10

413 54 6
                                    

"Pietro?"

Abigail mengucap nama tersebut dengan ragu. Seakan tidak yakin bahwa yang berada bersamanya saat ini benar-benar kakaknya.

"Keluar, Abby." Pietro masih belum menurunkan senjatanya, saling melempar tatapan mengancam dengan Cesare.

"Help him first."

Pria itu menatap Abigail seakan adiknya baru saja meminta hal gila untuk dia lakukan. Pietro meraih tangan gadis itu, setengah menariknya keluar mobil. Cesare menegakkan tubuh, membidikkan pistol di tangannya tepat ke kepala Pietro.

"Keep your hands off my wife."

Perintah tersebut membuat Pietro menghentikan gerakannya seketika. Dia melihat ke arah Cesare. Kemudian kepada Abigail, yang sama sekali tidak menyangkal ucapan Cesare. Pandangan Pietro turun ke arah jari manis dalam genggamannya. Terpana saat melihat cincin emas putih yang melingkar di sana. Lalu beralih pada jari Cesare yang berada di pelatuk. Dan, menemukan cincin yang identik dengan milik Abigail, juga melingkari jari manis tangan kiri pria itu.

Pistol di tangan Pietro bergetar. Tatapan bingungnya berubah garang. Giginya bergemeretak oleh amarah. Jemarinya telah siap menekan pelatuk. "Bastardo!*" serunya penuh kemurkaan.

Abigail menelan ludah dengan gugup saat mengamati dua pria yang paling dia sayangi saling menodongkan senjata. Namun, dia tahu Pietro telah berada di ambang batas kesabaran. Gadis itu beringsut ke arah Cesare, menggunakan tubuhnya sebagai tameng andai Pietro berniat menembak suaminya.

"Don't hurt him."

"Menyingkir, Abby!"

Abigail menggeleng kuat, mundur lebih dekat kepada Cesare. "Lo amo*."

"That's not love!" Pietro berteriak marah. Mengacungkan senjatanya lebih kukuh ke arah Cesare. "What did you do to my sister?! Kembalikan dia kepadaku!"

"She's not Moretti anymore." Cesare membalas tidak kalah marah. Tidak peduli meski posisinya yang terimpit tidak akan bisa membuat pria itu menghindar bila Pietro melaksanakan niat untuk menghabisinya. "And she is not yours!" tambah Cesare dengan geram.

"Stop it!" Abigail mulai jengah dengan situasi ini, berusaha tampak lebih berani saat menghadap Pietro. "Kau harus menolongnya. Dia adik iparmu."

Pietro mengeluarkan sumpah serapah yang sangat kasar hingga telinga Abigail terasa berdenging. Gadis itu berupaya mengabaikannya, menjadi satu-satunya orang yang logis di tengah situasi genting. "Berikan pisau atau apa pun agar aku bisa.... Tidak!"

Abigail memekik saat Pietro menyentaknya keluar dengan kasar. Cesare bersiap menembakkan senjatanya, akan tetapi posisinya yang tidak memungkinkan membuat pria itu kesulitan untuk membidik. Dia begitu marah karena tembakannya bisa saja mengenai Abigail, bukan kakak gadis itu.

"Pietro, lepaskan aku!" Abigail meronta ketika dia telah berada di luar dan Pietro mencekal sekeliling pinggangnya tanpa memindahkan pistolnya yang mengarah pada Cesare. "Kau tidak boleh menyakitinya!"

Pietro bergeming. Masih memberi Cesare tatapan membunuh selain ancaman yang tersirat dari senjata dalam genggamannya. Hanya butuh sebuah tekanan kecil jemarinya di pelatuk untuk mengakhiri hidup pria yang masih terjebak di dalam mobil. Pria yang kini berstatus sebagai suami adiknya.

"Please, don't do this!" Permohonan Abigail bagai angin lalu di telinganya. Amarah yang dia rasakan terlalu hebat. Dan dia butuh melenyapkan sumber kemarahan tersebut. Posisinya sangat menguntungkan. Cesare tidak dapat menghindar dari bidikannya. Hanya perlu satu gerakan. Satu gerakan untuk mengakhiri hidup pria yang telah mencuri adiknya.

Bound to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang