#7

182 17 0
                                    

Kring...kring...kring

Suara alarm membangunkan Alana. Ia meringis, merasakan lehernya yang terasa kaku karena tanpa sadar tidur semalaman di meja belajar.

Alana bangkit dari duduk dengan mata yang masih setengah terpejam dan mematikan alarm ponsel yang berdering di atas ranjang.

Tidur lima menit lagi abis itu langsung mandi, gumamnya sembari melemparkan tubuh di ranjang.

Waktu berjalan hingga menunjukkan pukul tujuh pagi dan Alana masih tertidur di atas ranjang, tidak menyadari kalau hari ini ia harus berangkat sekolah dan harusnya jam tujuh ia sudah ada di bus.

Suara ponsel yang ada disampingnya berbunyi beberapa kali tanda pesan masuk membua Alana mengerang pelan, ia mengambil ponselnya dan melihat jam dengan mata setengah terpejam.

"Ya ampun." Alana terperanjat bangun mendapati waktu telah menunjukkan pukul tujuh lebih.

Alana terlambat satu jam karena jalanan macet membuatnya kini berdiri di gerbang depan sekolah berharap ada yang membukakan pintu untuknya. Alana bernapas lega karena ada tiga murid lain yang sama-sama terlambat.

Seseorang turun dari mobil, Alana mendapati sosok yang sangat Alana kenali baru turun dari mobil mewah berwarna hitam. Wanita yang disebut sebagai puteri sekolah sama-sama terlambat dengan dirinya.

Dari kejauhan satpam berlari dan membukakan gerbang setelahnya mempersilakan semuanya untuk masuk, Zafia berjalan santai masuk diikuti tiga murid yang terlambat, namun gerak Alana dan tiga murid itu langsung ditahan satpam.

"Kalian tunggu guru kesiswaan kesini," ucapnya.

Alana mengangkat sebelah alisnya, "untuk apa ya pak, bukannya Zafia juga diperbolehkan masuk?"

"Sepertinya kamu murid baru ya sampai tidak tahu sistem disini?" tanya satpam itu balik membuat Alana malas untuk menanggapi karena Alana sendiri tahu benar maksud dari pertanyaan itu.

Hari ini, untuk pertama kalinya ia terlambat dan di hukum menyapu lapangan rumput yang dipenuhi daun-daun kering. Alana menyimpan tas di bawah pohon dan mulai mengerjakan hukumannya, ia harus bergegas atau tertinggal pelajaran hari ini.

Terik matahari pagi itu begitu menyengat kulit, bulir-bulir keringat meluncur dari dahinya, Alana menyesal karena memilih tidur lagi membuatnya harus berakhir mengerjakan hukuman seperti ini.

Proses hukuman itu dipantau oleh guru kesiswaan, hal itu dilakukan pastinya untuk mengawasi supaya tidak ada satupun yang kabur. Selama proses itu pula Alana berusaha menahan dirinya dari rasa kesal karena Zafia bisa masuk tanpa perlu mengerjakan hukuman.

"Alana, kamu ke ruang bk sekarang," ucap guru laki-laki yang tengah bersandar di bawah pohon sembari menatap ponselnya.

Gerak tangan Alana terhenti kala itu juga, "Baik bapak."

Alana mengambil tasyang ia simpan di bawah pohon dan bergegas pergi, ada rasa senang karena ia bisa terbebas dari hukuman. Tapi, di sisi lain jantungnya berdebar karena dipanggil ke ruang bk, merasa dirinya sudah melakukan kesalahan besar dan perlu diberikan konseling. 

Kedua kakinya berhenti di depan pintu ruangan Bimbingan Konseling Siswa. Dengan ragu, tangannya menekan knop pintu, dan dia mendapati sosok wanita dengan setelan rapi berupa blazer abu-abu yang senada dengan celana kain tengah berbincang dengan seseorang.

"Silakan duduk, Alana," perintah Linda sambil mempersilakan Alana untuk duduk di samping seorang pria yang wujudnya terlihat tidak asing.

Tanpa disuruh dua kali, Alana langsung mendaratkan pantatnya di atas sofa empuk berwarna hitam. Kepalanya spontan menengok ke samping kirinya dan mendapati pria yang sedang berbincang dengan Linda adalah Ezra, pria itu membulatkan kedua bola matanya.

Lost in the SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang