Rapat segera dimulai kembali, setelah kejadian di koridor ruang guru tadi Jea buru-buru menghindar dari Jenanta.
Jea habis dari toilet, jalan menuju ruang rapat melewati koridor ruang-ruang ekskul salah satunya, ruang musik. Ia tidak ambil pusing karena tadi pas menuju toilet koridor tersebut kosong alias tidak ada yang sedang nongkrong seperti biasa.
Namun dugaan Jea meleset, kini ia melihat di depan ruang musik terdapat Aksa dan anggota musik lainnya yang kelas 12. Sudah terlambat jika ingin putar balik, karena Ardam dan Aksa sudah melihatnya. Akan terlihat sangat jelas jika ia menghindar, nanti bisa-bisa dicurigai, Jea tidak mau itu terjadi.
"Jea.. tadi lu makan belum habis, ini buat lu" ujar Aksa saat Jea tepat di depannya sambil menyodorkan roti dan air mineral botol.
"eh?"
"sorry ya Jea, gara-gara gua ajak lu ngobrol terus sampe ganggu makan lu, ayo ambil itu aksa yang beliin" ucap Ardam, yang justru membuat jantung Jea semakin tak terkendali, apa tadi dia bilang? "aksa yang beliin" wah Jea seperti akan terbang saat ini.
Ardam bingung kenapa Jea diam saja, padahal biasanya cewek akan heboh bahkan hanya diajak berbicara dengan Aksa, apalagi ini dibeliin roti sama minum, harusnya koprol ga sih?
"gapapa kak, kenyang kok makan dikit juga hehe, tapi ga baik nolak pemberian orang lain, jadi aku ambil yaa kak, terima kasih" Jea berusaha keras agar tetap terkesan santai.
Aksa gemas dengan jawaban Jea. "dimakan yaa, good luck lanjut rapatnya" ucap Aksa tersenyum ke Jea
Siapapun tolong ingatkan Jea untuk bernapas.
"terima kasih, permisi balik rapat kak"
"good luck Jea" seru Ardam dan Jea berlalu menuju ruang rapat.Jika bukan di sekolah, mungkin Jea sudah jingkrak kesenangan dan joget-joget gak jelas. Namun ia berusaha sangat keras menahannya. Ditambah kini ia harus berusaha mengatur mimik wajahnya yang berseri-seri, demi menghindari pertanyaan-pertanyaan orang lain.
….
Jea sudah kembali fokus mengikuti rapat, ia berhasil kembali dengan wajah biasa saja sehingga tidak mengundang kecurigaan dari orang lain.
Saat sedang fokus mendengarkan Pak Rama, tiba-tiba arah pandangannya berubah ke dua botol minum yang ada di depannya saat ini. Satu dari Jenanta, satu lagi dari Aksa.
Pikiran Jea tiba-tiba teringat dengan ucapan sahabat-sahabatnya yang bilang ia menggantung Jenanta.
Ia jadi mempertanyakan sendiri bagaimana perasaannya, dia jadi sadar, hari ini dua pria itu membuat jantung Jea berdetak 2x lebih cepat. Jika seperti itu, mana salah satunya yang lebih bermakna?
Apakah Jea akan menepati janjinya untuk mengejar Aksa jika sudah mendapat momen yang membuatnya percaya bahwa Aksa worth it untuk dikejar. Atau Jea akan mencoba melirik Jenanta, agar ia tidak dicap menggantung Jenanta?
"emang gitu Je, harus banyak-banyak minum" celetuk Juan, rapat sudah berakhir, ditutup dengan cuap-cuap Pak Rama.
Namun Jea selaku penanggung jawab Futsal, ia mengajak anak-anak futsal briefing lagi untuk hari Senin nanti.
"takut kurang sampe beli lagi?" tanya Jenanta yang sudah menarik bangku dan duduk persis di samping Jea.
"eh? ah engga, tadi dikasih temen karna liat gua lari-larian"
"temennya cewek apa cowok?" sambar Harbi.
Jea tidak menjawab. "waaaah lawan sudah mulai menunjukan taringnya nih" seru Juan heboh.
"pak jangan lama-lama, ketikung rossi berabe" Juan memang sangat berisik dimanapun.
"Wan cukup, serius dulu, biar cepet pulang terus istirahat, jadi senin kita semua fit" Jea memulai briefing nya. Mulai dari mengingatkan, datang jam berapa, pake baju apa hingga menjelaskan jobdesk masing-masing.
"oke, paham yaa, mungkin pas hari H, bisa tanya gua langsung aja kalo ada yang masih bingung atau tanya Jenanta"
Jenanta yang namanya disebut, hanya mengangguk.
"okee sekian briefing hari ini, terima kasih banget kalian mau meluangkan waktu dan bener-bener bertanggung jawab sebagai panitia dengan ikut rapat, oiya! jaga kesehatan, minum vitamin, tidur yang cukup, siapin fisik untuk satu minggu kedepan. Mari kita berdoa agar pekan olahraga dan pensi lancar dan sukses. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing, mulai"
"selesai, terima kasih yaaa" ucap Jea sambil menepuk satu-satu panitia futsal.
Jenanta yang sejak tadi memperhatikan Jea, merasa setiap detiknya ia jatuh dalam pesona Jea. Rasa yang dimiliki Jenanta ke Jea semakin dalam. Akan sulit apabila disuruh berpaling dari Jea. Jenanta hanya mau Jea.
"Gua anter pulang yaa Je"
"gua udah di jemput kok Nan, lu balik aja langsung, istirahat jangan mampir-mampir"
"kalian juga!!!" tunjuk Jea ke Juan dan Harbi"gua sih pasti ngapel Jihan dulu Je"
"hadeh bucin"
"ohh gitu, yauda lu hati-hati juga Je, langsung istirahat juga, lu udah kerja keras mimpin rapat hari ini" ucap Jenanta mengusap rambut Jea lembut.
Jea terkejut, begitu juga Juan dan Harbi.
"o-oh pasti, yauda gua duluan, byee" Jea langsung melenggang keluar.
"gua gak salah liat?"
"nggak! gua mau gas pol, Jea cuma buat gua!" seru Jenanta.
….
Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨
—flawersun🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy #01 - Jeongwoo ✓
Fanfiction𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 #1 "Pacar Jenanta?" "Eh? Bukan kak" "Temen pacarnya Harbi, Bang. Sakit makanya gua bantuin" "Bukan temen lu dong berarti" "Abis ini temenan" [𝑱𝒆𝒐𝒏𝒈𝒘𝒐𝒐 × 𝑱𝒂𝒆𝒉𝒆𝒆] © 𝘧𝘭𝘢𝘸𝘦𝘳𝘴𝘶𝘯