta memukul mulutnya sendiri.

"EMANG !! BARU SADAR LU?!" Juan dengan semangat menyambar. "tapi emang apa si?"

Harbi hanya tertawa mendengar percakapan ketiga sahabatnya. Dumb, Dumber and Dumbest.

"jelasin Har" suruh Davi ke Harbi yang hanya mendapat balasan gelengan kepala. Berujung Davi lah yang menceritakan apa yang terjadi di kantin tadi.

"sialan Jenanta! lu udah ketularan Davi, fix banget! makanya Nan gua udah bilang jangan terlalu deket sama Davi"

"Juan sialan!"

"lihat hasil mencontoh diri lu, Jenanta yang biasa pacaran sama bola sekarang udah bisa gombal ke cewek!"

"ngapa jadi gua si gblk!"

"lu buaya kelas kakap"

"jadi, buaya apa ikan kakap?" Harbi akhirnya nimbrung percakapan mereka.

"diem lu!" Juan dan Davi kompak menjawab.

Jenanta dan Harbi tertawa puas.

....
Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨

—flawersun🌻

Boy #01 - Jeongwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang