Trigger warning.. Waktu dulu aq post, ternyata banyak yang komplain karena gak aku warning dulu😌..
———————————————————
Cahaya itu menembus kabut kesadaran Abigail. Memaksa gadis itu untuk membuka mata. Perlahan, kelopaknya yang terasa berat terbuka sebagian. Suara hak sepatu yang beradu dengan lantai beton, menyusupi pendengarannya. Abigail terlalu hafal dengan bunyi itu, hingga insting pertamanya adalah menyeret tubuhnya mundur. Tenggelam lebih jauh dalam kegelapan."Please... no... please...." Permohonan Abigail terputus oleh tarikan di rambutnya. Memaksa gadis itu untuk mendongakkan kepala menghadap pengunjungnya. Rintihan lirih menyusup melalui bibirnya yang kering dan pecah-pecah. Sejak dia dikurung di sini, belum ada air maupun makanan yang masuk ke dalam perutnya. Gabriella tidak repot-repot memberikannya untuk Abigail setiap kali datang.
"Sudah berhenti melawan, ya?" Kilat kebencian di mata wanita itu tidak berubah meski telah melampiaskan kemarahannya berkali-kali pada Abigail.
Gabriella benar. Abigail sudah berhenti memberi perlawanan sejak pisau di tangan wanita itu mengiris sisi lehernya. Sangat dekat dengan pembuluh darah utama. Meski irisannya tidak dalam, tetapi ancaman yang tersirat di sana cukup membuat gadis itu gentar. Lagi pula, setelah beberapa hari tanpa makanan dan minuman, Abigail tidak memiliki cukup tenaga bahkan hanya untuk membela diri.
"Hari ini, suasana hatiku sedang baik. Kau boleh memilih bagian tubuh yang akan kulukai." Gabriella mengacungkan bilah pisau di tangannya ke wajah Abigail agar gadis itu dapat melihat lebih jelas.
Abigail kembali merintih, menatap benda tajam di tangan Gabriella dengan ngeri.
Luka-luka di tubuhnya belum sembuh, bahkan sebagian masih basah dan terasa perih di mana-mana. Berbagai goresan panjang menghiasi hampir seluruh tubuh gadis itu. Gabriella tidak pernah memberinya luka yang dalam. Hanya irisan di permukaan kulit menggunakan pisau tajam yang selalu dia bawa. Wanita itu sengaja melakukannya agar luka-luka di tubuh Abigail cepat sembuh, sehingga dia dapat memberi luka baru. Atau irisan yang sama tepat di atas luka-luka tersebut.
"Tidak mau memilih? Kalau begitu, akan kupilihkan untukmu." Gabriella membenamkan pisau dalam genggamannya ke pipi Abigail. Setitik kecil darah muncul begitu pisau tersebut menggores pelan. Abigail merintih saat merasakan perih yang bercampur dengan aliran hangat di pipinya. "Hanya luka kecil untuk wajahmu, sebagai permulaan," lanjut Gabriella dengan senyum keji di bibir. "Akan kusisakan bagian itu sebagai pertunjukan terakhir. Saat ini, kurasa punggungmu adalah sasaran yang lebih baik."
"Hentikan... jangan...." Abigail melayangkan pukulan dengan lemah. Menggunakan sisa-sisa tenaganya untuk melawan.
Gabriella membalik tubuh gadis itu dengan mudah, menghantamkan sisi wajah Abigail pada lantai beton yang keras dan dingin. Suara robekan keras terdengar ketika Gabriella merobek kain yang sudah tidak berbentuk di punggung Abigail. Ada banyak irisan yang sudah lebih dulu ditinggalkan di sana, hingga kain putih tersebut telah bernoda darah yang kini mengering.
"Tak kusangka masih ada ruang di sini," Gabriella berkata tenang, menatap punggung Abigail yang kini memiliki luka menyilang di mana-mana. Sebagian dari luka-luka tersebut masih merah dan segar, tanda bahwa umurnya masih baru. "Tapi tidak cukup banyak. Bagaimana kalau lenganmu juga dapat bagian?"
Sesuai harapan, Gabriella mendapati Abigail menggeleng keras. Luka di lengan gadis itu bahkan lebih baru daripada yang ada di punggung. Senyum di bibir Gabriella melebar. Dengan gerakan mendadak, dia memberi sayatan kecil pada bahu Abigail. Gadis itu menjerit. Suaranya serak dan lemah karena tenggorokannya yang kering.
Jeritan Abigail melemah seiring setiap irisan yang melukainya. Bunyi benda tajam yang menyayat kulit terdengar berulang. Rasa sakitnya bagai tak berujung ketika Gabriella tidak henti memberi tanda di tubuhnya. Lambat laun, hanya rintihan yang dapat dikeluarkan gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bound to You
RomansHidup Abigail Moretti berubah pada malam dia bertemu dengan Cesare De Santis. Dari seorang gadis yang selalu hidup dalam perlindungan, menjadi simpanan bos mafia musuh bebuyutan kakaknya sendiri. Namun, dia sudah bertekad. Perlakuan Cesare tidak ak...