13 (END)

610 69 21
                                    


Mereka tidak menuju kamar Pietro yang menjadi tempat tinggal sementara Santiago. Tempat yang mereka tuju adalah ruangan terbesar di rumah itu. Basemen yang juga berfungsi sebagai gudang. Tidak banyak barang yang ada di sana, hanya beberapa perabot rusak. Sebagian besar ruangan itu kosong. Gelap. Sejak dulu, Abigail tidak pernah suka turun ke sini. Tempat gelap seluas ini memang bukan tempat favoritnya. Banyak bayangan menakutkan hinggap di kepalanya yang penakut. Saat lampu dinyalakan, bayangan menakutkan itu menjelma menjadi sosok nyata. Dalam wujud pria gempal yang tengah mengisap cerutu sambil mengetukkan kaki di lantai beton.

Abigail mengerjap untuk menyesuaikan pandangan, segera menyadari bahwa dia diseret hingga mendekati Santiago Parra. Dia harus menahan diri untuk tidak mengernyit saat dirinya dilempar ke arah pria itu.

"Hei!" Dia mendengar seruan marah Pietro, yang membuat pria itu meninggalkan Cesare dan menyusul Abigail.

Cesare masih berdiri diam di tempatnya, hanya melempar tatapan tajam pada Santiago Parra yang kini tengah memandangnya dengan senyum angkuh dari balik asap cerutu.

Seorang pria besar menghalangi langkah Pietro untuk bergerak mendekati Abigail, sekaligus menjaga jarak aman dari Santiago. Karena saat ini, Pietro tampak sama mengancamnya dengan Cesare ketika mengunci pandangan pada pria itu.

Aroma pekat cerutu menginvasi paru-paru Abigail ketika Santiago mendongakkan wajah gadis itu, begitu dekat dengan wajah pria tersebut.

"Dia tidak mirip denganmu," komentar Santiago itu ditujukan pada Pietro yang masih menatapnya garang.

"Lepaskan dia," geram Pietro dengan amarah tertahan.

"Behave." Santiago berkata ringan. Memberi peringatan tersirat bahwa dia adalah sosok paling berkuasa di ruangan ini.

Cesare menyelipkan tangan ke saku celana, yang langsung mendapat hadiah pukulan keras di tengkuk hingga pria itu tersungkur dengan posisi berlutut.

"Letakkan kedua tanganmu di belakang kepala!" Perintah salah satu anak buah Santiago yang tadi memukulnya.

"I just want to take the diamonds." Cesare mengatur napas untuk menahan nyeri yang menambah denyutan di kepalanya. Dia mengangkat pandangan pada Santiago, yang kini tersenyum licik.

"Show me," perintah pria itu dengan tangan melingkari leher Abigail hingga gadis itu praktis menempel erat pada bagian depan tubuhnya. Lengan Santiago mengetat di sekeliling jalan napas Abigail. Masih memberi gadis itu kebebasan untuk menghirup oksigen, sekaligus peringatan bahwa Santiago dapat merenggut kebebasan itu dalam sekejap.

Cesare berdiri, kali ini tidak mendapat pukulan lagi ketika dia mengeluarkan kantong kain hitam dari dalam saku. Dia membukanya, menuang butiran batu berkilau ke telapak tangan. Memperhatikan saat mata Santiago menunjukkan kilau yang sama dengan berlian dalam genggamannya.

"Berikan padaku."

Cesare menutup telapak tangan dengan cepat, menghalangi pandangan Santiago pada berlian tersebut, lalu mengedik ke arah Abigail. "Bebaskan dia."

Santiago tertawa keras. "Bukan kau yang memberi perintah di sini."

Pietro mengangkat senjata, mengacungkannya ke pelipis Santiago. Semua anak buah Santiago seketika mengarahkan senjata kepada Pietro. Kecuali satu orang yang masih menodongkannya pada Cesare.

"Turuti kata-katanya," desis Pietro tanpa memedulikan moncong senjata yang tertuju kepadanya.

Santiago kembali tertawa, mengetatkan cekalannya di sekeliling leher Abigail. "Aku bisa membunuh kalian semua di sini dan mendapatkan berlian itu."

Bound to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang