8. Never Happen

161 29 59
                                    

Suara teriakan yang cukup kuat itu tentu menggambarkan bagaimana terkejutnya Hyunji kala dirinya mendapati presensi Jimin yang tengah terdiam menatap ke arahnya. Ya! Nyatanya bukan hanya Hyunji yang terkejut, Jimin pun ikut terkejut saat ia melihat dengan jelas bentuk lekuk tubuh yang begitu molek dengan bahu seputih pualam serta tattoo yang terukir di kisaran leher sampai bahu gadis itu. Hingga tanpa sadar membuat kelenjar tiroid itu bergerak turun tanpa bisa Jimin kendalikan.

"Yak!!! Apa yang kau lakukan di sini?!"

Mendengar suara melengking Hyunji membuat seluruh atensi Jimin akhirnya kembali, lantas beringsut untuk mendekat ke arah gadis itu. Sebelum mendengar Hyunji yang bersiap kembali berteriak, dengan sigap Jimin membungkam mulut Hyunji dengan satu tangannya. "Berhentilah berteriak, ada Ayahmu di bawah!" bisik Jimin penuh interupsi dan berhasil membuat Hyunji membelalakkan kedua netranya.

"Nak! Ada ap—?" ucapan Jihwan terhenti kala dirinya melihat Jimin yang tengah memunggunginya dengan Hyunji yang berada di hadapan pria itu. Nampaknya Jihwan sedikit lupa kalo keduanya adalah pasangan pengantin baru, jadi wajar saja jika mereka melakukannya. Begitu pikirnya.

"APPA! Kapan Appa datang? Kenapa tidak memberitahuku?" ucap Hyunji yang dengan refleks langsung mendorong torso Jimin agar segera menyingkir dari hadapannya.

"Eum, nanti saja bicaranya. Kalian lanjutkan saja dulu! Appa akan menunggu di bawah."

Hyunji mengerenyitkan keningnya, di detik selanjutnya ia baru menyadari satu hal. Posisi mereka yang saling berhadapan dengan ia yang hanya mengenakan handuk, telah berhasil membuat sang Ayah berpikiran hal yang tidak-tidak tentang mereka.

"Aish! Ini semua karena ulahmu! Appa pasti berpikir hal aneh tadi!"

"Ya,biarkan saja! Bukankah ia menganggap bahwa kita berdua telah menerima pernikahan ini?" Jimin berucap sambil kembali memangkas jarak yang sempat tercipta di antara mereka, "jadi, bersikaplah dengan semestinya saat kita berdua ada di hadapan orang tuamu. Mengerti?" ucap Jimin lagi dengan satu tangan yang terangkat memberikan satu usapan lembut pada surai gadis yang telah resmi menjadi istrinya.

Dengan gerak cepat Hyunji langsung menepis tangan Jimin, sepasang netra kembar itu menyorot tajam pria yang sudah bisa dipastikan telah masuk dalam daftar manusia yang paling ia benci dan patut enyah dalam kehidupannya.

"Cepat kenakan pakaianmu. Aku tidak ingin kau kedinginan karena terlalu lama seperti itu. Ingatlah! Ayahmu menunggu di bawah," ucap Jimin kemudian berlalu dari hadapan Hyunji.

Tak membutuhkan waktu lama, saat ini Hyunji telah duduk berdampingan dengan Jimin di hadapan sang Ayah yang tengah menikmati sarapan pada pagi ini.

"Ji, Appa tidak menyangka ternyata kau bisa membuat masakan seenak ini!"

Kening Hyunji mengerut, tak mengerti maksud dari perkataan Ayahnya sendiri. Memasak itu bukan keahliannya, karena sampai sekarang pun ia hanya bisa mengandalkan Bibi Shin untuk memenuhi asupannya di rumah.

"Jimin bilang kau bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan ini. Sungguh! Appa sangat senang mendengarnya, Ji."

Tatapan Hyunji langsung beralih pada Jimin yang juga tengah sibuk menyantap sarapannya dan tak memperdulikan kehadirannya sama sekali sejak ia bergabung di ruangan ini beberapa saat yang lalu.

"Appa, tolong katakan apa tujuanmu datang sepagi ini?" Ya beginilah Hyunji dengan segala pendiriannya, ia yakin betul bahwa Ayahnya yang sibuk itu punya maksud dan tujuan tertentu menemui mereka hari ini.

"Sayang, kenapa kau bertanya seperti itu? Hmm?"

Sumpah demi Ryu Taehyung yang selalu membuat darahnya naik, Hyunji benar-benar ingin memaki Jimin karena untuk kesekian kalinya pria itu memberikan usapan lembut pada surainya serta menggengam tangannya dengan penuh kelembutan. Menjijikan sekali. Satu injakan yang cukup kuat akhirnya berhasil Hyunji berikan pada kaki Jimin, namun sialnya tak ada perubahan ekspresi pada wajah pria itu. Jimin tetap tersenyum menjijikan ke arahnya.

EFFLEURAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang