1. Beginning

342 57 223
                                    

Sama seperti biasa tak ada yang bisa Hyunji lakukan selain berakhir pada salah satu bahu pria berbadan kekar yang kembali membawanya secara paksa. Bukan Hyunji tak berani melawan tapi tubuhnya yang jelas jauh lebih kecil membuatnya kembali pasrah dan hanya bisa terus merutuki dalam hati.

Tak membutuhkan waktu lama, Hyunji telah tiba di kediamannya. Dilihatnya seorang pria paruh baya tengah menatap tajam ke arahnya sambil melipat kedua tangan di depan dada. Hyunji terus melangkahkan tungkainya tanpa menghiraukan presensi dari Tuan Besar yang selalu mengatur kehidupannya.

"Yeon Hyunji! Berhenti! Atau Appa akan menyuruh mereka untuk kembali memaksamu!"

Langkah Hyunji sempurna terhenti kala suara penuh interupsi dari sang Ayah menyapa rungu. Hyunji membuang nafas terlampau kasar lantas membalikkan tubuhnya, menatap jengah Yeon Jihwan yang masih menatapnya dengan kilatan amarah yang begitu terpancar dari netra kembar pria paruh baya itu.

Jihwan menggelengkan kepalanya, saat melihat bagaimana penampilan putri semata wayangnya yang terlihat sangat berantakan. Surai yang acak-acakan, jaket kulit hitam yang tersampir di lengannya, celana ripped jeans, serta tattoo yang tercetak begitu sempurna di perpotongan leher juga bahunya. Dan jangan lupakan bau alkohol yang begitu menusuk memenuhi seisi ruangan. Dosa besar apa yang telah ia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga ia menyaksikan bagaimana putrinya itu tumbuh menjadi gadis urakan yang tak tau aturan.

"Yak! Sampai kapan kau akan menjadi gadis urakan seperti ini Yeon Hyunji!!" Jihwan berteriak, kesabarannya benar-benar sudah sangat habis menghadapi segala tingkah konyol putrinya sendiri.

"Yak! Berhentilah mengatur hidupku! Tuan!"

Plak

Hyunji menyentuh salah satu pipinya yang memanas akibat tamparan kuat yang baru saja dilayangkan oleh Jihwan padanya. Jika Hyunji bisa, rasanya ia ingin menangis saat ini juga. Namun rasa benci pada sang Ayah melebihi rasa sesak yang kini menjalar di dalam hatinya, hingga membuat Hyunji tidak bisa lagi menangis bahkan hanya sekedar meneteskan air mata.

"Jaga ucapanmu! Appa tidak pernah mengajarkanmu seperti itu!"

Hyunji berdecih, sungguh ia benar-benar muak dengan semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Lantas memilih untuk beranjak tanpa menghiraukan teriakan sang Ayah yang terus memanggil namanya dengan berbagai umpatan kasar yang seringkali menyapa rungunya.

Hyunji mengacak kasar surainya yang terlihat semakin berantakan saat ia telah berada di dalam kamar bernuansa hitam putih miliknya, kemudian menatap wajahnya sendiri di hadapan sebuah cermin besar. Sisi wajahnya yang memerah bekas tamparan kuat sang Ayah masih terlihat begitu jelas terpatri di wajah cantiknya.

"Kau sungguh terlihat sangat menyedihkan, Yeon Hyunji."

__________

Keesokkan harinya, Hyunji terbangun karena suara ketukan pintu yang terus menggebu. Membuat Hyunji menutupi rungunya dengan sebuah bantal serta menarik kembali selimut tebal yang sempat ia buka beberapa saat yang lalu.

"Sayang! Apa kau sudah bangun? Tolong buka pintunya!"

Suara sang Ayah yang Hyunji ketahui berada di depan pintu kamarnya juga beberapa kali ketukan yang menyapa rungu, membuat Hyunji semakin mengeratkan selimutnya mencoba untuk kembali melanjutkan tidurnya. Namun lagi-lagi suara itu kembali terdengar, benar-benar mengganggu indera pendengarannya hingga pada akhirnya membuat Hyunji melempar selimut dan membuat netranya terbuka sempurna.

EFFLEURAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang