17. Emptiness

164 16 4
                                    

Aroma khas obat-obatan begitu kuat menyeruak serta suara alat pendeteksi jantung yang terus terngiang selaras dengan desahan napas seorang wanita yang kini terbaring begitu lemah di atas ranjang rumah sakit.

Perlahan, kedua netra yang sedari tadi terpejam kini mulai mengerjap. Hal pertama yang ia rasakan yaitu rasa nyeri yang menjalar di kisaran perutnya. Dan satu genggaman hangat pada tangannya, membuat atensi Hyunji teralihkan.

"Apa terasa sangat sakit?"

Hyunji menatap penuh tanya pria itu yang kini tengah menatapnya kelewat sendu dan tenggelam dalam seluruh pertanyaan yang bersarang di benaknya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuka suara. "Taehyung-ssi, apa yang terjadi?" tanyanya.

Nyatanya Taehyung hanya bungkam, menatap sendu wajah polos Hyunji yang masih tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi. Pria itu masih saja berkecamuk dengan pemikirannya sendiri, mencari cara untuk memberi pengertian sebaik mungkin pada wanita yang baru saja mengalami hal yang mungkin akan membuatnya sangat terpukul.

Pria itu masih ingat betul, saat bagaimana tadi ia menemukan Hyunji yang tergeletak tak sadarkan diri begitu mengenaskan di atas dinginnya lantai kamar mandi. Belum lagi, perkataan dokter yang sempat menangani Hyunji beberapa saat yang lalu bahwa bisa saja wanita itu tidak selamat jika ia terlambat membawanya ke rumah sakit.

"Ryu Taehyung! Apa yang terjadi? Tolong katakan padaku!" ujar Hyunji.

Taehyung kembali tersadar dari lamunannya, menarik nafas begitu berat dan membuangnya perlahan. Setelahnya memberikan sebuah usapan kelewat lembut pada punggung tangan Hyunji yang sedari tadi masih berada dalam genggaman.

"Kau keguguran, Hyunji-ya."

Dalam sepersekian detik, rasanya dunia Hyunji seperti berhenti berputar. Pikirannya melayang, mencoba menerka-nerka maksud dari kalimat yang baru saja diucapkan oleh pria Ryu serta mencari jawaban atas segala pertanyaan yang seketika kembali bergerumul menjadi satu dalam benaknya.

Bagaimana bisa ia tidak menyadari bahwa ada nyawa lain yang tumbuh di dalam rahimnya? Bagaimana bisa nalurinya sebagai wanita tidak bisa merasakan kehadirannya?

Memang betul, Hyunji tidak menginginkan kehadirannya sebab kejadian beberapa waktu silam yang membuatnya semakin membenci seorang Ahn Jimin. Namun, mengetahui apa yang baru saja menimpanya membuat Hyunji merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ada sebuah kehampaan serta terselip sebuah penyesalan di dalam hati dengan semua pengandaian yang muncul begitu saja.

Perlahan tangannya terangkat menyentuh tempat dimana makhluk kecil itu sempat bersemayam. Rasa sesak itu seketika langsung menjalar sampai ke sudut terkecil ruang hatinya bersamaan setetes liquid bening yang lolos begitu saja tanpa bisa lagi ia tahan.

Melihat Hyunji yang begitu terpukul membuat hati Taehyung ikut tercabik saat melihatnya, tak ada yang bisa Taehyung lakukan selain menarik Hyunji untuk sepenuhnya tenggelam dalam dekapan. Memberikan sebuah ketenangan dan menyakinkan wanita itu bahwa semuanya akan kembali baik-baik saja.

Brak!

Suara debuman pintu mendominasi seluruh isi ruangan, bersamaan dengan tersungkurnya Taehyung setelah ada seseorang yang menarik torsonya dengan sangat kuat. Dan satu tamparan keras berhasil mendarat begitu sempurna pada bilah pipi putih Hyunji yang langsung memerah dibuatnya.

Tak peduli dimana saat ini ia berada dan bagaimana keadaan wanita itu sekarang. Jimin datang dengan amarah yang menguasai dirinya. Kesabarannya saat ini benar-benar sudah berada pada batasnya. Beberapa saat yang lalu kala dirinya mendengar bahwa Hyunji kehilangan janin dari calon anak mereka, membuat Jimin langsung menuju rumah sakit dengan emosi yang begitu menggebu.

EFFLEURAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang