"Caro...."
Bisikan lembut itu mengalun di telinga Abigail, mengundang gadis itu untuk membuka mata. Meski beban berat masih menggelayuti kelopak matanya, dia memaksakan diri untuk terjaga.
"Kita harus pergi." Cesare mendaratkan ciuman ringan di bahu terbuka Abigail begitu melihat gadis itu telah bangun.
"Sekarang?" Abigail bertanya dengan suara serak, mengamati fajar yang baru menyingsing dari balik jendela kaca.
"Ya. Berpakaianlah."
"Ke mana?"
Abigail membalikkan badan, mengamati Cesare yang kini mulai menariknya duduk.
"Ke rumah utama."
Satu kalimat itu membuat kantuk Abigail hilang seketika. Dia duduk lebih tegak, kini memfokuskan perhatian pada Cesare.
"Aku tidak mau kembali ke sana."
"Di sini tidak aman lagi." Dilihatnya ekspresi pria itu yang mengeras, lalu menjadi lebih lunak saat menyadari ketakutan yang membayang di wajah Abigail. "I'll be with you. Always."
"Tell me why. Sesuatu mengganggumu belakangan ini. Apakah hal itu ada hubungannya dengan kepindahan kita yang tiba-tiba?" Abigail bertanya mendesak. Tatapannya tidak berpindah dari Cesare yang kini menggenggam salah satu tangannya.
Pria itu membalas tatapan Abigail dengan keras kepala. Menolak untuk memberi penjelasan.
Dengan lembut, Abigail membelai tangan Cesare yang melingkupinya. "You swore to me, Cesare. No more secret."
Cesare masih membisu, hingga helaan napas berat pria itu terdengar kemudian. "Kau tahu cara memanfaatkan situasi."
Abigail tersenyum, mengusapkan ibu jari pada permukaan dingin dalam genggamannya. Menatap kilauannya yang terpantul oleh sinar matahari.
"Ingat saat aku pergi Bogotá?" Gadis itu mengangguk sebagai jawaban, meminta Cesare meneruskan penjelasannya. "I made a few enemies back there. Transaksi di Kolombia tidak berjalan lancar. Ditambah lagi, aku kembali lebih awal karena telepon dari Emilio."
Abigail hanya bisa melempar tatapan bersalah. "So, I caused this."
"Not you. Sejak awal, aku tahu transaksi ini tidak akan menemukan titik temu. Masalahnya, Santiago Parra kehilangan cukup banyak setelah baku tembak terjadi." Cesare melepaskan tangannya yang berada dalam genggaman Abigail, menangkup wajah gadis itu seraya berkata tajam. "They come after me. And after they found out what we are, they will target you. Santiago Parra bukan jenis pria yang aku inginkan berada di dekatmu. Gadis sepertimu... adalah favoritnya."
"Kau bilang, lari bukan jawaban."
"Ini berbeda!"
Abigail meringis ketika mendengar seruan itu. Sikap tenang yang biasa ditunjukkan Cesare, kini terusik. Pria itu mengambil napas beberapa kali tanpa memindahkan tangannya dari wajah Abigail, kemudian menatap gadis itu dalam-dalam.
"I'm not running away. Aku tidak bisa menghadapi mereka kalau kau ada di dekatku."
Gadis itu menggeleng, tiba-tiba mengerti niat Cesare yang sebenarnya. "You said we'll always be together."
"We will. Setelah aku menyelesaikan urusanku."
Kecemasan Abigail merayap naik. Cesare tidak bersikap seperti biasa. Dia menduga pria bernama Santiago Parra ini bukan orang sembarangan. Atau pria itu hanya khawatir terjadi sesuatu pada Abigail.
"Aku akan lebih tenang kalau kau bersama Emilio. He will protect you when I'm not around."
Gadis itu ingin bilang bahwa dia akan lebih merasa aman bersama Pietro. Namun mengusulkan untuk memulangkan Abigail kepada kakaknya untuk sementara waktu, sama saja dengan mengeruk air laut. Percuma. Lagipula, gadis itu tidak yakin Pietro akan mengembalikannya lagi kepada Cesare. Jadi dia mengangguk, walau hatinya terasa bimbang karena terombang-ambing oleh perasaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to You
RomanceHidup Abigail Moretti berubah pada malam dia bertemu dengan Cesare De Santis. Dari seorang gadis yang selalu hidup dalam perlindungan, menjadi simpanan bos mafia musuh bebuyutan kakaknya sendiri. Namun, dia sudah bertekad. Perlakuan Cesare tidak ak...