#14

49 2 0
                                    

Sore itu, angin berembus lembut, membawa kesejukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu, angin berembus lembut, membawa kesejukan. Semua terasa tenang dan damai di bawah semburat langit jingga yang perlahan semakin meredup.

Ezra berdiri di lapangan, mendribble bola basket dengan penuh fokus. Setiap gerakan bola dan langkahnya tampak begitu terampil. Dalam sekejap, dia melepaskan tembakan yang sempurna, bola melayang menuju ring basket dengan gemerincing ringan saat masuk dengan indah.

Berkali-kali ia melompat, berlari, menggiring bola dan memasukkan bola itu ke dalam ring. Gerak nya begitu bersemangat, ada rasa menggebu-gebu yang terpancar dari sorot matanya.

Peluh keringat membasahi kaus tipis yang membalut tubuhnya, Ezra menjauh dari lapang basket dan terduduk di rumput yang lembut, merasakan kehangatan matahari terbenam di kulitnya yang basah oleh keringat.

Tiba-tiba Asih muncul dengan membawa air botol dingin dan se mangkuk potongan buah segar. Senyum lembutnya menyambut Ezra saat ia turut duduk di sampingnya. Keduanya duduk bersama menikmati langit senja yang menenangkan.

"Terima kasih bi," katanya sembari menegak sebotol air dingin yang dibawa Asih.

Asih memandang Ezra dengan tatapan lembut penuh kasih. Tatapan nya seperti menggambarkan rasa bangga seorang ibu yang melihat anaknya sudah tumbuh besar dan berkembang dengan baik.

Dengan suara yang lembut, Asih berkata, "Tuan muda sudah tumbuh dengan besar dan sehat. Tuan muda sudah menjadi bujang."

"Hanya tubuhku saja yang bertambah tinggi, aku tetap Ezra yang bibi lihat sedari kecil," timpal Ezra dengan wajah tenangnya.

"Saat masih muda, tuan muda sangat cengeng. Tuan muda juga sangat susah berbaur dengan teman sebaya," katanya sembari menatap berbagai macam tanaman yang tumbuh dalam pot, "tapi waktu itu tuan muda mendapatkan satu teman saat acara pemakaman nyonya Ningrum. Gadis kecil itu yang membuat tuan muda tersenyum dikala duka."

Ezra hanya terdiam mendengarkan pengasuh sekaligus asisten rumah tangga yang duduk di sebelah nya.

"Rania... gadis kecil itu jika masih ada sampai sekarang pastinya bertumbuh menjadi nona yang cantik dan pintar." Lanjutnya lagi, "Tapi, malang sekali nasibnya... gadis sekecil itu harus berakhir di sungai deras dan kita tidak bisa melihat wajahnya untuk yang terakhir kali."

"Apa bibi merindukan nya?" Tanya Ezra tiba-tiba.

Asih tampak menghela napas panjang. "Sangat... bibi sangat-sangat merindukan nya. Gadis cantik itu membekas di hati bibi. Bagaimana tidak, ada satu kejadian yang tidak akan pernah bibi lupa. Saat itu tuan muda iseng naik ke atas pohon untuk mengambil layangan, tapi kaki tuan muda terpeleset dan jatuh. Tuan muda tidak sadarkan diri dengan keadaan kepala belakang berdarah."

"Rania yang ada bersama tuan muda langsung memanggil pelayan, jika terlambat sedikit saja, bibi bisa dimasukkan ke penjara karena kelalaian bibi."

Ezra spontan mengusap belakang kepalanya yang meninggalkan luka memanjang disana, luka yang tidak akan pernah hilang dan menjadi kenangan masa kecilnya.

Lost in the SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang