bladzijde 1

2.4K 366 57
                                    

Dua bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua bulan. Dua bulan sudah Alvarendra mengenal Aksara. Seseorang yang hadirnya seolah menggantikan dia.

Dalam dua bulan ini, ia memahami banyak hal.

Aksara dan dan dia adalah dua sosok yang benar-benar berbeda.

Aksara adalah anak yang sedikit pendiam, namun nakal. Anak itu sering terlibat tawuran, sering membolos sekolah untuk bekerja. Dan parahnya lagi, Aksara pernah membuat anak Kepala Sekolah menginap di rumah sakit karena patah tulang.

Aksara tidak banyak berbicara, tapi sekalinya membuka kata, maka kata-kata cowok itu bisa merusak mental saat itu juga.

Aksara tidak suka diatur. Cowok itu ingin hidup bebas seperti yang dia mau.

Kecuali satu, Aksara akan menurut dan tunduk pada ibunya.

Hanya kepada wanita itu Aksara berubah menjadi Aksara yang penakut dan penurut.

Tentang keluarga Aksara, yang Alvarendra tahu, bahwa cowok itu hanya tinggal bersama ibunya di sebuah rumah sederhana.

Ibunya bekerja sebagai tukang cuci di rumah salah satu tetangga mereka. Selebihnya, Alvarendra tidak benar-benar tahu tentang kehidupan Aksara.

Namun, ada satu hal yang membuat Aksara sama seperti dia.

Itu karena, Aksara sama-sama tidak diinginkan oleh ibunya.

Entah apa yang melandasi sikap wanita itu kepada Aksara, Alvarendra masih mencari tahunya sampai sekarang.

Awalnya, Aksara adalah sosok yang sulit didekati. Karena sejak awal, Aksara memang agak sulit beradaptasi.

Namun karena Alvarendra datang hampir setiap hari menemuinya, pada akhirnya Aksara luluh.

Alvarendra sering datang ke sekolah, menunggunya di gerbang sekolah. Menjemputnya ke rumah. Bak seorang kakak yang memperhatikan adik kandungnya sendiri.

Aksara saat ini masih duduk di bangku kelas sebelas SMK. Dan sebentar lagi akan melalui masa-masa PKL.

Akan tetapi, sampai detik ini, anak itu masih santai. Tidak ada persiapan apa pun yang dia lakukan.

Ini juga yang membedakan antara Aksara dengan dia.

"Kak, tambah lagi dong es tehnya. Haus, nih." kata Aksara sembari mengangkat gelas yang sudah kosong itu tinggi-tinggi. Hanya agar Alvarendra melihat, bahwa memang minumannya tidak cukup hanya satu.

Kepala Alvarendra menggeleng pelan. "Jangan minum es terus. Kamu dua hari lalu mimisan gara-gara minus es."

Kedua mata Aksara melotot. "Mana ada?! Itu bukan gara-gara minum es, itu gara-gara aku berantem. Lagian lemah banget, minum es aja mimisan. Aku nggak kayak gitu!"

Awalnya, Aksara itu malu-malu. Bahkan setiap kali Alvarendra datang dan membawakannya makanan, anak itu akan menolak dengan keras.

Tetapi ... setelah dua bulan mereka bersama, sifat Aksara mulai keluar. Anak yang awalnya malu-malu itu, kini justru sering membuat Alvarendra malu.

Swastamita (re-publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang