#5

199 18 0
                                    

Alana termangu memandangi kemeja putih yang menggantung di tembok. Noda cokelat itu ternyata menyebar, membuat setengah kemeja itu sudah berubah warna menjadi cokelat pudar.

Ia beranjak dari duduk, memasukan kemeja itu ke dalam ember yang sudah di isi aie detergen. Alana berjongkok dan mulau membersihkan kemeja itu. Ia coba kucek dengan sekuat tenaga, menuangkan cairan detergen langsung ke atas kemeja, tapi noda nya sama sekali tidak hilang.

Tangan nya mengambil botol pemutih, berniat untuk menuangkan cairan itu pada kemeja. Tapi, geraknya langsung terhenti kala kedua indra penglihatannya menyipit, membaca label kemeja yang tersemat di balik kerah kemeja.

"Burberry." Alana sontak bangkit, keluar dari kamar sembari mengetikkan nama merk kemeja itu di laptop nya.

Bola mata membulat kala mendapati nominal harga sebuah kemeja putih itu, "kemeja putih polos itu dua belas juta."

Tubuh Alana merosot, terduduk di lantai merasa lemas mendapati nominal sebuah kemeja polos yang terlihat sama saja itu bisa seharga satu buah ponsel.

Alana balik kanan kembali ke kamar mandi, berusaha yakin kalay noda cokelat itu bisa hilang dari kemeja mewah itu.

Tiga puluh menit Alana berkutat dengan kemeja itu, tapi noda cokelat itu sama sekali tidak mau hilang.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya nya panik, dengan tangannya yang masih terus mengucek.

Noda cokelat itu sedikit memudar, namun tenaga Alana sudah habis ditambah ia lemas karena sudah mengantuk. Ia mengeringkan kemeja itu di mesin cuci dengan mulutnya yang terus menguap.

Deeu mesin pengering pun berhenti, Alana menggantungkan kemeja itu pada gantungan baju lantas melemparkan tubuhnya di ranjang.

Hanya butuh bebeeapa menit hingga akhirnya ia terlelap dalam tidur.

***

Pagi itu langit terlihat cerah bersamaan dengan angin segar yang saling melengkapi. Alana menyunggingkan senyum kecil merasakan cuaca pagi yang menenangkan itu dari balik jendela kelas.

Alana terlalu terpesona dengan apa yang dilihatnya sehingga tidak menyadari bahwa sejak tadi, Bambang, guru matematika, telah memanggilnya untuk menjawab soal di papan tulis.

"Psstt... Alana," bisik Gita dengan pelan. Namun, Alana sepertinya sama sekali tidak mendengar, seolah telinganya telah tertutup rapat oleh pemandangan luar.

Guru matematika itu akhirnya berjalan mendekat dengan raut wajah mengerut, menahan amarahnya karena salah satu muridnya tidak memberikan perhatian yang cukup pada pelajaran.

Bambang adalah guru yang ditakuti oleh semua murid di SMA Jaya Bangsa. Tidak ada satu pun murid yang pernah luput dari semprotan pedas omongan guru Matematika itu. Bambang juga dikenal sebagai satu-satunya guru yang tidak memandang bulu dalam memberikan hukuman kepada muridnya yang melanggar peraturan.

Hukuman diberikan kepada murid yang tidak mendengarkan pelajaran dengan baik, tidak mengerjakan tugas, atau bahkan terlambat satu menit saja akan kena. Sebab, jika terlambat, pintu kelas akan langsung dikunci, dan mereka tidak diperkenankan masuk.

Bambang seringkali menghukum dengan cara menjemur muridnya di lapangan saat sinar matahari sedang terik, mulai dari jam pelajaran matematika hingga selesai, lalu menggosok seluruh kamar mandi sekolah, bahkan mengepel lantai aula. 

Lost in the SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang