bladzijde 11

867 214 85
                                    

Aksara tidak ingin ini semua terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksara tidak ingin ini semua terjadi. Tidak ingin melihat beberapa laki-laki itu membentak ibunya. Dan tidak ingin melihat wajah Mika ketakutan.

Malam itu, kala ia baru saja pulang bekerja, ia harus menyaksikan pemandangan yang menyayat perasaan.

Di sana, ibunya tengah di maki oleh beberapa laki-laki. Ia tidak mengenal siapa mereka, namun ia tahu, bahwa laki-laki itu datang untuk menagih hutang.

"Berhenti! Jangan bentak Ibu saya!"

Sentakan Aksara membuat beberapa laki-laki itu lantas terdiam. Yang paling bertubuh besar melirik Aksara sekilas, kemudian tersenyum remeh.

"Oh ini anak lo? Heh bocah! Buruan bayar hutang ibu lo!" Laki-laki itu berkata pada Aksara dengan bentakan.

"Aksara, masuk kamu." Namun ucapan dingin Mika segera menyahut. Wanita itu bahkan tidak melirik Aksara sama sekali.

"Kalian mau uang, 'kan? Oke, tunggu sebentar." Bagai tak mendengar suara Mika barusan, kini Aksara masuk ke dalam dengan langkah lebar.

"Aksara! Jangan keluar saya bilang!" pekik Mika hendak menutup pintu, namun lengannya di tahan oleh salah satu laki-laki di sana. Hingga Mika memekik kesakitan.

Aksara keluar dengan langkah terburu-buru. Di tangannya ada sebuah amplop cokelat yang ia genggam.

"Ini! Ini uang untuk bayar hutang Ibu saya!"

Lelaki yang tadi meminta pada Aksara, lantas meraih uang itu dengan kasar. "Segini mana cukup bocah! Kurang! Lo tau betapa hutang ibu lo?!"

Aksara menggelengkan kepala. Ia tidak pernah tahu urusan Mika, dan tidak berniat untuk ikut campur. Karena Aksara rasa itu tidak sopan.

"Sepuluh juta! Lo pikir uang ini cukup?! Bahkan untuk bayar bunganya aja belum bisa!"

Tatapan Aksara beralih pada Mika yang kini menundukkan kepala. Kedua tangan wanita itu saling mengepal erat.

Aksara menarik napas sejenak. "Kasih saya waktu. Saya akan bayar semuanya. Semuanya!"

"Cih! Gue kasih lo waktu lima hari! Kalau lo nggak bisa bayar, siap-siap aja lo dan ibu lo tinggal di jalanan!" Setelah mengucapkan itu, laki-laki tadi pergi bersama teman-temannya.

Ketika punggung mereka sudah benar-benar menghilang, Aksara alihkan tatapannya pada Mika. Dengan lembut, ia bertanya, "Bu, aku boleh tau uang yang Ibu pinjam itu buat apa? Kenapa Ibu nekat meminjam uang sebanyak itu?"

Dan Mika justru terisak dalam diam. Ia luruh, bersimpuh di atas lantai. Tak berani menatap kedua mata Aksara.

Aksara juga bersimpuh, ia duduk menghadap ibunya. Hatinya sakit, jujur saja. Ia tidak suka melihat air mata Mika.

"Uang itu untuk pengobatan Fatar beberapa bulan lalu. Alan yang menyuruh saya meminjam uang pada mereka." jelas Mika pada akhirnya.

Kedua tangan Aksara kembali mengepal. Sudah ia duga, dan sudah ia kenali bagaimana perangai Alan sejak awal. Lelaki itu terlalu misterius.

Swastamita (re-publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang