#3

247 25 4
                                    

Kedua kaki Alana terhenti tepat di depan gerbang hitam yang menjulang tinggi. Gerbang sekolah itu terlihat amat sangat kokoh, menunjukkan identitas nya sebagai sekolah elite dan sudah menjadi rahasia umum jika SMA Jaya Bangsa dikenal sebagai pencetak murid unggulan.

Alana kembali melangkah dengan netra nya berbinar kala memindai lingkungan sekitarnya. Gita menjelaskan sebelumnya bahwa gerbang sekolah terbagi menjadi dua dan kedua gerbang itu terpisah dengan jarak lima ratus meter.

Berbagai macam mobil mewah berhenti di depan gerbang SMA Jaya Bangsa, menunjukkan identitas masing-masing yang menaiki nya. Hanya beberapa persen siswa yang menggunakan angkutan umum atau sepeda untuk berangkat ke sekolah, termasuk Alana sendiri yang selalu menggunakan bus.

Alana berjalan santai di trotoar pejalan kaki sedangkan benaknya tidak henti berdecak kagum akan hal-hal yang baru ia ketahui tentang sekolah elite ini. Tapi, gerak nya mulai tidak nyaman karena ia merasa semua mata kini tertuju padanya, memindai Alana dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Semua mata terfokus pada seragam sekolah lamanya, membuat Alana berjalan cepat berupaya mencari keberadaan Gita supaya ia tidak merasa sendiri.

Gita sudah mengirimkan pesan untuk menunggu di gerbang depan pukul setengah tujuh pagi, tapi kini jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang namun Gita sama sekali tidak terlihat keberadaannya.

Kakinya terus melangkah sedangkan matanya fokus menatap layar ponsel seraya mengirimkan pesan berkali-kali pada Gita.

Sebuah motor tengah melaju menuju Alana dengan kecepatan tinggi. Tapi Alana tidak sadar sudah berjalan keluar dari jalur pejalan kaki karena matanya terlalu fokus pada ponsel sedangkan pikirannya fokus pada Gita.

Motor itu mengeluarkan suara klakson beberapa kali membuat Alana spontan tersadar dari fokus nya dan membalikkan tubuh.

Alana terpaku oleh lampu sein motor yang menyorot dirinya, tubuhnya tegang dan ketakutan, kesulitan untuk menghindar dari bahaya yang datang begitu cepat.

Namun, tiba-tiba, tangan misterius seseorang meraih tangan Alana dan menariknya dari jalur motor. Tindakan penyelamatan ini mungkin telah menyelamatkan nyawanya, dan dalam hitungan detik, semuanya bisa saja berubah menjadi tragedi.

Keputusan cepat orang misterius ini telah mengubah nasib Alana sedangkan pengendara motor ninja itu terus menjalankan motornya hingga menghilang di kelokan.

Dasar gila!!, batin Alana

"Kamu enggak apa-apa?" Tanya seorang pria yang menarik tangan Alana, lebih tepatnya menyelamatkan Alana dari terjangan motor itu.

"I-iya enggak apa-apa... terima kasih," jawab Alana cepat sembari membungkukan badan.

Pria yang mengenakan seragam SMA Jaya Bangsa itu tersenyum, hal itu tanpa sadar membuat tatapan Alana terpaku pada wajah pria yang menunjukkan ekspresi hangat itu.

"Sepertinya kamu anak baru disini ya?" Tanya nya dengan tatapan menyelidik.

Alana langsung memalingkan wajah tersadar sudah menatap wajah pria itu terlalu lama, "Aku mau mengikuti test masuk kesini."

Pria itu menganggukkan kepala, "Kalau begitu biar aku tunjukkan jalannya, kamu pasti bingung kan."

Ajakan itu langsung disetujui Alana dan kini keduanya berjalan menuju gedung utama sekolah. Keduanya berjalan santai di atas trotoar pejalan kaki. Namun, Alana mengerut mempertanyakan sosok pria yang ada di sampingnya ini karena setiap kali para murid yang berpapasan pasti akan menyapa atau sekedar tersenyum.

"Alana aku cari-cari kamu tau!!" Seru seseorang berlari dan mengadang jalan keduanya dengan napas tersengal.

"Aku juga nunggu tadi, tapi kamu enggak ada terus." Timpal Alana kaget.

Lost in the SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang