パート8

2K 421 11
                                    

Mata Junkyu perlahan terbuka, merespon sinar matahari yang baru saja menembus kelopak matanya seakan menyuruh dirinya untuk bangun. Junkyu menggeliat, mengucek matanya sebentar sebelum melihat sekeliling.

Matanya terbelalak, ia masih berada di kamar Haruto. Padahal rencananya kemarin harus begadang, tengah malam ketika Haruto sedang terlelap baru ia akan keluar kembali ke kamar. Ternyata efek pelukan Haruto sehebat itu.

Junkyu mencari Haruto yang tidak ia temukan di sampingnya, bernafas lega ketika pria itu sedang membuka gorden jendela. Bukannya apa, takutnya pria itu kabur.

"Sudah bangun?" Sapa Haruto.

Junkyu mendelik, "kau buta?"

Sang lawan bicara hanya terkekeh, tentu saja ia tak buta. Lagipula dirinya hanya mau basa-basi, kenapa Junkyu sangat sensitif sekali? Memang Junkyu tidak pernah tidak sensitif kepadanya, entah dosa apa yang ia lakukan.

"Sepertinya rencanamu untuk kabur di tengah malam gagal yah, ketua."

Junkyu menyerucutkan bibirnya, sepertinya Haruto sudah hafal sekali dengan sifatnya yang terkesan mengindar. Pelukan suaminya itu terlalu nyaman untuk Junkyu tinggali, hingga akhirnya malah kebablasan tidur di pelukan Haruto sampai pagi.

Pemuda manis itu berdiri, hendak kembali ke kamar untuk bersiap-siap ke sekolah.

Begitu masuk di kamar Junkyu terperangah melihat seragamnya yang sudah tersedia di atas kasur, ia lalu menoleh ke Haruto yang saat ini sedang menyandar di pintu.

"Kau yang mempersiapkannya?" Tanyanya yang dibalas anggukan oleh lawan bicara.

Biasanya kan seorang istri lah yang mempersiapkan pakaian untuk suaminya, ini justru terbalik. Malah si suami lah yang bangun lebih dulu, menyiapkan pakaian untuk istri dan memasak sarapan. Junkyu merasa tidak bertanggung jawab.

Ia akui benci Haruto, tapi tidak dipungkiri juga kalau ia harus melakukan kewajiban sebagai istri.

"Baiklah, keluar dari kamarku. Aku ingin ganti baju."

Haruto tetap didalam posisi, tidak mengindahkan perkataan Junkyu membuat pemuda manis itu memutar bola matanya jengah.

"Kenapa lagi?"

"Dimana kata terimakasih untukku?" Ujar Haruto.

Junkyu menghela nafas panjang, "terimakasih sudah menyiapkan semuanya untukku."

Tersenyum, Haruto lalu mendekati Junkyu dan mengusak-usak rambutnya.

"Setelah pakai baju cepat turun, kita sarapan."

🌼🌼🌼

Junkyu dan Haruto sudah berada di sekolah.

Ketika keluar dan ingin berjalan keluar dari parkiran dirinya malah dicegat oleh Haruto, pria itu menahan langkah Junkyu yang sepertinya ingin meninggalkannya.

"Ya Tuhan apa lagi maumu?!" Ketus Junkyu kelewat kesal.

"Kau tidak mau memberikan ciuman sebagai tanda selamat tinggal gitu? Kau tega sekali." Haruto mencibir.

"Jangan bertingkah seperti anak kecil, lagipula aku tidak yakin ini perpisahan kita. Apalagi kau selalu muncul di ruang OSIS-ku dan mengganggu, menghancurkan waktu santaiku di kantin, dan kita bertemu lagi di waktu pulang sekolah."

"Apa tidak ada hal lain yang lebih penting dibanding menggangguku, Haruto?" Tambah Junkyu.

Haruto menggeleng, "semuanya membosankan sampai aku bertemu denganmu, ekspresimu ketika kesal menurutku sangat menggemaskan."

Gypsophila • Harukyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang