"Pada mau vaksin di mana?" Tanya Valent, dari mejanya.
Pertanyaan vaksin ini diajukan, tentu saja mengarah pada pernyataan terbaru presiden, yang menyatakan bahwa yang telah melakukan booster bisa mudik tanpa perlu antigen dan pcr. Akhirnya setelah dua tahun tidak boleh mudik, kali ini diijinkan mudik.
Walaupun Valent tidak merayakan, tetapi kan dia juga ingin pulang, atau paling tidak liburan bersama keluarganya. Dua tahun virus tersebut merajalela, Valent termasuk yang tidak pernah pergi kemana-mana. Oh, walaupun dia baru saja terpapar sebulan yang lalu.
Dimulai dari Dika, Jinendra, Junior, lalu dirinya dan Jiman. Kalau dia mau menyalahkan, dia akan menyalahkan protokol kantor, atau bahkan acara rapat di luar kantor, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Mau bagaimana lagi. Toh yang penting sekarang dia sehat.
"Puskesmas dekat kantor aja, gimana?" Usul Hosea yang baru datang dari pantry. Membawa satu gelas air hangat. Dia juga baru saja terkena omiko, ya dia malas menyebut virus tersebut dengan nama lengkapnya. Setelah seminggu isolasi mandiri, dia akhirnya masuk ke kantor.
Padahal awalnya dia pikir, dia dan Jakti adalah manusia kuat. Pemilik Super Antibody, karena diantara para pria, merekalah yang belum terpapar. Namun nyatanya mereka kena juga.
"Yang penting jangan astra." kata Junior. Mengingat bahwa vaksin tersebut mempunyai satu dua efek yang dapat membuat pekerjaan terhambat. Dia mendengar dari pegawai lantai bawah, bahwa vaksin jenis tersebut akan membuat mereka demam, lalu lemas sehari, walaupun besok akan sehat kembali.
"Tapi memang yakin kalau bisa pulang kampung?" Tanya Dika, sedikit sarkastik. "Kalian tahu sendiri kalau pemerintah suka begini. Nanti bilangnya boleh mudik, lalu kemudian tidak bisa mudik karena kasus tambah naik."
"Ya, kalau menurutku sih mas Dika, mending kita tetap vaksin aja. Aji mumpung masih gampang dicari." Usul Putri yang tidak mau ambil pusing.
"Gimana kalau boosternya nanti aja tunggu mbak Wendy selesai Isoman?" Yeriska mencoba mencari solusi. "Kasihan kalau misalnya nanti dia sendirian booster."
Ya, sekarang sisa Wendy yang masih isolasi mandiri di rumah, dan menyatakan bahwa seluruh pegawai lantai 12, bagian sales, marketing, accounting dan quality, terkena omiko.
"Boleh saja." sahut Jinendra. "But, bukannya kalau baru selesai kena omiko, harus tunggu paling nggal seminggu untuk Booster?"
"Oh ya?" Jakti menyahut tak percaya. "Baru dengar aku."
"Bagi dua aja kalau begitu." Saran Vania. "Hosea sampai Wendy, seminggu lagi vaksin. Dari Dika sampai Yeriska, besok?"
"Aku sih terserah aja." Kata Selly yang akhirnya ikut membahas hal yang sama. Dari tadi dia sibuk mengerjakan laporan, sehingga tidak ikut membahas.
"Ada yang mau ikut buka bersama, tidak?" Tanya Junior dari balik komputernya.
Yeriska langsung menggeleng. "Aku tidak mau nanti kejadiannya seperti hari itu."
Hari itu. Maksud Yeriska tentu saja kemarin saat gathering tahun baru. Tindakan konfrontasi Putri hari itu membuat keadaan menjadi canggung, bahkan sampai sekarang.
Ucapan Putri memang benar, tetapi ada baiknya kalau dia memberi tahu hal tersebut secara pribadi, bukannya di depan orang banyak seperti kemarin. Hal tersebut membuat privasi Vania terbuka ke orang banyak, walaupun ada yang berterima kasih karena hal tersebut.
Gosipnya sih, Vania memutuskan hubungannya dengan pak Doni, dan yang bersangkutan (read: pak Doni) dipindahkan ke kantor cabang.
Dipindahkannya pak Doni ke kantor cabang juga sebenarnya sedikit janggal. Intinya seperti ada campur tangan anak atasan dalam pemindahan tersebut. Pak Doni adalah orang yang terkenal memiliki kinerja bagus, lalu tiba-tiba ia dipindah ke cabang? itu aneh. Kecuali beliau malu karena berlaku tidak adil, dan membuat Vania turun jabatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantai 12
FanfictionDi lantai 12 perusahaan Bright tbk, berisi Team Sales, Team Marketing, Team Quality dan Team Accounting. Simak hebohnya lantai 12. Ini tidak seperti yang kamu bayangkan