9. Hatred

150 30 29
                                    

Hyunji baru saja tiba di rumah yang sampai saat ini masih terasa begitu asing baginya, dilihatnya mobil milik Jimin yang telah terparkir begitu apik di pekarangan rumah mereka lantas gadis itu memilih untuk langsung melangkahkan kaki jenjangnya.

"Kenapa pulang selarut ini? Dan siapa orang yang mengantarmu? Kau bisa menghubungiku untuk menjemputmu, tak baik pulang larut dengan pria lain yang bukan suamimu."

Seketika langkah Hyunji terhenti, karena pada awalnya ia sama sekali tidak memperdulikan presensi Jimin yang sedari tadi memperhatikannya sejak ia melewati pintu masuk utama rumah besar ini. Tapi perkataan pria itu, sungguh membuat Hyunji muak pada situasi juga pria bernama Ahn Jimin. Menarik nafas dalam dan menghembuskan dengan begitu kasar lantas kembali melanjutkan langkahnya, karena sebenarnya Hyunji sedang tidak berada pada mood terbaiknya untuk berdebat dengan pria itu saat ini.

"Aku sedang berbicara padamu, Ahn Hyunji!" ujar Jimin pada akhirnya. Tak bisa dipungkiri hatinya seakan tercabik kala melihat Hyunji yang kembali lewat dari tengah malam terlebih di antar oleh pria lain selain dirinya. Dan yang membuat emosinya semakin terpancing saat Hyunji sama sekali tak memperdulikan kehadirannya di sini. Bahkan Jimin sampai menarik begitu kasar tangan Hyunji agar membuat seluruh atensi gadis itu tertuju padanya.

Bukannya takut, Hyunji malah menyorot tajam ke arah Jimin. "Dengar! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengizinkanmu mengubah margaku! Dan lepaskan tanganmu dariku, Brengsek!" ujarnya dengan penuh penekanan.

Hyunji itu pada dasarnya berjiwa bebas, jadi jika ada seseorang yang mencoba menghentikan kebebasannya ia tak akan segan membuat orang itu menyesal karena telah berani mengatur hidupnya. Apalagi orang itu adalah orang yang belum dikenal baik olehnya.

Kalimat yang baru saja menguar dari birai Hyunji sama sekali tidak membuat Jimin gentar untuk menaklukan gadis keras kepala yang telah resmi menjadi istrinya. Jimin perlahan memajukan langkahnya, hingga membuat langkah gadis itu akhirnya terhenti karena ada dinding yang menahan pergerakannya. Lantas ia semakin mendekat hingga tak ada lagi jarak di antara mereka.

"Jika kau belum bisa menerimaku sebagai suamimu, paling tidak tolong hormati aku sebagai kepala keluarga di rumah ini. Ji." Jimin berbisik sambil menatap dalam kilauan manik yang tengah menatap penuh kebencian ke arahnya.

Dengan gerak cepat serta seluruh kekuatan yang ia miliki, akhirnya Hyunji berhasil mendorong tubuh Jimin yang beberapa saat lalu berada begitu dekat dengan tubuhnya. "Kau tidak punya hak untuk mengaturku! Camkan itu! AHN JIMIN!!" ujar Hyunji dengan penuh kebencian, setelahnya berlalu meninggalkan Jimin yang masih terdiam mematung di tempatnya.

___________


Keesokan harinya. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya mereka tiba di Pulau Jeju. Pulau dengan sejuta pesona dan panorama yang indah nan menakjubkan. Hotel berbintang dengan pemandangan hamparan laut yang begitu menenangkan, menjadi hadiah yang diberikan Jihwan untuk pasangan pengantin baru itu.

Hyunji berjalan lebih dulu diikuti Jimin yang mengekor di belakang. Keduanya sama-sama bungkam, sama sekali tidak mencerminkan pasangan pengantin baru yang akan berbulan madu dan menghabiskan waktu bersama di tempat ini selama beberapa hari ke depan.

"Kau ingin kemana?" tanya Jimin saat melihat Hyunji yang telah bersiap untuk pergi, padahal mereka baru saja tiba beberapa saat yang lalu.

"Bukan urusanmu!"

"Aku harus mengerjakan sesuatu, nanti aku akan menyusulmu."

"Aku tak peduli, lebih baik jika kita tidak bertemu nanti," sarkas Hyunji yang langsung ke luar meninggalkan Jimin.

EFFLEURAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang