bladzijde 9

1.2K 247 69
                                    

Memang benar apa yang Alvarendra katakan, berurusan dengan Helion tidak membuat hidup tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang benar apa yang Alvarendra katakan, berurusan dengan Helion tidak membuat hidup tenang. Aksara sudah merasakannya sendiri. Tetapi memang benar, Helion selalu datang lagi dan lagi, mengganggu terus menerus sampai Aksara akhirnya tersulut emosi.

Kedua siswa dengan seragam sekolah berbeda itu, kini sama-sama tengah berada di atas pohon beringin dekat perbatasan antara sekolah mereka.

Itu semua bermula karena dengan kurang ajarnya Helion menghentikan langkah Aksara yang hendak pulang. Helion memberhentikan Aksara dengan sengaja memutari cowok itu dengan motornya.

Karena bunyi bising dari kendaraan Helion, sampai membangunkan anjing liar yang saat itu tengah tertidur tak jauh dari sana.

Berakhir anjing itu mengejar keduanya. Tapi Aksara tak habis pikir dengan Helion. Mengapa ia repot-repot untuk bersembunyi bersamanya, dibanding kabur sendiri dengan motor nya?

"Ngapain lo liat-liat gue?!" sentak Aksara dengan galak saat Helion melirik ke arahnya dengan meremehkan.

Namun Helion tidak membalas apa-apa. Cowok itu menunduk ke bawah, melihat anjing yang masih setia rebahan di sana. Iya, anjing itu menunggu mereka.

Sudah hampir setengah jam mereka berdua berada di atas pohon ini.

"Duh anjir, bisa-bisa gue telat ini." Aksara menggerutu kala matanya melihat jam yang melingkar di lengan kirinya. Sudah hampir pukul 4 sore. Dan waktu kerjanya sudah berlalu sepuluh menit lalu.

"Ini semua gara-gara lo!" Lagi, Aksara membuka suara. Kali ini telunjuknya menuding Helion dengan benci.

"Lo aja yang bego. Lo 'kan bisa minta bantuan," jawab Helion acuh tak acuh.

Aksara diam sejenak. Ia merutuki dirinya sendiri. Benar juga! Mengapa ia tidak meminta bantuan sejak tadi?

Ini semua salah Helion!

"Lo sendiri kenapa nggak minta bantuan sama cecunguk lo?" Ini hanya alibi Aksara dari rasa malunya.

"Handphone gue mati." Dan jawaban santai Helion membuat Aksara mengumpat dalam hati.

Kemudian ia buru-buru mengeluarkan ponsel. Mencari nama kontak Dilo. Ia yakin, cowok itu masih berada di sekitar sini. Karena rumah pacarnya Dilo itu tidak jauh dari sini.

Sampai beberapa menit itu, sambungan telepon tak juga terhubung. Sial! Dilo tidak bisa dihubungi. Lantas, ia menghubungi Noval.

Dan sama. Keduanya hilang, bagai di telan bumi. Dasar teman!

Aksara terus merutuk dalam hati.

Pilihan satu-satunya adalah, Alvarendra. 'Kan tidak mungkin ia meminta tolong Cakra.

Dengan agak ragu, ia menelepon cowok yang lebih tua. Sampai di panggilan yang ketiga, sambungan itu tidak terhubung juga.

Dan naas. Tidak ada satu pun yang menjawab panggilannya.

Swastamita (re-publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang