Skuy scroll sampe bawah, terus trys trus Vote hehe.
Happy reading ILY
°°°
"Yang bersih woy! Itu masih kotor." Leona menunjuk-nunjuk semua yang terasa kotor dimatanya, oke abaikan.
Sedangkan Ceta hanya mendengus kesal, iya kesal! Sepulang sekolah tadi ternyata kembaran somplaknya itu menunggui nya dicafe depan sekolah sampai lebih dari lima jam lamanya.
Dan sebagai hukuman dengan seenak jidatnya Leona menyuruh dirinya membersihan motor trail milik Reandra yang tadi ditemukan bocah itu di gudang. Awalnya Leona iseng ingin mencari tikus untuk sekedar membuat keributan dirumah, entahlah Leona merasa akhir-akhir ini jiwa jahil nya keluar.
Tapi bukannya tikus yang ditemukannya melainkan sebuah motor trail berwarna hitam bercampur hijau terbalut kotoran yang Leona yakini adalah lumpur, dengan bau yang wahh Leona saja sampai menjaga jarak beberapa meter.
Yang namanya Leona, jika penasaran pasti sampai tuntas keakar-akarnya agar bisa tidur nyenyak tanpa memikirkan tetebengeknya. Dengan hati yang senang Leona mengeluarkan motor itu sendiri dan dengan wajah arogannya Ia menyuruh Ceta membersihkannya dengan embel-embel 'nyicil'.
Seketika Ceta kapok berurusan dengan setan berwujud kembarannya itu.
Terpaksa Ceta mengiyakan karena Leona mengancam akan membuat ketenangan di sekolahnya yang memang sudah tak tenang setelah Ia masuk kesana karena Ia terkenal sebagai siswi beasiswa yang pastinya selalu kena bully oleh siswa-siswi yang merasa mereka adalah penguasa. Oke iblis.
"Malah melamun! Woy babu!" Sentak Leona kesal saat kedapatan Ceta melamun, tapi juga merasa janggal. Entahlah ekspresi Ceta seperti seorang pengemis yang meminta pertolongan, Canda.
Ceta berdecak kala mendengar ucapan Leona yang mengatainya babu, heh wajah cantik seperti ini dikatai babu?! Wah emang sih. Ck, tapi tetap saja Ceta tak terima. Dengan segudang rencana balas dendamnya Ceta mengangkat selang air lalu menyemprotkan nya kearah Leona yang sedang mengawasinya garang.
Kena namun tak sesuai dugaan, bukannya kaget Kembarannya itu malah menatap datar dirinya. Seakan sudah tahu apa yang akan Ia lakukan, tapi tak masalah. Lihat baju ala rumahan Kembarannya itu basah terkena air siraman nya, Ceta tertawa lalu berlari saat Leona mengejar bocah itu dengan sandal jepit mang didin yang diambilnya paksa.
"Kesini Lo tengik!"
"Kejar kalo bisa! Dasar keong."
"Non sendal mamang teh jangan dibawa atuh, mau sholat ini aduh."
Dan berakhir indah dengan Ceta yang terpleset selang air, Leona yang menertawai dengan tawa kudanya, lalu mang Didin yang menyambar sandal miliknya tak lupa dengan tatapan kesal.
"Kasihan, Badaknya lagi mandi ya bund?" Tanya Leona pura-pura khawatir, tangannya terangkat kewajah lalu mengusapkannya ke bawah mata seakan ada air mata disana.
"Gila bukannya dibantuin malah ngetawain! Aing maung ini mah Meong!" Nyelenehan Ceta menyambut tawa membahana Leona, mana ada maung bunyinya 'Meong?' maung sunat kali ah.
"Maung tuh guk, kalo Lo baru embek~yah mirip kambing." Setelah mengatakan itu Leona langsung lari dari kejaran Ceta menuju kedalam rumah. Tak tahu saja dua bocah itu, tatapan bak iblis mengintai mereka.
"CATA! CETA! KALIAN MASUK KERUMAH KOTOR-KOTOR KAYAK GITU?! BERSIHKAN DIRI LANGSUNG KESINI BIK INAH AMBILIN DUA PEL SAMA DUA EMBER."
Leona dan Ceta kompak meringis ngeri, tak tahu jika sang Nenek masih bisa berteriak. Keluar zona kalem.
°°°
"Yang bersih! Nenek gak mau lihat debu sedikit pun itu harus bersih!" Entahlah Leona dan Ceta merasa bahwa Rania berubah menjadi seorang antagonis. Marah sini-marah situ, sudah bersih pun dibilang masih kotor, apa sebenarnya yang diinginkan orang tua ini?!
"Kalian itu harus menghargai pekerjaan orang lain! Para pelayan baru saja membersihkan lantai dan kalian dengan seenak jidatnya lewat tanpa sendal terlebih kaki yang kotor?! Ia ni hukuman kalian. Gak bersih Nenek sita semua fasilitas nya." Oke ini mengerikan bagi Ceta, tapi tak bagi Leona. Bocah itu malah anteng-anteng saja mengepel lantai, tak menghiraukan Rania yang misuh-misuh sendiri diatas tangga terakhir.
"Kalian denger enggak sih?! Nenek ngoceh itu dijawab bukannya diem kayak mumi!" Etdah, ini lagi orang tua satu. Sudah tahu kalau orang tua bicara itu didengarkan bukannya malah dijawab lah ini? Suruh jawab bukan nya malah alamat ke sita?
Hati mereka berdua, ah. Bukan maksudnya hati Ceta serba salah, berbeda dengan Leona yang biasa-biasa saja. Wajahnya lempeng bagai jalan tol, tak ada ekspresi berarti.
"Sudahlah, ngomong sama kalian itu gak ada berhentinya. Yang satu melas gang satu lempeng, benar-benar punya cucu kembar itu harus ekstra jewer, biar nurut!" Sesuai ucapannya Rania menjewer telinga Leona dan Ceta.
Yang satu sudah.
"Aduh-aduh Nek sakiiit!"Sedangkan yang satu masih lempeng. Sampai Ceta menyenggolnya, membuat Leona menoleh.
"Why?"Ceta menatapnya dengan kesal.
"Harusnya kamu juga bilang gini, 'aduh-aduh Nek sakit' gitu." Ajar Ceta yang diangguki Leona."Aduh-aduh Nek kencengin!" Oke seketika Ceta menatap kembarannya itu datar, sedatar papan tulis disekolah nya.
°°°
Spam next guys, biar hidup author ada semangat-semangatnya nya.
Ini bab selesai jam setengah 12 malam, tapi karena takut gak ada yang baca next deh pagi aja. Oke see chap berikutnya.
Jangan lupa follow dan votenya ya cantik, ganteng wkwk. Kita feedback an ngoke? Okelah hiyaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
My Antagonis Twins
Science Fiction-Up sesuai Mood- sumpah ceritanya ga nyambung (sebelumnya) wkwk Sip lah sekali Mood pas Up bisa sampai Lebih dari satu:v Warning, cerita ini hanya sebatas fiksi belaka bila ada kesamaan dalam cerita orang mohon maaf karena cerita ini memang terinsp...