Dream

274 45 7
                                    

Jinendra dari biliknya berulang kali melirik Vania. Jam dinding masih menunjukkan pukul 08.12 tetapi sepertinya Jinendra sudah melirik lebih dari 12 kali dalam 12 menit.

Suara ketikan keyboard di mejanya terdengar cukup kencang. Sampai-sampai Yeriska ikut melirik.

Personal Chat

Jinendra

Van, elu ada waktu?

Suara desktop Vania berbunyi, dan menunjukkan pesan singkat yang baru saja dikirim Jinendra.

Personal Chat

Vania

Kenapa? Mau ngomong apa?

Jinendra tampak mengetik sesuatu, karena pada bagian atas chat Vania terdapat tanda mengetik. Namun tanda tersebut hilang muncul seiring dengan Jinendra yang sepertinya mengetik dan menghapus chat.

Yeriska, yang memperhatikan, menjadi gusar dan memilih untuk bangun dari kursinya. Ia ingin minum teh tawar hangat di hari yang sedang hujan di luar. Sesekali mengintip dari jendela pantry, dan menghirup bau hujan. Iya itu niat Yeriska selagi melangkah menuju pantry.

Tanpa Yeriska sadari, Jakti mengikuti dari belakang seperti anak anjing. Putri yang melihat hanya tersenyum tipis sebelum kembali bekerja.

"Eh?" Ujar Yeriska saat berbalik dan berniat menutup pintu pantry tetapi melihat Jakti di belakangnya.

"Mau bikin apa, Yer?" Tanya Jakti "Teh tawar ya?"

Yeriska mengangguk sebagai jawaban. Setelah pintu tertutup rapat, dia dengan cekatan menyiapkan peralatan untuk membuat teh ala dia. Bukan teh celup, tetapi teh seduh, yang masih ada daun-daunnya itu. Teh bungkus warna merah yang dibelikan Valent saat pergi ke pabrik di Jawa. Wanginya harum dan rasanya sedikit manis walaupun tidak pakai gula.

"Yer, aku mau diskusi. Boleh nggak?"

"Silahkan." Ucap Yeriska. Ia berbalik menghadap Jakti seraya menunggu air di dalam pemanas air mendidih.

"Mas Valent nawarin aku buat kerja di Ve—aku lupa lagi namanya—ah Veyonds Electronic." Kata Jakti. Ia mengawasi raut wajah Yeriska yang mulai menunjukkan tanda-tanda kaget, lalu berubah seperti kesal.

Saat Jakti akan mengucap kata-kata lainnya, Yeriska segera membalikkan badan. Positif thinking karena air dalam pemanas sudah mulai berbunyi.

Suara di pantry kemudian tergantikan dengan bunyi air mendidih yang dituang ke dalam mug besi jaman dulu, yang berwarna hijau putih. Iya itu sepaket dibelikan Valent dengan teh jawanya.

Tak!

Suara teko pemanas diletakkan kembali ke tempatnya.

"Mas mau ambil?" Tanya Yeriska

Jakti mengangguk, tapi Yeriska tidak bisa lihat, sehingga dia mengulangi jawabannya "Sepertinya iya."

"Alasannya?"

"Supaya kamu nggak usah pindah dari kantor. Biar aku aja."

Yeriska tak menjawab. Tangannya sibuk menyaring teh yang menurutnya sudah cukup coklat itu ke dalam mug kantor miliknya. Gambar pokemon, squirtle.

Beberapa detik setelahnya dia membuang bekas teh seduh ke dalam tempat sampah, lalu mencuci mug hijau putih miliknya.

Jakti masih diam saja, mengawasi Yeriska yang sibuk sendiri.

"Ya sudah kalau mau pindah nggak papa." Ujar Yeriska sebagai jawaban. "Kalau itu membuat mas senang sih, nggak papa."

Jakti menggeleng. "Makanya aku mau diskusi. Menurutmu tepat nggak pilihanku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lantai 12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang