New Normal

753 155 25
                                    

"Hallo sayang-sayangku, miss me?" Jiman memasuki ruangan dengan raut yang bisa dibilang sumringah walaupun menggunakan masker, sementara yang melihat Jiman hanya mengerutkan alis.

Ada apa dengan Manajer Keuangan satu ini? Kesurupan di mana sampai memanggil semua orang dengan sayang-sayangku.

"Are you okay?" Tanya Vania yang tentunya menatap Jiman dengan tatapan aneh. Dahinya berkerut membuat guratan nyata yang menunjukkan perempuan tersebut sudah berusia kepala tiga.

Jiman mengangguk lalu duduk di kursi miliknya. "I miss you my desk." Ucapnya lalu membelai desktop yang bertengger di mejanya.

"Abaikan dia." Dika memasuki ruangan, dengan pandangan yang bisa dibilang bermuram durja.

"Kamu kenapa mas Dika?" Tanya Junior yang baru saja dari pantry membawa mug berwarna biru muda. Asap dari mug tersebut terlihat mengepul. Bau kopi tercium dari mug tersebut.

"Gue balik lagi jadi manajer keuangan."

Perkataan Dhika, membuat Yeriska yang sedang menatap desktop miliknya, segera menoleh dengan cepat. Menatap Dika yang baru saja duduk di kursinya. "Are you okay?"

Hanya helaan napas yang terdengar. Jiman nampaknya tak peduli, dan sibuk menggerakkan kepalanya kiri dan kanan. Terlalu senang lepas dari uang khayalan.

"Its funny you know." Kata Junior. "Ketika kita udah menguasai, lalu dipindahkan lagi? Apa yang ada dipikiran GM? Kenapa seenaknya mengganti lalu memindahkan?" Keluhnya.

Vania pribadi, saat mendengar perkataan Dika, berharap bahwa dia akan kembali menjadi manajer Marketing, tidak lagi menjadi bawahan. Namun dia tidak berani bertanya. Suasana masih panas.

"No idea, sepertinya ini bukan perintah GM sendiri." Kata Dika. "Kami berdua dipanggil, lalu mereka bilang aku akan menjadi manajer keuangan lagi. Sementara Jiman kembali ke quality."

"La--lu Mas Junior? Balik ke marketing?" Tanya Yeriska.

"Sadly no, dia ganti aku di Sales." Jelas Dika lagi. "Padahal menurut aku, Sales sudah surplus, dan Jiman tidak melakukan hal yang salah dengan keuangan. Hanya saja aku tidak tahu kenapa GM tiba-tiba memutasi kami."

"Kenapa aku selalu tahu dari kalian?" Tanya Junior sedikit kesal.

"Nanti juga kamu dipanggil, bersama Jinendra." Ucap Jiman. "GM masih rapat dengan Tim lain. Apa kamu sudah lihat emailmu? Karena notif ada di email." Lanjutnya.

Junior kemudian duduk dan melihat emailnya. Iya. Ada undangan nanti setelah makan siang, di ruang GM.

"Pagi." Selly berucap.

Jiman lalu berdiri dari duduknya, dan berseru. "Mbak Selly, kita bakalan satu divisi lagi." Ucapnya  yang tentu saja membuat Selly melirik Vania yang terlihat acuh dan juga Yeriska yang menggelengkan kepalanya. 

"Apa aku mutasi menjadi keuangan?" tanya Selly kemudian seraya berjalan menuju mejanya.

"Dia kembali menjadi manajer quality." Dika mencoba menjelaskan. "dan aku menjadi manajer keuangan, lagi."

Selly terlihat membuka mulut, kemudian menutupnya lagi. Ya, maskernya telah dilepas saat dia memasuki ruangan. Dia habis melakukan absensi di depan pintu masuk ruangannya, yang mengharuskannya swafoto tanpa masker. Saat dia duduk di kursinya, dia menemukan roti dan susu di mejanya. Sama seperti biasanya, sebelum negara api menyerang. 

Selly mendongak, dan melirik Jiman yang terlihat berjoget kecil di kursinya, lalu melirik Junior yang duduk di mejanya sendiri, sebelum menghela napas dan menggunakan maskernya. 

Lantai 12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang