4

162 17 0
                                    

Yongsun POV

Hari ini suasana cafe tidak terlalu ramai. Jadi aku memutuskan untuk duduk di salah satu meja dekat jendela, melihat banyaknya orang yang berlalu lalang didepan cafeku.

Karena tempatku berada di pinggir kota jadi tidak banyak mobil yang melintas. Penduduk sekitar lebih senang berjalan kaki melewati jalanan yang dipenuhi pepohonan yang rindang. Menikmati segarnya udara dan pemandangan yang menyejukan.

Tiba-tiba aku teringat pria itu. Pria tampan yang mengaku dirinya bernama Moonbyul. Apakah dia baik baik saja.

Sudah hampir 2 minggu semenjak aku menolongnya dia belum juga menemuiku. Tunggu! Apa aku mengharapkannya? Tidak tidak.

Aku hanya mengharapkan uangku kembali mungkin itu saja. Tapi bahkan aku tak memikirkan uang yang tak seberapa itu.

Aku hanya ingin melihatnya lagi. Aku pasti sudah gila memikirkannya sejauh ini. Tapi aku tak bisa berbohong pada diriku sendiri, He is attractive.

Saat aku sedang sibuk bergelut dengan pikiranku tiba tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang menyapaku.

"Apakah anda sedang memikirkan saya nona.. Yongsun?"

Aku membeku beberapa saat ketika aku membalikan wajahku menatapnya.

Aku pasti sudah benar benar gila sampai sampai berhalusinasi bahwa dia ada dihadapanku.

"Anda baik-baik saja?" ucapnya sambil melambaikan tangan didepan wajahku.

Shit! Ini nyata?! Dia benar-benar datang?! Menemuiku?!

"A.. A.. Ahh.. Hai?" sapaku gugup.

Moonbyul POV

Hari ini aku benar benar bersantai. Sudah hampir 2 minggu aku bekerja keras sampai lembur di kantor mengerjakan proyek besarku.

Aku benar-benar mengerahkan semuanya untuk menyelesaikan proyek ini. Proyek kerjasama dari salah satu perusahaan besar ternama di Korea.

Karena jika kerjasama ini berhasil itu akan berpengaruh besar untuk perusahaanku. Dan aku benar-benar bahagia karena kemarin akhirnya proyek ini berhasil. Papa yang telah mempercayakan perusahaan ini padaku pun sangat bangga karenanya.

Awalnya aku berniat istirahat saja di rumah. Namun saat aku sedang bermain hp tiba tiba aku teringat gadis penolongku.

Ahh ya, aku bahkan belum mengembalikan uangnya karena aku benar-benar sibuk.

Aku bergegas ganti baju dan bersiap siap menemuinya.

[ Pukul 14.15 ]

Di jalan aku berfikir untuk memberikan dia bunga,ya hanya untuk berterimakasih.Tidak enak rasanya menghampiri seseorang yang telah menolongku tanpa membawa apa apa.

Setelah 30 menit perjalanan aku sampai didepan cafe yang bertuliskan "SUN CAFÈ".

Bukan cafe besar seperti beberapa cafe di pusat kota yang biasa aku kunjungi namun suasana disini sangat nyaman jauh dari kebisingan kota. Tidak banyak kendaraan terlihat disini. Aku bahkan bisa mendengar suara burung burung yang bersautan.

Karena jauh dari pusat kota, udara disini sangat sejuk dengan pohon pohon rindang sepanjang jalan. Tempat yang sempurna untuk refreshing. Tidak salah aku jauh jauh kesini.

Namun jika diingat ingat, aku pertama kali ke tempat ini juga bukan dengan sengaja. Jika bukan karena perselingkuhan mantanku aku tak akan tahu tempat ini.

Ahh sial, kenapa aku harus mengingatnya. Aku bahkan sudah melupakannya. Itu karena handphoneku yang dirampok hingga dia tak bisa menghubungiku juga karena aku disibukkan oleh pekerjaan.

Memang benar di setiap kejadian yang menimpa hidup kita pasti ada hikmahnya.
(* ceilahhhh byul.. )

Aku segera memasuki cafe itu membawa seikat bunga mawar yang aku beli dan menuju cashier.

"Silahkan tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu pelayan.

"Ah ya, saya mencari nona Yongsun. Apa dia ada?"

"Oh, Itu tuan. Dia duduk dekat jendela." jelasnya.

" Ah baik, terimakasih." ucapku.

Aku menghampirinya, dia sedang duduk sendirian menatap keluar. Entah apaa yang sedang dipikirkannya.

Bahkan ketika aku sudah duduk didepannya dia belum juga menyadari keberadaanku.

"Apakah anda sedang memikirkan saya nona.. Yongsun?" Dengan iseng aku menyapanya.

Dia nampak terkejut saat melihatku. Aku sedikit merasa bersalah karena mengagetkannya.

"Apa anda baik-baik saja?"

"Hai" Hanya itu yang terucap darinya.

"Hai nona, bagaimana kabarmu? Ahh ya. Ini untuk anda." ucapku seraya memberikan sebucket mawar merah💐 padanya.

"Untukku?  Ahh.. terimakasih." dia sedikit bingung.

"Apakah saya mengganggu waktu anda?"

"Tidak tuan,  kebetulan cafe sedang senggang. Jadi saya sedikit santai. Bagaimana kabar anda?" Ucapnya ramah.

"Saya baik nona. Luka saya juga sudah membaik. Itu juga berkat anda." 

"Bukan apa apa tuan, sudah sewajarnya sebagai manusia saling menolong, anda mau minum apa tuan, biar saya pesankan." Ucapnya.

"Karena saya baru pertama kali kesini, bolehkah saya meminta saran anda nona? Berikan saya minuman paling enak di cafe ini."

"Baiklah tuan byul." dia tersenyum dan memanggil salah satu pelayan.

Kami pun mengobrol dengan santai, bahkan kami sudah setuju untuk tidak berbahasa formal karena ternyata ia hanya 4 tahun lebih muda dariku.

Sesekali ia meninggalkanku untuk mengurusi beberapa hal, itu membuatku sedikit tidak enak karena mengganggu waktu kerjanya.

Namun dilain sisi aku tak ingin pergi dari sini. Selain tempatnya yang nyaman, aku juga merasa nyaman berbincang dengan Yongsun.

Walaupun kami baru bertemu dan mengenal kami sangat mudah akrab. Dia gadis yang ceria, cerdas, dan berwawasan luas.

Apapun yang kami bincangkan terasa sangat nyambung. Membuatku sempat menyangka dia lulusan perguruan tinggi.

Namun aku salah, ternyata dia putus sekolah karena harus mengurus cafe ini dan keadaan ekonomi keluarganya. Sangat disayangkan, entah kenapa aku jadi kasihan kepadanya.

Ia terlihat tangguh dari luar, namun ternyata ia juga sudah melewati banyak hal dalam hidupnya.

Waktu berlalu sampai tak terasa malam hari. Aku sengaja menunggunya sampai selesai karena ingin mengantarnya pulang.

Awalnya ia menolak, tapi aku memaksa sampai iapun mengiyakan tawaranku.

Saat cafe mulai sepi ia memutuskan untuk menutup cafenya 1 jam lebih awal, ingin istirahat lebih cepat katanya. Meskipun aku tahu itu hanya alasan karena ia tak ingin aku menunggu terlalu lama. Hahh.. Sungguh gadis yang manis. Akupun mengantarnya pulang dengan mobilku.

" Yong.. Boleh nggak aku minta nomormu?" kataku sambil fokus mengemudi.

"Tentu, berikan handphonemu." aku menyerahkan hpku padanya.

"Nih udah."

"Ah iya Yong, karena aku nggak bawa cash aku transfer aja ya uang yang aku pinjam."

"Apa sih Oppa, nggak usah. Nggak seberapa juga."

Ya, sekarang dia memanggilku oppa padahal aku bilang untuk panggil nama tapi dia menolak. Kurang sopan katanya.

"Nggak Yongsun. Oppa tetep mau balikin uang kamu, Oppa maksa!" Akhirnya dia nyerah dan memberi nomer rekeningnya.

Tak berapa lama kami sampai di depan rumahnya. Ia menawarkanku untuk masuk tapi aku menolak karena sudah malam. Akupun berpamitan dan pulang.

TBC_



Destiny | MoonsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang