New Year

786 155 36
                                    

Hosea meruntuki kebijakan tiadanya cuti bersama. Sehingga dia tidak bisa libur natal maupun libur tahun baru. Hari-harinya dihabiskan dengan mengerjakan laporan semester akhir. 

"Jangan kecut aja atuh, akang Hose." celetuk Putri yang melihat Hosea meruntuk dibalik maskernya. 

Hosea menghela napasnya. "Aku mau tahun baruan, Put. Tapi ini tanggal 31 Desember, tetapi kita masih sini. Duduk bekerja." Keluhnya sebelum merenggangkan badannya. 

Valent yang mendengarkan celotehan Putri dan Hosea menganggukkan kepalanya setuju. "Kalau kita pulang jam 5, kita bakalan kejebak macet." 

Selly yang mencuri dengar dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Bukan kejebak macet, tapi banyak jalan yang ditutup karena pembatasan. Daerah bundaran HI juga ditutup tuh. Tidak boleh ada acara tahun baru."

"Ke rumah aku aja, kita bakar kembang api." celetuk Yeriska yang ternyata mendengarkan pembicaraan rekan kerjanya.

"Hari ini bukannya jam 3 sudah boleh pulang?" Kata Jiman yang datang ke ruangan dengan membawa dua kantong plastik berisi styrofoam bertumpuk..

"Apa itu, Jiman?" Tanya Wendy yang tentu saja penasaran. Jiman bukan orang yang suka berbagi makanan. Dia baik, tetapi bukan berarti sebaik itu dalam berbagi makanan.

"Sarapan. Aku beli bubur ayam. Hitung-hitung untuk merayakan tahun baru." ujarnya lalu melenggang ke Pantry. "Ah, kalau mau ambil di pantry. Aku membeli 12."

Jakti tentu saja dengan cepat berdiri, diikuti dengan Yeriska. 

"Tim diaduk." celetuk Yeriska, yang membuat Jakti berhenti berjalan, dan segera menoleh. 

"Kamu diaduk?" tanyanya tak percaya.

Yeriska mengangguk. "Mas Jakti pasti tidak diaduk."

Giliran Jakti yang mengangguk, dan ia mendengar Selly yang juga mulai berdiri tertawa. "Yang penting makan bubur ayam." kata Selly, lalu menyusul Jiman.

"Semenjak kembali menjadi Manajer Quality, dia jadi murah mengeluarkan uang." Komentar Jinendra, saat Selly, Jakti dan Yeriska masuk pantry. "Kemarin saja dia meneraktirku Starbuck lantai bawah. Padahal dia jarang melakukan itu sebelumnya."

Vania tertawa mendengar pernyataan Jinendra. "Dia itu baik sama orang tertentu saja. Aku, Selly dan Putri sering ditraktir kok sama dia."

Dika menganggukkan kepalanya, setuju, "Sama aku juga kok. Mungkin sekarang sebagai ucapan syukur karena dia kembali ke jabatan awalnya."

"Ngomong-ngomong, sudah dapat undangan pernikahan anak pak Agung?" tanya Junior. 

Wendy mengangguk. "Acaranya hari minggu kan?"

"Kalau nggak datang, dipecat nggak ya?" tanya Jinendra. "Itu hari libur, dan aku malas kalau harus pergi di hari libur."

"Sama." Sahut Dika. 

"Pasti karena tanggal cantik." kata Putri, yang berdiri dari tempatnya.

"Mau ke mana, Put?" Tanya Valent.

"Makan bubur ayam. Sudah dibelikan bos Jiman, ya harus di makan." 

dan beberapa dari yang sedang duduk segera berdiri, dan mengikuti Putri. Lupa, kalau Jiman membeli bubur ayam sejumlah orang di ruangan, dan tidak akan enak di makan kalau tidak dalam keadaan hangat.

*** 

"Ke acaranya pak Agung, mau bareng?" tanya Jiman kepada orang-orang yang ada di pantry, sebelum akhirnya Putri dan yang lain menyusul masuk.

Yeriska yang sedang mengunyah mengangguk dan menghabiskan makanan yang ada di mulutnya sebelum berbicara. "Tapi nanti mas Jiman kasih tahu  ya mau jemput jam berapa, biar bisa dandan."

Lantai 12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang