2

519 60 4
                                    

Pagi itu, Abigail bangun dengan mata sembab. Dia jarang menangis sejak tinggal di sini. Di rumah tepi pantai tempat Cesare mengurungnya. Tempat pria itu menjadikannya simpanan dan pelampiasan seksual. Dia sadar akan konsekuensi perbuatannya saat mendatangi klub malam milik Cesare. Dia telah meneguhkan hati. Dia juga telah menguatkan diri untuk menghadapi kebencian Cesare setelah Pietro membunuh sepupu pria itu. Namun, Cesare tidak pernah menunjukkan kebencian yang ditakuti Abigail. Pria itu terlalu tenang terkendali untuk mengumbar hal semacam itu. Cesare tidak pernah mengasarinya. Sekalipun saat menghukum Abigail di tempat tidur. Ya, pria itu memang bukan orang yang lembut bila menyangkut urusan bercinta. Cesare selalu mengklaim miliknya dengan ganas. Nyaris brutal. Namun, pria itu adalah tipe yang menginginkan kenikmatan sama juga dirasakan oleh pasangannya. Dan Cesare punya banyak cara untuk mewujudkan itu semua. Terkadang, Abigail masih suka tersipu bila mengingat bagaimana Cesare dapat merangsang titik sensitifnya dengan mudah. Meruntuhkan tembok pertahanan yang dia bangun di sekeliling pria itu.

Cesare tidak perlu berbuat kasar untuk menyiksanya. Pria itu juga punya segudang cara untuk membuatnya merasa rendah. Dan, semalam adalah yang terburuk. Abigail membawa dirinya duduk, seperti biasa mendapati dia bangun seorang diri. Dia tidak tahu kapan Cesare pergi. Meski dia sama sekali tidak terkejut. Cesare tidak pernah menghabiskan malam bersamanya setelah bercinta. Pria itu akan pindah ke kamar lain setelah menyelesaikan urusan dengan Abigail.

Dia beranjak ke arah kamar mandi, langsung menghidupkan pancuran begitu berada di bawahnya. Dingin air memukul ototnya yang pegal setelah percintaannya dengan Cesare. Abigail merasakan keinginan untuk kembali menangis. Dia menutup wajah dengan kedua tangan, membiarkan isakannya keluar. Suara pintu yang digeser mendadak, membuat gadis itu mendongak terkejut.

Cesare berdiri di ambang pintu. Berpakaian lengkap dan tengah menatapnya yang menangis di bawah pancuran. Buru-buru, gadis itu menutupi tubuhnya dengan kedua tangan. Dia merasa rapuh di bawah tatapan Cesare. Apalagi saat pria itu hanya mengamati tubuh telanjangnya dalam diam. Menyapukan pandangan pada setiap jengkal tubuh Abigail.

Cesare melangkahkan kaki ke dalam, mematikan pancuran yang masih menyala, tanpa melepaskan tatapannya pada gadis itu. Sesaat, Abigail mengira bahwa dia tahu apa yang pria itu inginkan. Cesare ingin bercinta dengannya. Lagi. Meski tubuhnya masih menyisakan kelelahan, Abigail tidak dapat menolak pria itu. Dia tidak punya kemewahan untuk melakukan hal tersebut. Jadi, gadis itu hanya diam mematung ketika Cesare mendekat ke arahnya.

Abigail memejamkan mata saat punggung tangan Cesare membelai pipinya yang basah. Oleh air dari pancuran, juga air mata gadis itu sendiri. Dia sudah siap andai Cesare akan menyetubuhinya saat itu juga. Mengambil apa yang menjadi milik pria itu. Seperti yang selalu Cesare lakukan. Namun, yang dilakukan oleh pria itu di luar dugaan Abigail.

Cesare menekan bagian belakang kepalanya, lalu menarik hingga menempel ke dada pria itu. Dia tidak peduli meski tubuh Abigail membasahi kemejanya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa. Hanya berdiri diam di sana dengan tubuh basah Abigail yang melekat pada bagian depan tubuhnya sendiri. Abigail tertegun untuk sejenak. Lalu air matanya kembali terbit. Cesare tidak pernah lembut. Namun pria itu tahu cara menjangkau perasaan Abigail yang terdalam dengan caranya sendiri.

Abigail menangis di dada bidang tempat wajahnya tengah terbenam. Kalau Cesare tidak peduli meski Abigail membasahi pakaiannya, maka dia akan membuat pria itu basah kuyup. Balas dendam kecilnya setelah yang dilakukan Cesare semalam.

"I hate you," bisik Abigail lirih sambil sesenggukan. Bahunya bergetar setiap kali isak tangis lolos dari bibirnya.

Cesare tetap membisu. Hanya mengusap rambut Abigail yang basah, lalu mengecup pucuk kepala gadis itu.

Meski sakit hati masih menorehnya dalam, akan tetapi Abigail tidak dapat memungkiri bahwa berada dalam dekapan Cesare, memberinya ketenangan. Dia merasa takut. Takut karena sedalam apa pun Cesare menyakitinya, Abigail akan dengan mudah memaafkan pria itu. Pietro akan membencinya. Namun, Abigail tidak dapat berbuat apa pun untuk menyangkal perasaannya sendiri.

Bound to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang