bladzijde 14

1K 215 97
                                    

Entah dimulai sejak kapan Aksara mulai memiliki trauma dengan darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah dimulai sejak kapan Aksara mulai memiliki trauma dengan darah. Mungkin, sejak kecelakaan yang menimpa Ayah beberapa tahun lalu itu.

Sejak sadar kemarin sore, Aksara tak pernah mau jauh dari siapa pun. Baik itu Alvarendra, Cakra, Jihan atau pun Axel. Bahkan Aksara tak canggung lagi berhadapan dengan Nakula.

Seperti sekarang ini, kala Nakula datang membawa pesanan Aksara. Anak itu meminta dibelikan martabak sepesial rasa keju. Mau tak mau, Nakula menuruti. Karena kata Aksara, itu syarat untuk bertemu dengannya.

"Makasih Om, semoga rezeki Om lancar terus hehe. Biar bisa beliin aku martabak terus."

Nakula menggelengkan kepala dengan senyum teduh. Lalu tangannya mengusap surai hitam Aksara. "Aamiin. Mau makan sekarang, atau nunggu Kak Al sama Kak Cakra dulu?"

"Kalau mau makan sekarang, boleh, Om?"

"Ya boleh dong. Masa nggak boleh."

"Yaudah kalau gitu, makan nanti aja. Hari ini aku lagi baik. Jadi mau bagi-bagi sama Kak Al sama Kak Cakra."

Nakula menyadari satu hal, bila sedang sakit seperti ini, tingkat menyebalkan Aksara naik beberapa persen.

Namun inilah yang membuat semua orang nyaman saat berada di dekat anak itu. Nakula jadi membayangkan, bagaimana jika sosok itu bertemu dengan Aksara?

Pasti suasana akan terasa pecah setiap kali mereka membuat tingkah.

"Om."

Panggilan tiba-tiba dari Aksara, membuat Nakula lantas menoleh. Ia tatap anak itu dengan pandangan tanya. "Kenapa, Sa?"

"Om, aku boleh tanya sesuatu?"

"Tanya apa? Kayaknya serius."

"Emm sedikit serius. Tapi nggak serius amat kok hehe."

"Yaudah kalau gitu, mau tanya apa?"

Aksara diam sejenak. Kedua matanya nelirik ke arah pintu. Seperti memastikan sesuatu. Saat menyadari tidak akan ada yang datang, ia tatap Nakula lagi.

"Om, kenapa kalian semua tiba-tiba baik dan mau kenal deket sama aku? Maksud aku, kenapa kalian kompakan gitu? Dari mulai Kak Al sama Kak Cakra, terus Om, Kak Jihan dan Kak Axel. Dan yang terakhir, Tante kemarin itu. Aku lupa siapa namanya."

"Tante Kirana." Koreksi Nakula.

"Ah, iya, Tante Kirana! Aku boleh tau nggak, kenapa kalian bersikap demikian? Pasti ada sesuatu yang buat kalian seperti ini, 'kan?"

Lidah Nakula mendadak kelu. Ia hanya tidak tahu bagaimana dan dari mana harus memulai untuk menjelaskan semuanya pada Aksara.

Ia hanya takut, Aksara akan salah paham dan membuat hubungan mereka merenggang.

Swastamita (re-publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang