Kembali ke rumah tepi pantai itu memberi Abigail memori tidak menyenangkan. Dia sempat menghentikan langkah di depan pintu masuk, hingga Cesare mengulurkan tangan. Dan, gadis itu yakin bahwa semua akan baik-baik saja selama pria itu bersamanya.Cesare memperketat penjagaan. Jika sebelumnya Abigail hanya tinggal bersama Luisa, kini ada beberapa pria yang ikut berjaga. Mereka semua ditempatkan di luar rumah. Sebagian siaga di seluruh jalan masuk. Sebagian lagi tersembunyi, tapi selalu waspada. Namun, sesuatu mengganggu Abigail. Dengan ketiadaan Luisa yang saat ini masih memulihkan diri, maka dia akan tinggal di rumah ini nyaris seorang diri. Gadis itu gelisah. Tinggal sendirian dengan banyak pria yang berjaga di sekeliling rumah, sama sekali tidak membuatnya tenang. Bahkan, kenyataan tersebut tidak menghindarkan rasa cemas yang timbul pada diri Abigail. Dia tahu Cesare akan datang sesekali. Seperti yang pria itu lakukan sebelum ini. Namun, Cesare hanya berkunjung tanpa benar-benar menemaninya. Abigail mulai berpikir untuk tinggal bersama Luisa di mana pun wanita itu berada sekarang, daripada menempati rumah ini seorang diri.
"Akan ada pengurus rumah tangga yang datang setiap hari, tapi dia tidak akan menginap." Cesare masuk ke dalam kamar seraya meletakkan tas berisi barang Abigail. Tanpa sekali pun mendapat petunjuk akan kekhawatiran gadis itu.
"Jadi, aku akan sendirian di sini setiap malam?"
Cesare menghadap Abigail yang mengucapkan pertanyaan tersebut dengan kecemasan menggunung. Gadis itu melihat dahi Cesare yang berkerut heran.
"No. I'll stay with you."
Abigail tertegun. Tidak menyangka akan jawaban yang diberikan oleh pria itu. "Everyday?"
"Yes. Karena Luisa tidak lagi bisa menemanimu, aku yang akan tinggal di sini. Barang-barangku sudah dipindahkan sejak beberapa hari yang lalu."
Well, itu benar-benar kejutan. Abigail masih diliputi keterkejutan bahkan saat Cesare berjalan melewatinya.
"Mau ke mana?" Gadis itu bertanya cepat, setengah mengejar Cesare yang telah mencapai ambang pintu.
"Ke kamarku."
"Kau tidak tidur di sini?"
"Tidak. Aku akan tidur di kamar tamu."
Mungkin Abigail tidak boleh terlalu memaksakan keberuntungannya. Dia sudah cukup bersyukur bahwa Cesare bersedia pindah kemari hanya agar Abigail tidak sendirian. Gadis itu memberi semangat kepada dirinya sendiri, lalu mulai mengeluarkan barang-barangnya. Tanpa menyadari bahwa Cesare mengamati setiap gerak-geriknya dari celah pintu yang tidak tertutup.
***
Bagi Abigail, tak ada perbedaan Cesare tinggal bersamanya maupun tidak. Pria itu sangat jarang berinteraksi dengan Abigail. Cesare lebih memilih sibuk dengan urusannya sendiri. Bahkan, tidak jarang Abigail mendapati bahwa dia harus makan seorang diri di meja makan. Meski dia sedang dalam tahap pemulihan dan membutuhkan banyak nutrisi untuk kesembuhan, tapi duduk sendirian dengan berbagai macam makanan di meja sama sekali tidak menggugah seleranya. Abigail membereskan piring kotornya, mengeringkan tangan yang basah.
"Anda makan sedikit sekali, Nona." Abigail mendengar suara pengurus rumah tangga pengganti Luisa berkata menegur. Gadis itu tersenyum tipis. Martina, wanita bertubuh tambun yang memiliki sosok keibuan itu, memang sangat memperhatikan Abigail.
"Aku tidak terlalu lapar."
"Bukan hanya kali ini. Sudah beberapa hari ini Anda tidak makan dengan benar. Apakah Anda sakit?"
"Tidak. Aku hanya kurang berselera." Abigail masih menyunggingkan senyum, meski dia harus agak memaksakannya.
"Makanlah, Nona. Jangan membuat Tuan Cesare khawatir," bujuk Martina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to You
RomanceHidup Abigail Moretti berubah pada malam dia bertemu dengan Cesare De Santis. Dari seorang gadis yang selalu hidup dalam perlindungan, menjadi simpanan bos mafia musuh bebuyutan kakaknya sendiri. Namun, dia sudah bertekad. Perlakuan Cesare tidak ak...