#11

181 14 5
                                    

Alana bersenandung riang saat berjalan melewati pintu gerbang rumah yang dibukakan oleh satpam. "Terima kasih, Pak," ucapnya sambil tersenyum cerah, membawa sebuah paper bag berisi buku-buku yang siap digunakan untuk sesi belajar nanti. Langkahnya ringan dan penuh semangat.

Asih, dengan senyum lembut yang selalu menyambutnya, mengangguk sambil memegang nampan yang berisi gelas dan piring. "'Nona, Tuan Muda ada di taman belakang. Mungkin Anda bisa menemukannya di sana," jawabnya. Tanpa bertanya dua kali, Alana melangkah menuju taman belakang rumah Ezra dan mendapati pria itu tengah bermain basket seorang diri di tengah taman berumput.

Tanpa menunggu lebih lama, Alana melangkah ke arah taman belakang. Di sana, di antara hamparan rumput hijau yang luas, Ezra tampak sibuk bermain basket seorang diri. Gerakan tubuhnya cepat dan lincah, bahkan di bawah sinar matahari siang yang terik. Langit di atas mereka cerah, meskipun ada beberapa awan putih yang melayang perlahan. Namun, hal itu tak mengurangi semangat Ezra. Ia mendribble bola dengan mahir, lalu melompat tinggi dan memasukkan bola ke dalam ring dengan suara nyaring.

"Yeay!!!" teriak Alana tiba-tiba, memecah keheningan yang sempat mengelilingi mereka.

Ezra menghentikan gerakannya sejenak, menoleh ke arah Alana yang tampak bersorak dengan riang. Sebuah senyuman kecil muncul di wajahnya. "Kau sudah datang."

Alana mengangkat sedikit paper bag yang ia bawa, memperlihatkan isinya. "Aku bawa beberapa materi tambahan buat kita belajar nanti."

Ezra hanya mengangguk sambil mengusap peluh di dahinya dengan lengan bajunya. "Aku mandi dulu," ucapnya singkat,

Mereka berdua berjalan kembali ke dalam rumah, dan setibanya di lorong yang memisahkan ruang tamu dengan ruangan dalam, mereka berpisah. Ezra, dengan langkah tegapnya, menuju kamarnya yang berada di lantai dua untuk bersiap, sementara Alana melangkah ke ruang tamu. Di sana, di atas meja kaca yang mengilap, tersaji sepiring brownies cokelat yang masih hangat, uapnya masih mengepul, serta segelas susu putih.

Alana terduduk di atas karpet, matanya berbinar saat gigitan pertamanya memakan brownies itu. Cokelatnya meleleh di mulut, menghadirkan letupan rasa manis yang langsung mengisi setiap sudut lidahnya. Alana tersenyum kecil, menikmati momen tersebut dengan tenang. Sambil mengunyah perlahan, ia membiarkan pikirannya melayang, terpikat oleh foto besar yang tergantung di tembok seberang.

Di dalam bingkai elegan itu, terpampang gambar seorang wanita yang tersenyum lembut, wajahnya penuh kehangatan saat ia menggendong seorang balita. Wajah wanita itu tampak begitu tenang dan penuh cinta, memancarkan keibuan yang tulus. Setiap kali Alana melihat foto itu, ia merasakan sesuatu yang aneh namun familiar; ada kesamaan yang jelas antara wajah wanita itu dengan Ezra. Meskipun Ezra memiliki wajah keras dan tatapan yang tampak selalu waspada, wanita dalam foto itu seolah menjadi sosok dari sisi lain dirinya—sisi yang lembut, tersembunyi di balik topeng ketangguhan.

"Kepala batu itu lama sekali," gerutu Alana sambil menatap ke arah tangga, menunggu Ezra yang seolah menghilang di kamarnya selama satu jam penuh. Kebosanan mulai merayapi dirinya. Ia melirik ke jam dinding, merasakan waktu yang bergerak perlahan.

Namun, tepat saat ia hendak bersuara lagi, langkah berat terdengar dari atas. Ezra muncul di lorong dengan setelan yang berbeda dari sebelumnya. Ia mengenakan leather jacket hitam yang pas di tubuhnya, dipadu dengan chinos pants berwarna senada, tampak rapi namun tetap kasual.

"Ikut aku," katanya singkat, tanpa basa-basi, sambil melangkah keluar rumah dengan langkah tegap.

Alana sempat terdiam beberapa detik, terkejut dengan kecepatan Ezra bergerak. Ia segera tersadar, mengambil tas selempang cokelat miliknya, dan mengejar Ezra yang sudah hampir sampai di garasi. Setibanya di luar, Ezra melemparkan sebuah helm bogo berwarna cokelat ke arahnya. Alana menangkapnya dengan sigap, meskipun sedikit kesal dengan caranya yang terkesan seenaknya.

Lost in the SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang