Mimpi buruk itu datang silih berganti. Bayang gelap yang mengintai bagai dewa kematian. Nyeri tajam menusuk yang menghunjam setiap saraf di tubuh Abigail. Rasa terbakar yang seakan melahap kulitnya dengan kobaran api. Gadis itu menjerit, tapi suara yang keluar hanya berupa rintihan halus. Tenggorokannya bagai ditusuk ribuan duri. Dia menggapai dengan lemah, meraba kegelapan di sekelilingnya. Seseorang menangkap tangan gadis itu. Memberi kekuatan di tengah alam bawah sadarnya yang kacau.
Abigail berusaha menghalau beban berat yang menggelayuti kelopak matanya. Mencari tahu sumber kehangatan yang menggenggamnya erat. Hanya bayangan kabur yang dapat dia tangkap di tengah kesadarannya yang timbul tenggelam. Perlahan, rasa sakitnya berangsur menghilang. Digantikan oleh sensasi melayang yang kembali menyeretnya dalam kegelapan. Abigail merasakan kekuatan meninggalkan dirinya. Pegangannya pada tangan itu mengendur, akan tetapi tidak dengan orang tersebut. Genggaman tangan itu kokoh. Memberi kelegaan pada Abigail karena kekuatannya yang melindungi. Sesuatu yang lembut menekan buku-buku jarinya, diiringi bisikan penuh harapan.
"Resta con me*.... per favore*...."
***
Abigail tidak tahu sudah berapa lama dia pingsan. Namun, menilai dari nyeri yang tidak lagi begitu menyiksa, dia menduga cukup lama. Dia tidak mengenali kamar tempatnya berada, tapi dia mengenali pria yang tidur di kursi pada salah satu sisi tempat tidurnya. Cesare. Abigail menyebut nama pria itu dalam benak, karena tenggorokannya sangat kering hingga begitu sulit bahkan hanya untuk menelan air liur.
Cesare tidur dengan kepala menunduk dan tangan terlipat di depan dada. Rambutnya berantakan seakan telah disugar berkali-kali. Kemeja hitamnya kusut dan terbuka di bagian dada. Bulu-bulu halus di lengan kokohnya tampak jelas karena lengan kemeja yang digulung hingga siku.
Abigail membuka mulut, kali ini berusaha agar nama pria itu melewati pita suaranya. Suara serak yang begitu lirih lolos dari celah bibir gadis itu. Nyaris tidak terdengar bahkan oleh telinganya sendiri. Namun, Cesare langsung membuka mata begitu mendengarnya. Seakan pria itu telah menajamkan indranya terhadap bunyi apa pun.
Abigail kembali mencoba bersuara. Dia butuh air. Atau apa pun untuk melegakan tenggorokan. Cesare bangkit, memahami isyarat samar yang dia berikan. Pria itu menuangkan air ke dalam gelas, lalu memberi sedotan sebelum kembali kepada Abigail. Cesare duduk di sebelah gadis itu, menopang Abigail yang berbaring menyamping hingga setengah duduk. Pria itu mendekatkan sedotan ke bibir Abigail yang kering. Desahan lega lolos dari bibir gadis itu saat air tersebut menyejukkan tenggorokannya yang bagai terbakar.
"Pelan-pelan." Dia mendengar Cesare berbisik di telinganya. Abigail meneguk lebih pelan meski rasanya dia ingin langsung menghabiskan seluruh isi gelas tersebut. Dia kembali dibaringkan setelah beberapa tegukan yang membasahi tenggorokan. Cesare memiringkan tubuh gadis itu menghadapnya, berhati-hati agar punggung Abigail tidak menyentuh permukaan ranjang.
"Where am I?" tanya gadis itu setelah memposisikan diri senyaman mungkin.
"Hospital." Cesare menjawab singkat.
Selama beberapa detik, Abigail hanya menatap Cesare yang kini telah kembali duduk di kursi. "You came." Gadis itu berucap lirih.
"I should have come sooner." Amarah dingin terdengar dalam kalimat pria itu. Meski, Cesare masih terlihat tenang dan tidak menunjukkan banyak emosi.
"Setidaknya, kau datang. Kupikir, kau tidak akan pernah...."
Cesare berdiri tiba-tiba, membuat kursi yang dia duduki seketika terdorong ke belakang. Pria itu membelakangi Abigail, melarikan sebelah tangan pada rambut tebalnya.
"Don't ever say that. Aku pasti datang lebih awal andai Luisa cukup sadar untuk menghubungiku." Cesare berkata keras. Pria itu masih menolak untuk menghadap Abigail.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to You
Lãng mạnHidup Abigail Moretti berubah pada malam dia bertemu dengan Cesare De Santis. Dari seorang gadis yang selalu hidup dalam perlindungan, menjadi simpanan bos mafia musuh bebuyutan kakaknya sendiri. Namun, dia sudah bertekad. Perlakuan Cesare tidak ak...