Happy Reading 🍁
°°°
Saat melihat lampu menyoroti mereka, beberapa dari mereka menoleh menatap siapa gerangan yang berani menganggu kesenangan mereka.
"Lepas atau Mati?" Sampai suara dingin dan tajam datang memperingati mereka.
__________________________________________________
Leona berjalan kearah mereka dengan berani, menatap para preman itu santai nan tajam tanpa sedikitpun rasa takut.
"Siapa Lo? Bocah aja belagu mau bunuh kita, sadar diri woy Lo sendiri lawan kita berempat." Ujar salah satu preman meremehkan Leona, namun Leona tetap diam.
"Yok i Bos, mending balik badan terus lari. Atau mau main sama kita disini?" Tawar preman satunya kepada Leona, tapi Leona tetap diam.
Tak tahu saja mereka tentang pikiran gadis itu yang kini sedang memikirkan macam-macam penyiksaan untuk mereka.
"Woy bocah! Denger enggak! Pergi sebelum kita kehabisan kesabaran!" Bentak salah satu dari mereka.
Mendengar itu Leona menyeringai kejam lalu mendongak menatap para preman itu yang juga menatapnya.
"Pilih dulu dong om pergi? Atau Mati!" Tekan Leona diakhir kalimat, tapi tetap ucapannya dianggap candaan. Leona berdecih lalu berjalan mendekat dan-
Bugh
Bugh
Krak
Aaakkhhh
Krak
Bugh
Brak
Dalam hati Leona berdecih sinis, lihat saja sekarang dalam beberapa menit saja para preman itu terkapar tak berdaya.
Leona tersenyum sinis, lalu berjalan maju ke depan seorang gadis yang duduk bersimpuh menutup wajahnya takut.
Menatap itu datar, Leona bukannya membantu malah mengambil pisau lipat yang dibelinya beberapa hari lalu menyerahkannya kepada gadis didepannya.
"Ambil dan balas ke mereka." Ucapnya singkat membuat gadis itu mendongak menatap Leona rumit sekaligus takut? Heh apa yang ditakutkan dari wajah imut bin gemesin ini?!
"Ta-tapi..."
"Cetania! Gue gak suka punya kembaran lemah kayak gini, jadi bangun dan balas mereka." Sentak Leona dingin, sedikit kesal melihat kelemotan bercampur tatapan takut gadis yang menjabat sebagai kembarannya itu.
"Ambil!" Bentak Leona tak sabaran. Mau tak mau Ceta mengambil benda dingin itu ke genggamannya, melihat itu Leona tersenyum miring setelahnya berlalu dari sana.
"Gue tunggu didepan gang, selesai Dateng ke gue." Ucap nya sebelum pergi, meninggalkan Ceta yang termenung menatap benda dingin yang tak lain pisau lipat yang terlihat mengkilat dengan pikiran-pikiran mempertanyakan siapa gadis yang menolongnya tadi, Tentang kembaran dan membunuh?
Perlahan Ceta bangkit, mendekat kearah para preman yang terkapar pingsan dengan wajah penuh luka tak lupa Ceta tadi juga mendengar bunyi retakan tulang diantara mereka atau mereka semua? Entahlah Ceta tak tahu.
Tangannya terangkat dengan mata yang bergetar mengingat kejadian Dimana mereka hampir melecehkannya.
Lalu terayun ke salah satu dari mereka dan-
Clang
°°°
"Udah?" Tanya Leona saat melihat Ceta berjalan kearahnya dengan pisau lipat miliknya yang belum terlumuri darah alias masih bersih mengkilat.
"Maaf aku-" ucapan Ceta terpotong begitu saja dengan Leona.
"Hm, gue paham. Kita kembar dengan sikap yang berbeda, Lo lembut sedangkan gue kejam. Naik gue anter." Potong Leona acuh lalu menyuruh Ceta naik ke atas motor barunya tak lupa Ia meminta kembali pisau lipat berwarna hitam itu miliknya.
Motor yang dikendarai Cata melaju membelah jalan raya yang sedikit renggang malam ini, sampai mereka tiba didepan rumah megah milik Kakek Reandra, tempat tinggal Leona dan Ceta maybe.
"Ki-kita ada di-dimana?" Pertanyaan dengan nada gugup itu membuat Leona menoleh, gadis itu memang gagu atau syok?
"Lo gagu?" Tanya balik Leona ceplas-ceplos tanpa melihat raut Ceta yang kaget, takut dan tak terima disaat yang bersamaan.
"A-aku gak gagu!" Seru Ceta tak terima kala dikatai gagu, tak tahu kah Leona bahwa Ceta masih takut akan hal yang menimpanya tadi dan tentang pisau yang gadis didepannya berikan.
Leona terkekeh pelan mendengar suara lembut Ceta yang berseru tak terima malah seperti tikus terjepit. Leona menggeleng lalu melihat Ceta yang menatapnya sengit dan takut.
Tanpa rasa bersalah Leona meraup wajah Ceta lalu melepaskan topi hitam serta masker diwajahnya, tak memedulikan wajah gadis disampingnya yang sudah kesal.
"Muka kamu!" Seru Ceta kaget, bagaimana tidak! Wajah mereka-wajah mereka hampir mirip jika warna rambut, mata dan pipi chubby milik gadis didepannya yang menjadi pembeda.
"Masuk, entar gue jelasin." Suruh Leona lalu berjalan mendahului dan Ceta yang mengikuti dari belakang.
°°°
Saat membuka pintu utama, satu kata untuk menggambarkannya. Sepi.
Leona mengangkat bahunya acuh tak peduli, mungkin saja mereka sudah tidur. lagipula Leona malas ditanyai macam-macam.
"Ikut gue." Ceta hanya mengangguk sebagai jawaban, terlalu sibuk memindai kesana-kemari dengan matanya. Leona melirik sebentar, lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada dilantai dua sedangkan kamar kakek dan Neneknya berada di lantai tiga.
Sampai di depan pintu bercat biru tua, Leona membukanya lalu masuk. Tak lupa Ceta yang mengintili masuk kedalam.
"Ganti baju." Titah Leona menunjuk ruang baju-baju miliknya yang berada disamping kamar mandi. Lalu melepas jaket masker dan bersandar nyaman di tempat tidur dengan ponsel ditangannya.
Bruk
Dengan wajah senangnya Ceta menjatuhkan dirinya dikasur Queen size milik Cata. Leona hanya diam malas menegur, tapi pekikan senang terdengar dari sampingnya.
"Wajah kita hampir mirip! Tapi kamu lebih chubby, mata kamu warnanya indah beda dari aku, terus warna rambutmu juga beda. Tapi Suer deh, wajah kita hampir mirip banget! Kayak pinang dibelah dua!" Seru Ceta semangat.
Leona hanya melirik nya lalu mengangkat bahu acuh.
"Kita kembar." Jawabnya singkat.Lalu menyuruh Ceta untuk tidur dengan dirinya yang bersiap akan segera tidur. Ceta melongo menatap Leona, ta-tadi siapa yang bilang akan menjelaskan? Sesingkat itu?! Cuma kata 'kita kembar' gila! Ceta menggeleng lemah lalu memilih tidur dari pada mengurusi itu yang membuatnya lelah hati dan otak.
°°°
Tinggalkan jejak 👣 ingat!
↓ jangan lupa vote hayukk⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
My Antagonis Twins
Science Fiction-Up sesuai Mood- sumpah ceritanya ga nyambung (sebelumnya) wkwk Sip lah sekali Mood pas Up bisa sampai Lebih dari satu:v Warning, cerita ini hanya sebatas fiksi belaka bila ada kesamaan dalam cerita orang mohon maaf karena cerita ini memang terinsp...